chapter 26

398 39 3
                                    

Nostalgia, itulah yang dirasakan Solar saat ini. Ia mengamati kamar yang tak berubah sedikitpun -kamarnya lebih tepatnya kamar Boboiboy. Walaupun kamar itu sudah dipakai Fang untuk waktu yang lama, tapi tidak ada struktur atau interior yang berubah karena Fang ingin merasakan kalau Boboiboy tetap ada.

Solar meringis merasakan luka dilututnya yang sedang disterilisasi dengan alkohol. Melirik kebawah, ia bisa melihat Fang yang sedang mengobatinya dengan telaten. Setelah selesai, Fang mendongak menatap sang empu yang membuang muka karena ketahuan menatap terlalu dalam kepada si pengendali bayangan. Fang tak peduli, ia kembali melanjutkan aktivitasnya mengobati si Putih.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Solar yang sibuk memandangi kamar sedangkan Fang sibuk merapikan kotak p3k yang baru ia gunakan. Keheningan itu tak bertahan lama hingga suara ketukan mengalihkan atensi mereka. Tok Aba datang dengan kursi rodanya tersenyum, "korang jom makan dulu, Atok dah masak ayam kari buat korang." Ujarnya.

Fang mengangguk sementara Solar masih malu-malu mengiyakan ajakan Tok Aba. Ia merasa tak enak hati karena Tok Aba memandangnya sendu.

Sebelum Tok Aba memutar arah kursi rodanya, Solar terlebih dahulu menghampiri- walau kakinya masih sakit untuk membantu mendorongkan kursi roda kakeknya -kakek Boboiboy itu. Tok Aba hanya tersenyum memperbolehkan elemental serba putih itu membantunya.

Saat mencapai tangga Solar kebingungan. Bagaimana caranya bawa kursi rodanya sampai bawah?, Pikirnya. Fang yang mengikuti dari belakang mendengus merasa sahabatnya itu masih lah sebodoh dulu.

"Tekan tombol ni lah. Baru boleh turun tangga" ujar Fang menekan tombol berwarna hijau kecil pada kursi roda. Seketika kursi roda itu melayang rendah membuat Solar membuka mulutnya dengan menggumamkan 'ooh' kecil.

Sesampainya dimeja makan, mereka disambut berbagai macam makanan. Bukan hanya kari saja, ada tom yum, rendang, ayam goreng dan lainnya yang rasanya terlalu banyak jika hanya untuk mereka bertiga santap. Ah, pasti Tok Aba terlewat senang hingga memasak terlalu banyak. Solar bisa merasakan berat badannya bertambah hanya dengan melihat makanan dimeja saja.

Tak ada pembicaraan dimeja makan. Hanya keheningan dengan suara dentingan alat makan. Solar menyuap sesendok nasi dengan canggung karena tatapan Tok Aba. Mengedip kecil, Solar melihat sepotong ayam goreng baru yang diletakkan Tok Aba dipiringnya. Ia hendak protes karena makanannya jadi terlalu banyak namun diurungkan begitu melihat wajah antusias Tok Aba. Merasa tercubit hatinya, Solar tetap memakannya walau berkali-kali makanan dipiringnya ditambah Tok Aba dengan senyuman manis.

Ice beri aku kekuatan untuk menghabiskan semua makanan ini!, Batin Solar mengingat betapa besar nafsu makan salah satu pecahannya. Ia berharap setidaknya malam ini ia bisa serakus sang polar bear kutub itu.

Fang mengusapkan tangan ke wajah sembari tersenyum. Ia agak kasihan pada elemental bungsu namun tak ingin menghentikan antusiasme pria lanjut usia itu. Fang menggenggam erat alat makannya dengan menahan air mata yang mencapai sudut matanya. Ia rindu sahabatnya....














Paginya,

"Bob- Solar tak makan lagi? Tok Aba dah siapkan sarapan buat kau sebelum pergi kedai tadi" ujar Fang saat melihat sang elemental cahaya sedang lengsehan dekat sofa sembari mengutak-atik saluran tv.

"Diet" balas Solar kecil. Perutnya masih merasa penuh dan semalaman ia tidak bisa tidur karena kekenyangan. Karena itu ia telat bangun tadi dimana itu bukan Solar banget. Mengingat ia adalah anak yang rajin walau narsis. Ah, apa kata fansnya nanti kalo tau dia telat bangun pagi hanya karena kekenyangan. Solar juga turut mempertanyakan mengenai berat badannya yang pasti naik. Ia butuh timbangan sekarang

Fang mendengus kecil merebut remote tv yang dipenggang Solar yang mengundang protes dari empunya.

"Pergilah makan dulu, kesian Tok Aba penat-penat buatkan"bujuk sang pengendali bayang.

Solar menggerutu. Dengan langkah dihentak-hentakkan ia pergi menuju dapur. Lagi-lagi Fang mendengus, ia mengikuti langkah Solar berniat membantunya menghabiskan sarapan milik Solar tersebut.








Sementara itu,

"Apa? Solar hilang!?"

Terdengar jawaban dari sebrang telpon. Dark menggenggam telpon dengan erat usai menutupnya.

Melempar telponnya sembarangan, Dark bergegas pergi sembari bergumam,. "Beraninya mereka menculik Solar"




Bersambung.....

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang