39

22 2 0
                                    

Haikal dan Rivo kembali ke kelas, hanya kala jam istirahat menyapa. Haikal berjalan seolah tanpa tenaga dengan kaki yang diseret masuk ke kelas dan Rivo yang berjalan layaknya raja. Tentu saja semua mata menatap ke arah Haikal dengan tatapan bertanya-tanya. Orang yang biasanya menjadi penyejuk setiap mata, sekarang terlihat berantakkan dan sama sekali tak sedap dipandang.

Tampak Azura langsung menghampiri mereka. "Haikal, kamu kenapa?" panik Azura yang melihat ada darah di bahu kiri Haikal.

Haikal menatapnya sekilas dan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Azura. Menumpukan berat badannya di sana dengan kepala tertunduk. Azura sampai memundurkan langkah karena tubuh Haikal yang terlalu berat untuknya. Hal itu membuat Zaka menarik belakang baju Haikal agar tak lagi bertingkah aneh demikian.

"Mabuk lo?" tanya Zaka keheranan dengan sikap Haikal.

"Bolos bareng yuk!" ajak Rivo dengan suara bersemangat.

"Eh? Jangan! Apaan sih, bolos-bolos? Enggak boleh pokoknya!" sahut Rindu cepat.

Tentu saja Azura dan Zaka memikirkan hal yang sama dengan apa yang Rindu sebutkan. Sejatinya, bolos bukanlah gaya mereka, bahkan hal demikian sama sekali tak pernah mereka lakukan. Bolos sekolah seakan menjadi hal yang menakutkan bagi mereka yang tak biasa melakukan. Ditambah lagi dengan kelas mereka yang menjadi bahan pujian. Kelas yang sama sekali tak memiliki murid nakal dan menjadi kelas teladan untuk kelas lain.

"Re, ayo lah. Penting soalnya" pinta Rivo lagi, kali ini dengan menggoyang-goyangkan tangan Rindu.

Rindu menelengkan kepala, pasalnya Rivo sedari tadi tak jua masuk kelas. Lalu, sekarang orang itu meminta untuk yang lainnya ikut bolos seperti yang dia lakukan. Kesan Rivo dan Haikal yang bolos pada dua mata pelaran saja sudah membuat semua orang di kelas mencecar mereka. Tak terima dengan kehadiran Rivo dan Haikal yang menjadi perusak nama baik kelas mereka. Sekarang, dengan memerintah, orang itu justru meminta tambahan anggota. Seperti sengaja menambah keburukan pada kelasnya.

"Enggak! Kalau Kak Rivo mau bolos, bolos aja sendirian. Bolos kok, ngajak-ngajak? Nyebelin!" ketus Rindu merasa kecewa dengan kembarannya yang datang membawa dampak buruk bagi kelas.

"Ayo cepetan, takutnya gerbang sekolah udah ditutup!" desak Rivo lagi, "Ka, bawa mobil lo, ya! Biar bisa barengan semuanya!" perintah Rivo kepada Zaka.

Zaka berdengung kecil dengan apa yang Rivo perintahkan. Seenaknya saja orang itu memerintahnya untuk melakukan tindakkan buruk yang jelas merugikan. Kalaupun Rivo adalah kakak dari kekasihnya, tapi Zaka tetap tidak akan mengiyakan perintah yang demikian. Terserah kalau Rivo menolaknya sebagai adik ipar, yang penting dia tidak sampai ketinggalan pelajaran.

"Ra, ikut ya?! Kali ini aja." Haikal yang sedari tadi diam dengan wajah yang berantakan, sekarang justru ikut menghasut Azura dengan cara menggenggam tangannya.

Ada getaran yang ditimbulkan dari genggaman yang Haikal lakukan. "Kal? Kamu beneran enggak apa-apa? Itu bahu kamu luka 'kan? Coba aku liat!" panik Azura lagi karena yang bisa dia pikirkan tentang akibat getaran dari tangan Haikal adalah darah pada bajunya.

"Aku baik-baik aja! Kamu ngertiin sekali lagi, Ra! Sekali aja!" pinta Haikal lagi dengan mempererat genggaman tangannya.

Azura sekarang mulai mengerti, alasan Haikal demikian pasti ada hubungannya dengan penyakit Rivo. Namun, entah apa itu Azura tentunya juga tidak bisa memahami lebih jelas dari itu. Untuk itu, dengan menganggukkan kepala, Azura menyetujui ajakan Haikan. Kemudian gadis itu berbisik kepada Zaka dan Rindu untuk membuat mereka berdua mau ikut bolos sekolah. Entah apa pula yang gadis itu bisikkan, setelahnya sepasang kekasih itu pun menyetujui ajakannya.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now