27

34 4 0
                                    

Melihat Haikal yang mengalihkan pandangan, Rivo bisa tahu kalau Haikal tidak ingin melakukan perdebatan. Untuk itu, Rivo melanjutkan pencariannya, mengorek bagian lain dari seisi kamar. Rivo membuka bagian lemari dan mencari di setiap sudut lipatan bajunya. Rivo juga mencari pada laci di dalam lemari itu yang berwarna coklat tua. Tetapi, apa yang dicari tak kunjung ditumuinya.


"Di mana? Gue naruhnya di mana?" tanya Rivo pada diri sendiri. Wajahnya itu terlihat putus asa.

"Rivo, lo istirahat dulu deh, nanti pasti juga ketemu!" perintah Haikal karena Rivo tampak terlalu memaksakan diri.

"Enggak, pokoknya gue harus mastiin sekarang juga!" sahut Rivo masih tetap dengan keras kepalanya.

Rivo kemudian tampak mengalihkan posisi pencariannya. Dari sudut lemari, kini dia tampak mencari di bawah kolong tempat tidurnya. Pada tumpukan barang-barang lamanya yang Rivo tak perbolehkan dibuang begitu saja. Sampai sekarang Rivo masih saja menyimpannya karena barang-barang semasa kecilnya itu sangatlah berarti baginya.

Tak lama mencari di tumpukan barang sana, Rivo baru ingat kalung serupa itu disimpannya pada tumpukan boneka dan robot-robotan lainnya. Pikiran Rivo langsung tertuju pada satu buah boneka Doraemon kesayangannya. Rivo akhirnya menemukan apa yang sedari tadi dicarinya. Jantungnya seketika bergemuru lebih cepat dari sebelumnya.

Rivo kemudian kembali mengorek boneka tersebut dan membuat Haikal segera berjongkok di sebelahnya untuk ikut memastikan pencarian mereka. Di dalam kantong yang boneka Doraemon itu punya, Rivo mengeluarkan sebuah benda lagi, yaitu kunci kecil yang berfungsi untuk membuka liontin pada kalung miliknya.

🌹

"Rivo, Reva. Sini bentar!"

Suara Ramon menghentikan permainan kejar-kejaran dua anak kembar berlain gender itu. Bersama mereka menghampiri Ramon yang berjongkok di posisinya sambil merentangkan kedua tangannya. Rivo dan Reva pun sama-sama masuk ke dalam pelukan sang ayah dengan tawa yang mereka bawa. Serentak mereka berdua mencium pipi Ramon sambil melilitkan tangan mereka pada leher Ramon.

"Ini papa aku!" ujar Rivo kesal dengan kembarannya yang memeluk Ramon pada bagian yang sama.

"Ih, Ipo sama mama aja! Ini papanya Epa!" jawab gadis kecil yang mesih belum bisa mengeja namanya sendiri itu.

Ramon tertawa di antara perdebatan dua orang anaknya. Setelah itu, Ramon mengangkat keduanya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Kemudian dia baru menurunkan keduanya di atas sofa panjang ruang keluarga.

"Papa punya hadiah buat kalian berdua!" terang Ramon sambil merogoh saku celananya.

Kedua anaknya itu berbinar dengan tawa yang pasti bahagia. Mata keduanya tak beralih dari tangan Ramon yang belum juga dikeluarkannya dari dalam saku celana. Tampaknya dia sengaja agar kedua anaknya semakin penasaran dengan apa yang akan diberikannya. Rivo dan Reva masih setia menunggu dengan tawa mereka yang mulai menghilang karena Ramon belum juga menunjukkannya.

"Manaaa?" tanya mereka bersamaan yang memancing tawa Ramon.

Melihat keduanya yang mulai kesal menunggu hadiah, Ramon akhirnya mengeluarkan juga benda itu dari dalam sakunya. Dua buah liontin dipamerkannya yang membuat Rivo dan Reva takjub seketika. Liontin dengan bentuk balok jajar genjang itu terlihat indah untuk disebut sebagai hadiah biasa. Pasalnya, Ramon memberikan hadiah itu kepada mereka tanpa adanya hari spesial. Seperti hari ulang tahun misalnya.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang