32

31 3 6
                                    

Tiga hari sudah setelah tes DNA dilakukan. Hanya tinggal menunggu hasilnya keluar saja. Hasil itu dijanjikan keluar pada hari ini. Selepas tiga hari ini, Rivo, Rindu, dan Ramon menunggu hasilnya dengan sama-sama merasa was-was. Takut kalau hasilnya tidak sesuai harapan dan hanya akan menemukan mereka pada kekecewaan. Untuk itu tak ada yang berani menyimpan banyak harapan. Menunggu dengan sabar dan tidak terlalu dipikirkan.

Jam istirahat kedua masih berlangsung, selepas dari menunaikan kewajiban dan juga sudah selesai makan siang. Kini, lima orang yang selalu bersama itu tengah menunggu jam masuk. Sama-sama bermain di dalam kelas dan saling bercanda satu sama lain. Zaka pun terkadang sudah tak terlalu mempermasalahkan dekatnya Rindu dengan Rivo. Meskipun bukti bahwa mereka bersaudara belum ada, tapi melihat mereka berdua saling tertawa rasanya Zaka tak apa.

Ada suara dering ponsel yang menghentikan tawa Rivo di sudut sana. Rindu dan Haikal pun ikut menghentikan tawa. Sementara itu, Zaka dan Azura sedari tadi sama sekali tak mengeluarkan suara. Melihat panggilan yang masuk, Rivo mengambil jarak dengan semuanya. Membawa ponsel ke sudut yang berlainan dan mengangkatnya setelah merasa agak jauhan.

"Iya, Pa!" ucap Rivo menjawab panggilan dari Ramon.

"...."

Sedikit senyuman Rivo sunggingkan, berikutnya ponsel itu langsung dia matikan. Menatap ke semua orang di belakang sana yang seolah menunggunya membuka suara. Senyuman di bibir Rivo perlahan semakin mengembang yang membuat siapa saja yang menatapnya pasti kebingungan.

"Ndu, hasil tesnya udah ke luar!" ujar Rivo memberitahukan.

"Udah? Gimana hasilnya?" tanya Rindu antusias berdiri dari duduknya.

Kembali Rivo mengedarkan senyuman. "Cocok!" sahut Rivo dengan tawa kecil sebagai penutup.

Tawa itu menularkan senyuman, dengan empat orang di hadapan yang sama melepas senyuman. Terlebih lagi Rindu yang langsung kegirangan. Kakinya mulai melangkah menghampiri Rivo dan memeluknya sebagai bentuk kesenangan. Tawa itu terdengar menyenangkan, sampai-sampai Rindu sedikit meloncat-loncat dalam pelukan. Rindu sadar dengan apa yang dia lakukan, sebalik dari itu Rindu sama sekali tak merasakan bahwa dia sedang berpelukan bukan lagi sebagai pasangan. Rasanya sosok itu langsung menerima kenyataan dan tak ada lagi kesan penolakan.

"Haaa ... makasih, Kak Rivo!" senang Rindu dan enggan melepas pelukan.

Rivo mengangguk dan mengusap-usap rambut Rindu menyalurkan kehangatan. Dari semula mereka berdua yang sama-sama tidak bisa menerima kenyataan, kini mereka juga sama-sama merasa kesenangan dengan apa yang semesta takdirkan. Mereka seolah lupa kalau mereka pernah menjalin hubungan yang seharusnya tidak mereka lakukan. Sakit yang dulu sama-sama mereka rasakan, sekarang hilang dengan bahagia yang datang menggantikan.

"Riv, lo enggak lupa 'kan kalau lo bahagia gara-gara tau kalau kalian bersaudara?" tanya Haikal memastikan. Sebab Haikal tak mudah percaya. Takutnya Rivo melupakan itu semua dan masih menganggap Rindu sebagai kekasihnya.

Rivo membulatkan telunjuk dan ibu jarinya pertanda dia tidak lupa. Zaka sendiri saja seolah tidak mempermasalahkan, tapi Haikal malah menganggapnya berlebihan. Untuk lebih meyakinkan bahwa Rivo memang menganggap Rindu hanya sebagai adiknya, Rivo pun melepas pelukan. Kemudian dia membawa Rindu kembali ke perkumpulan. Saat itu, Azura langsung memberi ucapan selamat untuk dua orang yang sudah pasti dinyatakan adik-kakak.

🌹🌹🌹

"Kak, sebenarnya waktu kecil aku kenapa bisa pisah sih, sama kalian? Aku nakal, ya?" tanya Rindu saat di kosan mereka bermain bersama.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now