15

42 5 39
                                    

Pada jam pelajaran yang belum lama berlangsung, Rivo menendang pelan bangku Rindu. Itu pun dia lakukan ketika Zaka fokus pada pelajaran. Rindu menoleh bingung dan mengerutkan alisnya tanda bertanya. Buku di atas meja Rivo kini menjadi sorotan setelah Rivo melirik buku itu agar Rindu juga meliriknya. Ada tulisan jelek di sana yang menuliskan kata 'nomor'. Tulisan jelek itu jelas karena Rivo menulis dengan tangan kiri. Rindu bisa langsung memahami kalau Rivo meminta nomornya. Tanpa sepengetahuan Zaka, Rindu menuliskan balasannya di atas kertas yang sama.

Melihat Rivo yang bahagia mendapatkan kontak Rindu, Haikal pun tak mau kalah. Kini, dia juga ingin menggoda Azura dengan caranya. Berhubung kontak Azura sudah ada padanya, kini saatnya Haikal menggunakan cara lain. Haikal pun merobek kertas buku bagian belakang, dia pun meremasnya menjadi gulungan tak berbentuk. Setelahnya, Haikal melemparkannya ke arah di mana Azura berada. Tak butuh banyak gaya Azura langsung menyadarinya dan menoleh sebagai tanda tanya.

"Love you!" bisik Haikal lalu tersenyum.

Awalnya Azura memang tidak mendengar apa yang Haikal ucapkan, tapi dia bisa langsung mengerti dengan gerakan bibir Haikal yang menyuarakan kata-kata yang membuat Azura deg-degan. Pura-pura tidak tahu saja, Azura pun mengerutkan alisnya agar dia tidak ketahuan kalau sedang dalam suasana baperan.

"Apa?" tanya Azura agar Haikal membahasnya nanti saja.

"Love you!" ucap Haikal dengan suara yang lebih jelas.

Berbeda dari harapan Azura yang berpikir kalau Haikal mengurungkan niatnya untuk bersuara. Bodohnya, Haikal malah menyuarakannya dengan suara yang bisa didengar seisi kelas. Tentu saja Haikal kini menjadi sorotan, termasuk Zaka yang paling terusik dengan suaranya. Zaka menoleh ke belakang dengan tatapan kasar. Tolehan kepala Haikal yang semula menatap Azura kini tanpa diminta malah membalas tatapan Zaka.

"Ngapain lo? Gangguin Azura lagi?" ketus Zaka dengan bola mata yang masih setia menajam.

Sedangkan Azura tampak menganga mendengar ucapan Haikal yang sangat lantang. Matanya menyipit menahan degupan jantung yang mulai menggila. Tidak hanya Haikal yang menjadi sorotan, Azura pun sama karena mata Haikal tadinya jelas menatap ke arah sana. Tentu yang di dalam kelas sana tidak ragu untuk menebak kalau yang Haikal ajak bicara barusan adalah Azura. Karena sejauh yang pernah ada, hanya Azura dan Rindu yang bisa dibilang teman perempuannya di kelas ini.

"Ehehe ... ya, enggaklah," jawab Haikal cengar-cengir.

"Apanya yang---" Ucapan Zaka terpotong saat guru pelajaran ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Hargai saya yang ada di depan!" teriaknya karena merasa perhatian anak-anak di kelas ini tidak lagi terpusat padanya.

Pusat perhatian pun kini mereka alihkan pada guru pengajar. Tidak mau mendapat masalah karena ini pelajaran penting dalam jurusan mereka. Yaitunya Biologi yang jelas-jelas mata pelajaran wajib bagi anak Ilmu Pengetahuan Alam. Berbeda dengan yang lainnya yang sudah fokus pada guru di depan sana, Rivo dengan kurang ajarnya malah asik memainkan rambut Rindu tanpa Rindu sadari itu.

"Ngapain kamu? Nyari kutu?" ketus guru itu dengan menatap Rivo seakan ingin memakan.

Rivo pun tersadar dari kebodohannya, tangannya pun dia hentikan dalam memainkan rambut Rindu. Matanya kini bertemu dengan Sang Guru yang sedari tadi tak melepaskan tatapan darinya barang sejenak pun. "Eh, bukan kok, Bu. Tadi ada yang nyangkut dirambutnya Rindu, makanya saya mau ambil!" Alasan Rivo kali ini mungkin saja bisa diterima.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now