chapter 20

719 81 18
                                    

Lesu. Satu kata yang menggambarkan keadaan Taufan sekarang. Teman-teman nya heran dengan tingkah bocah yang biasanya pecicilan itu. Tapi lihat sekarang, ia duduk menyender dengan melihat kearah jendela. Tingkahnya persis orang putus cinta.

"Fan, lu gapapa? " Tanya Andi menepuk bahu Taufan yang dibalas lirikan tak minat dari empunya.

Merasa tak mendapat balasan, Andi diam melirik Gempa yang datang ingin meminta bukunya pada Taufan. Gempa yang merasa diperhatikan mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa? "

"Bestie lu galau tuh" Kata Andi. Gempa menghampiri Taufan yang tampak tak ada semangat hidup.

"Kamu kenapa Taufan? " Alunan lembut dari mama Gem kita membuat Taufan memeluk Gempa dengan terisak.

"Hisk! Hisk! Gem... " Ujarnya lirih. Gempa menepuk pelan punggung anak--ekhem, maksudnya teman sekaligus kembarannya yang paling alay itu. "Kenapa hm? " Ucap Gempa yang keibuan sekali.

"Gue difitnah Gem hisk! Gue difitnah " Adu Taufan.

Alis Gempa tertekuk yang lainnya juga diam-diam menguping pembicaraan mereka. Persis emak sama anak, itu pikir mereka.

"Memangnya kenapa difitnah? "Tanya Gempa bingung. Ayolah, Senakal-nakalnya Taufan masa kena fitnah.

"Jadi kemarin gue disuruh emak ke warung. Nah pas udah mau pulang gue liat jemuran jatoh ditiup angin. Dengan kebaikan hati gue, gue ambil tuh jemuran. Niat hati mau naro lagi ditempat jemuran itu eh yang punya tiba-tiba nampar gue Gem. Gue dikira maling beha. Padahal gue cuma mungut" Curhat Taufan.

Sekelas pada tepok jidat. "Anjir maling beha" Ujar salah satu murid disana.

"Udah gitu gue digampar lagi Gem. Hilang udah kesan keren gue Gem kalo dipanggil maling beha" Lanjut Taufan tak peduli pada yang lain. Ia hanya ingin mengadu pada teman sekaligus kembarannya yang paling bijak itu.

"Emang kamu gak jelasin? "Tanya Gempa lagi.

" Udah Gem, sekalian aku godain. Eh malah digampar lagi. Tiga kali Gem"ujar Taufan. Gempa menggelengkan kepalanya. Temannya ini playboy sekali. Pantesan digampar.

Gempa melepaskan pelukan Taufan. Dia malas meladeni Taufan begitu mendengar penjelasan yang terakhir. Dah lah bodoamat.

Sementara Taufan masih galau. Teman-teman sekelasnya pada gak peduli karena salah sendiri pake acara godain anak orang.

Tak lama wajah Taufan berubah sumringah melihat kearah pintu.

"Neng Leo! " Teriak Taufan cempreng. Gempa menutup telinganya. Sungguh suara Taufan membuat telinganya berdengung.

Eleonora yang merasa terpanggil tersenyum kearah Taufan dan membuat sang empu berjalan melompat-lompat kearahnya. Teman-teman nya menggelengkan kepalanya melihat Taufan kembali ceria. Gak ada kapok-kapoknya, padahal baru abis galau gara-gara digampar. Belum aja ditinju atau dibanting.

Gempa menepuk jidat. Dah la.

.
.
.
.
.

Dark berjalan kearah kelasnya. Sudah seminggu ia tidak sekolah, ia rindu dengan para kembarannya--walaupun ia tidak akan pernah mengatakan ini pada siapapun.

Pintu kelas dibukanya, dapat dilihat sudah banyak orang didalam. Pandangannya terhenti di kursi sebelahnya. Ice membuka matanya merasa ada tatapan dingin lalu mendongak melihat Dark atau harus ia panggil Halilintar (?)sedang menatapnya.

