chapter 21

570 60 3
                                    

Kejar Solar

Terdengar suara di telinganya. Ia menoleh mencari sumber suara tersebut namun tak ada orang.

Kejar!

Suara itu makin keras. Ukh, apa yang harus ia kejar?

Kejar Solar!

Ia--Solar frustasi merasa telinganya berdengung.

KEJAR GOBLOK!


Lah suaranya ngegas? Dengan masabodo Solar berlari kearah depan tak tau apa yang ia kejar.

Krek!

"AAAAAAA!!!! "

GUBRAK!!

Solar terjatuh dengan tak elitnya karena menginjak ranting pohon. Tch, sial sekali hidupnya.

Kenapa berhenti?

Gue jatuh bodoh! Ingin sekali Solar mengatakan hal tersebut kepada suara terkutuk yang sialnya tidak bisa ia ajak baku hantam.

Solar mengusap pangkal hidungnya yang terasa nyeri karena terjatuh tadi. Terkutuklah kau ranting pohon, gerutunya sembari mencoba berdiri. Ukh, baju putih berserinya sekarang kotor oleh noda tanah.

Cepat jalan kita harus kembali mengejar!

Titah suara itu membuat kesal. Solar kembali berjalan dengan terseok-seok merasa kakinya terkilir sebelah. Dia merintih sembari melihat hutan yang mulai gelap. Oh, ini menyeramkan! Ditambah dengan suara-suara aneh dari pepohonan dan bebatuan disekitarnya membuat Solar bergidik ngeri.

.

.

.

.

.

"Hueeee Rion hilanggg!! " Jerit tangis pemuda imut bernetra hijau bernama Thorn. Disebelahnya ada mam//plak!, Ekhem! Gempa yang sedang menenangkan. Ia menepuk-nepuk pundak si hijau agar suara tangisan--cempreng--milik Thorn mereda. Sementara Taufan lari-lari gak jelas sambil neriakin nama Solar. Perkemahan mereka kacau dengan hilangnya sang elemen cahaya. Padahal mereka cuma kemah dikebun belakang sekolah entah bagaimana si Solar bisa  menghilang sampai ke hutan. Herman aku tuh.

.

.

.

.

.

Kita kembali kepada Solar yang masih tersesat dihutan. Ingin menangis tapi gak gentle kalo dia nangis karena tersesat. Apa kata dunia!?

"Duh nasib orang ganteng.. " Keluh Solar yang masih sempet-sempetnya narsis. Mari kita jitak berjama'ah.

Hatchim!!

Solar menggigil karena udara yang dingin. Ia lupa hanya memakai kaos putih pendek melupakan jaketnya yang tertinggal saat ia tersesat tadi.

Hutan gelap khas horor dengan bunyi aneh membuat Solar ekstra super duper waspada takut diserang hewan buas. Sialnya, ia belum bisa membangkitkan kuasanya tidak seperti yang lain membuat Solar iri. Lebih sialnya lagi, suara yang daritadi mengganggunya hilang kemana.

Jangan-jangan suara yang tadi itu ulah makhluk halus?

Kaki Solar gemetar membayangkan hal yang tidak-tidak. Demi apapun Solar masih ada dosa! Ia belum meminta maaf karena memasukkan cuka kedalam minuman milik Dark tadi. Solar menyesal sekarang.

.

.

.

.

.


Ochobot sedang bersantai di sofa dengan membaca buku 'serba-serbi bahasa Indo' yang ia beli ditoko buku minggu lalu. Eleonora sedang membeli gula diwarung.

Ceklek, suara pintu terbuka. Ochobot menoleh melihat Eleonora yang sedang melepas sendal dan menaruhnya dengan rapih.

"Ini Ochobot gula yang kau pesan."

"Okey, makasih ya" Balas Ochobot lalu terbang mengambil gula yang sudah dibeli Eleonora. Rencananya Ochobot ingin membuatkan kue coklat sebagai rasa terimakasih atas izin untuk tinggal dirumah Eleonora.

Saat sedang asyik-asyiknya membuat kue, telepon Eleonora berdering dengan nama panggilan 'Gempa' yang segera diangkat oleh Eleonora.

"Halo Gem, kenapa nelpon? "

"Ukh, El ada Ochobot gak? " Bukannya menjawab Gempa malah bertanya. Eleonora mengerutkan keningnya, "ada kok. Bentar ya, Ochobot nih Gempa nanyain! " Balas Eleonora dengan seruan diakhir memanggil sang robot pintar.

Ochobot terbang meninggalkan adonan kue yang sedang ia oven menghampiri Eleonora. Segera saja ia mengambil ponsel pintar tersebut.

"Halo Gem, kenapa? " Tanya Ochobot to the point.

"Ochobot, Solar hilang. Bisa tolong bantuin cari gak? Soalnya kita udah cari gak ketemu"

"Emang kalian ngapain sampe Solar ilang? " Heran Ochobot. Entah masa lalu atau masa sekarang para elemen ini selalu bermasalah.

"Sebenarnya kita lagi ngadain perkemahan dikebun belakang sekolah tapi entah kenapa Solar yang bertugas nyari kayu malah hilang gak ketemu. HP nya ditinggal, kita juga udah hubungi keluarganya tapi katanya Solar gak pulang ke rumah" Jelas Gempa PxL.

"Oh yaudah. Aku sama El bakal bantuin" Kata Ochobot.

"Makasih Ocho" Kata Gempa yang hanya dibalas gumaman oleh empunya.

.

.

.

.

.

"Katanya Ochobot mau bantuin" Jelas Gempa setelah menutup telpon. Yang lain bernafas lega.

"Lagian si Solar kemana sih pake ilang segala. Emang bocil apa" Gerutu Blaze memain-mainkan batu disekitarnya. Ice menguap disebelahnya dengan kepala bersender kepada Dark. Jujur ia sangat suka berada di dekat Dark karena nyaman. Sedangkan Taufan mengatur nafasnya yang memburu karena lari-larian tidak jelas. Thorn menunduk dengan kepala yang masih setia diusap oleh mama kita tercinta Gempa.

"Gak usah sedih Thorn, si ben--Solar pasti ketemu" Ujar Taufan sembari berjongkok.

"Kita tungguin Ochobot dulu ya. Pasti Ochobot bisa temuin Solar" Kata Gempa menenangkan. Thorn mengangguk mendengarnya.

"Meng-ngemeng nih bocah satu malah tidur. Bangun woi! " Teriak Taufan melempar kerikil kearah Ice. Ice berdecak sebal dan membekukan kaki Taufan dengan kuasanya.

"Ice kamu kejam! " Rengek Taufan karena kakinya membeku. Ice yang mendengarnya masabodo sembari mengeratkan pelukannya pada Dark yang menghela nafas pasrah. Yang lain menggelengkan kepala melihat tingkah duo biru itu



Bersambung.......

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang