10

58 8 26
                                    

Di sekolah, Rivo dan Rindu terlihat mulai dekat, seolah mereka sudah kenal lama. Mulai dari saling tegur sapa saat jumpa, juga berangkat ke kantin bersama-sama. Tentu tidak hanya mereka berdua saja, ada Haikal, Azura, dan Zaka juga. Haikal dan Azura tidak masalah dengan kedekatan Rivo dan Rindu, tapi hal itu tidak akan berlaku bagi Zaka. Karena Zaka adalah kekasihnya Rindu, tidak seharusnya Rindu mengabaikannya karena bersama Rivo.

"Rindu, aku enggak suka kamu dekat sama dia!" terang Zaka saat mereka saling berkumpul di meja yang sama. Zaka terang-terangan saja, menunjuk lurus pada Rivo yang seenaknya duduk di samping Rindu. Sementara Zaka sendiri duduk di hadapan mereka.

Semua mata di satu meja itu tertuju kepada Zaka yang dengan entengnya menyinggung Rivo. Tentu Rivo tersinggung dan menatap Zaka dengan tatapan tak suka. Sementara Zaka sendiri menatap Rivo dengan tajamnya. Suasana jadi tidak terkendali dengan kejujuran Zaka yang terang-terangan mengungkapkan kalau dia tak suka akan hadirnya Rivo dalam hubungannya dan Rindu.

"Ka, lo kenapa tiba-tiba ngomong gitu?" sosor Azura merasa ucapan Zaka terlalu terang-terangan. Kalaupun Zaka tidak suka dengan kedekatan Rindu dengan Rivo, seharusnya dia mengungkapkannya langsung kepada Rindu tanpa adanya Rivo di sekitar mereka.

"Zu, lo tau 'kan kalau Rindu pacar gue? Dan lo juga tau 'kan kalau gue enggak suka sama siapapun yang dekatin Rindu?!" Zaka berdiri dari duduknya untuk mempertegas ketidaksukaannya terhadap Rivo.

Tentu saja suara Zaka menarik perhatian sebagian isi kantin, mata mereka yang haus akan gosip langsung liar menatap Zaka. Juga dengan indera pendengaran mereka yang mereka pertajam agar bisa mendengar lebih jelas lagi apa yang sedang terjadi. Sebagian dari mereka yang bersuara juga mulai terdiam agar hanya suara di sekitar Zaka saja yang terdengar. Agar mereka juga bisa menangkap lebih banyak informasi tentang apa yang terjadi di sana.

"Ka, lo tenang dulu! Enggak enak diliatin orang, 'ntar jadi bahan gosip lagi!" peringat Azura sedikit berbisik.

"Lo enggak suka gue dekat sama Rindu? Terus lo mau apa? Mau berantem? Ayo!" tantang Rivo dengan tanpa rasa bersalah. Seharusnya dia sadar diri, bukan sok jago beladiri dengan mengajak Zaka berkelahi.

"Oke! Gue terima tantangan lo."

"Riv, apaan sih? Jangan macam-macam lagi, deh!" ketus Haikal ikut melerai. Dia langsung menahan pergerakan Rivo yang benar-benar ingin berkelahi dengan Zaka.

Tak hanya Haikal yang bergerak menenangkan Rivo, Rindu dan Azura juga langsung menahan Zaka yang sudah sangat siap menerima tantangan Rivo. Syukurnya, ada dua orang senior yang menghampiri mereka untuk melerai apa yang ingin mereka lakukan. Jelas sudah kalau senior itu adalah anggota OSIS dan mereka pastinya akan menjaga kerukunan di sekolah ini.

"Woi, mau berantem? Sono dijalanan! Kalian pikir ini tempat berantem apa? Atau enggak, sama gue aja sini berantem!" solot salah satu dari mereka.

"Kak, maafin kegaduhan ini, ya! Kami bakalan pergi." mohon Azura mencoba untuk mencairkan suasana dan mencoba membawa Zaka keluar dari kantin sana.

Melihat Zaka yang dibawa pergi oleh Azura, Rindu pun mengikutinya karena Zaka seperti itu gara-gara dirinya. Rivo pun begitu, beranjak dari posisinya dan mengikuti langkah Rindu keluar sana. Matanya tak lepas dari sosok Zaka yang ditarik paksa oleh Azura. Tidak ada sedikit pun perasaan bersalah yang Rivo rasa karena baginya, yang salah di sini itu adalah Zaka. Sebab dia terlalu berlebihan menilai kedekatannya dengan Rindu.

Duri (End✅)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora