22

33 4 2
                                    

Rivo tampak kebingungan di depan pintu kosannya. Menatap ke dalam sana, kemudian berputar badan ke arah Rindu yang memilih bisu. Tentu saja Rivo kebingungan untuk mencari cara agar Rindu bisa masuk ke dalam kosan. Rivo hanya mencemaskan kalau saja Mama Kos marah dengan dirinya yang membawa perempuan ke dalam kosan. Alasannya karena ini di malam hari dan rasanya Mama Kos tidak akan percaya kalau Rivo datang dengan anak baik-baik. Jangan sampai orang lain berpikiran bahwa Rivo melarikan anak orang di malam-malam begini.

"Ndu, sini!" panggil Rivo pelan dengan melambaikan pergelangannya.

Rindu langsung menurut dengan mengekori Rivo dari belakang yang mana orang itu berjalan dengan mengendap. Rindu tentu saja mengikuti gerakkannya dengan mengendap pula. Tampak Rivo mengintip ke setiap jendela rumah yang ada dan menggeleng setelahnya. Tepat pada jendela ketiga, Rivo menghentikan langkah dan mengangguk setelahnya.

Pemuda itu tampak mengetuk pelan jendela kamar itu dan mengeluarkan suara seperti orang berbisik. "Kak Ning!" bisik Rivo dengan terus mengetuk pelan jendela kaca kamar tersebut.

Dua orang yang berada di dalam sana langsung menoleh dengan tatapan kaget. "Se--setan!" teriak Ningsih yang tadinya dipanggil Rivo.

"Ee ... woi, woi. Ini gue Rivo! Jangan teriak-teriak, aelah!" dengkus Rivo mendengar teriakan di dalam sana yang mengatainya setan.

"Rivo? Yang sekamar sama Haikal bukan, sih?" tebak teman sekamar Ningsih.

Ningsih tampak mengangguk dan berdiri dari duduknya. Jelas mereka berdua tadinya sedang maraton nonton anime--sepertinya. Alasan Rivo mendatangi kamar yang di sini juga karena dia sedikit mengetahui kalau Ningsih pastinya masih terjaga. Rivo juga sudah cukup tahu banyak tentang anak-anak kosan dan beberapa kebiasaan mereka. Perlahan, jendela itu terbuka menampakkan dua sosok perempuan yang tampak saling menebar tanya.

"Ngapain lo malam-malam ke kamar gue? Mana bawa cewek lagi!" ketus Ningsih.

"Kak, titipin sepupu gue di kamar lo semalam, ya!" mohon Rivo pelan.

Kedua orang yang berada di dalam kamar itu pun sama terkejutnya. Terutama dia yang bernama Lutfia. "Woi, abis lo apain anak orang? Lo bawa kabur nih, cewek? Ini ketahuan ama warga apa gimana? Wah, gila lo, Riv! Mana modelannya polos-polos begini!" ucap Lutfia tidak percaya dengan pikirannya sendiri.

Seketika itu juga Rivo ingin membuka sepatunya dan menyumpal mulut Lutfia agar tak lagi berbicara seenaknya saja. Mengingat dirinya di sini membutuhkan bantuan dari mereka berdua, Rivo tak terlalu menanggapinya dengan marah. Sejatinya Rivo sangat ingin marah karena tuduhan Lutfia yang mengatakannya seolah-olah laki-laki kurang ajar.

"Bisa mikir yang lebih positif lagi enggak, tentang gue? Gue ini anak baik-baik, ini sepupu gue! Dia kabur dari rumah, lagi ngambekan sama bapaknya." bela Rivo berusaha meredam jengkelnya dan tentunya Rivo mengikutsertakan kebohogan di dalamnya, "daripada itu, mending biarin dia masuk dulu deh, ah! Kasian dia, udah kedinginan."

"Kalau emang enggak ada apa-apa, kenapa enggak daftarin jadi anak kos aja, sih? Kenapa harus nitipan di kamar kita segala, sih? Repot tau enggak?" ketus Ningsih dengan tangan yang dia sandarkan pada fondasi jendela.

"Cuma semalam ini doang, pelit amat jadi manusia! 'Ntar gue kasih lo Haikal deh," bujuk Rivo dengan menjual nama temannya sendiri.

Ada untungnya juga Rivo mempunya teman yang diidolakan para wanita. Namanya bisa Rivo jadikan sebagai ajang barter agar Rindu malam ini bisa tidur dengan nyaman. Meski Rivo sendiri tidak terlalu yakin bahwa Rindu bisa tidur setelah kejadian itu menimpa dirinya. Namun, Rivo masih berharap Rindu akan bisa tidur untuk malam ini dan bisa sedikit lupa dengan lukanya.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now