Ice tau Dark pasti bingung dengan dirinya yang duduk tiba-tiba disamping meja Dark. Ice melirik mengikuti gerakan Dark yang duduk di meja miliknya.

Sret

Ice menggeser kursinya menjadi lebih dekat dengan Dark. Dengan tampang bodohnya, ia merebahkan kepalanya di bahu Dark. Hangat namun agak asing dan terasa dingin, ntahlah. Itulah kesan pertamanya. Berbeda dengan tubuh Blaze yang penuh gelora. Ia mencari posisi yang nyaman bahkan ia memeluk pinggang Dark dari samping. Dark heran. Ayolah, sejak kapan Ice yang tidak peduli menjadi manja seperti ini padanya.

Solar menatap sinis Dark. Masa bodo mau ia Halilintar atau Dark, yang penting ia tetaplah rivalnya. Solar tidak suka! . Solar duduk di meja miliknya. Memang ia duduk paling depan berbeda dengan Dark yang duduk paling pojok belakang. Ice yang tadinya duduk ditengah malah pindah ke sebelah Dark.

Solar membuka buku sains karena guru telah masuk ke dalam kelas. Ia memang anak rajin walau agak narsis.
.
.
.
.
.

Dark mengeluh, ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa karena gerakannya terbatas oleh Ice. Bahkan mencatat materi pun ia tidak bisa. Kedua tangannya terkekang pelukan Ice. Namun ia tidak tega membangunkan polar bear yang tertidur nyenyak itu. Ia deja vu dengan keadaan ini. Seperti pernah atau sering sebelum ia bereinkarnasi. Ia tak ingat karena ia sama sekali tak punya ingatan apapun saat masih menjadi Halilintar. Karena ingatan itu ada di Hali bukan padanya. Satu hal yang masih menjadi misteri baginya.

Kriinnggg!!!

Bunyi bel tanda istirahat berbunyi lalu guru didepan kelasnya menghentikan pelajaran dan keluar dari kelas. Para murid bersorak bahagia karena bisa mengisi cacing mereka yang berdemo.

Brak!

Pintu kelas dibuka kasar oleh seseorang. Blazer, pelaku pendobrakan menatap tak bersalah. Ia mencari adik manisnya dan matanya tak sengaja melihat sang adik bermanja ria dengan Halilintar, ah maksudnya Dark.

Blaze berlari ke meja Dark dan Ice.

"ICE! KOK SELINGKUH?!! " Teriaknya heboh.

"Ck. Berisik! " Geram Ice merasa tidurnya terganggu. Ia semakin mengeratkan pelukan yang pada Dark membuat Dark tak nyaman.

"Ice, Lintar gak bisa nafas" Suara si imut Thorn menginterupsi. Ya, dia memanggil Dark dengan sebutan Lintar karena kalo panggil Hali nanti tertukar dengan Halilintar palsu yang berada dipenjara angkasa lagih.

Ice melepaskan dengan tak rela. Matanya melirik sinis Blaze tapi tangannya terangkat minta digendong. Dasar.

Blaze yang tau tabiat adiknya yang gak mau gerak, dengan sigap menggendong Ice kearah kantin. Solar dan Thorn berjalan bergandengan tangan.

Gempa melirik Dark yang masih diam ditempat memutuskan menarik lengannya pelan mengajaknya ke kantin bersama.

"Ayo jalan" Ucap Gempa tersenyum. Taufan juga memeluk lengan sebelah Dark. "Ayo jalan Lili-chan! " Seru Taufan. Dark jijik dengan panggilan Taufan. Tapi tak bisa dipungkiri ada rasa rindu pada panggilan itu.
Trio original itu berjalan ke kantin menyusul para elemen yang lain.




Bersambung......


Hai Hai Hai!

Kangen author? Gak, yaudah *pundung dipojokan*

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang