chapter 23

541 56 5
                                    

Bahagia. Itulah yang sedang dirasakan oleh Gamma. Tidak ada tugas dari dosen rasanya seperti menjadi ironman. Jangan katakan ia lebay, itu adalah kenyataan.

Gamma melangkah keluar dari kelas menuju kantin. Ia akan merayakan hari ini dengan semangkuk mie ayam dan es jeruk kesukaan nya. Ah membayangkan nya saja ia sudah kelaparan.

Baru saja ia merasa bahagia, moodnya dihancurkan oleh tarikan dikerah belakang baju yang ia kenakan hingga ia terjungkal ke belakang.

GUBRAK!!

Sakit. Bokongnya terasa berdenyut. Ia menengok kebelakang mencari tau siapa biang keladi dari penistaan ini karena orang-orang yang lewat menertawakan nya.

"Pfttt... Lu ngapain duduk lengsehan dilantai? " Nada mengejek itu sukses membuat Gamma naik pitam. Ia berdiri dan langsung menempeleng kepala sahabat laknatnya itu.

"Sialan lo Frost, sakit nih pantat gue! " Marah Gamma disambut tawa cekikikan dari sahabatnya itu. Dirangkul nya Gamma seraya berkata; "dah lah. Kuy ngantin, laper nih gue" Ajaknya seraya berjalan dengan Gamma yang masih dirangkul mengundang dengusan kasar dari Gamma sendiri tapi tidak membalas.






Sesampainya dikantin, mereka mulai memesan makanan. "Ibu koh, anak moh ini pesen bakso malang sama jus mangga yoh(ibu ku, anakmu ini pesen bakso malang sama jus mangga ya) " Kata Frost. "Okoh(oke) " Balas ibu kantin seraya memberikan gerlingan kepada Frost yang disambut kekehan. Ya.. Mereka memang biasa begitu jika bertemu.

"Kamoh pesen apoh Gam? (Kamu pesen apa Gam?) " Tanya ibu kantin pada Gamma yang dijawab; "akoh pesen mie ayam sama jus jeruk yoh ibu koh (aku pesen mie ayam sama jus jeruk ya ibuku) " Ibu kantin mengacungkan jempolnya lalu membuat pesanan mereka.

Keduanya sekarang tengah duduk menunggu pesanan mereka. "Eh lu tadi ngapa senyum-senyum bae pas dijalan. Gak kesambet kan? " Tanya Frost memulai pembicaraan. Gamma yang ditanya begitu menjawab; "kaga ada tugas di matkul tadi kan gue jadi seneng. Biasanya kan dosen kaga waras soalnya dikasih tugas mulu" Ujarnya. Frost hanya ber'oh ria saja.

"Tapi ada lagi sih yang bikin gue bahagia" Kata Gamma tiba-tiba menarik perhatian Frost. "Apa? " Ucap Frost bertanya. Gamma menyeringai, "gue ketemu 'dia' kemarin" Ucap Gamma yang membuat Frost kaget dan tak sengaja mengebrak meja kantin. Perbuatannya mengundang perhatian seluruh kantin. Ia meringis seraya mengucapkan permintaan maaf.

Gamma berusaha menahan tawanya yang akan pecah mengundang tatapan tajam dari sahabatnya itu. Mereka kembali duduk tenang dengan Gamma yang sesekali terkekeh pelan.

"Lu serius ketemu 'dia' kemarin? Gak bercanda kan!? " Tanya Frost menuntut jawaban. Gamma menceritakan semuanya kepada Frost yang serius mendengarkan. Setelah selesai bercerita, Frost menyenderkan kepalanya ke jendela di samping nya. Memang mereka duduk didekat jendela karena sepi.

"Gila sih" Gumam Frost yang masih dapat didengar oleh Gamma.

"Gila kenapa? " Tanya Gamma yang hanya dilirik Frost. Ia menghela nafas lalu duduk tegak kembali. "Maksud gue 'dia' kan harusnya--agh! Pusing gue! " Ujar Frost dengan nada frustasi. Gamma mengangguk membenarkan. Ia tau apa yang dimaksud Frost. Baru akan berucap, suara melengking dari pintu kantin membuat Gamma harus berhenti dan menoleh.

"FROSTFIREEEEE!!! BALIKIN BUKU GUEEE!!!" Teriakan menggelegar itu membuat seluruh kantin menoleh kepada seorang pemuda berjaket hijau army itu. Frost meringis mendengarnya. Si pemuda tak mempedulikan pandangan orang dan berjalan ke arah meja kedua temannya lebih tepatnya kearah Frost.

"Balikin!! " Ujarnya sembari melotot yang dibalas cengiran. "Bentar ya, gue salin dulu baru gue balikin" Ucap Frost memasang wajah memelas. "Nggak! " Tolakan itu membuat Frost menghela nafas. Dengan ogah-ogahan ia mengembalikan buku yang ia pinjam -tanpa ijin- itu kepada pemiliknya.

Pemuda berjaket hijau itu tersenyum senang. Ia lantas duduk disamping Gamma. Tak lama ibu kantin datang membawa pesanan mereka. "Ini makanannya anak-anak koh" Kata ibu kantin. "Makaseh ibu koh" Ujar keduanya.

Ibu kantin melihat kearah pemuda jaket hijau itu seraya bertanya; "kamoh gak pesan anak koh? "

"Jus alpukat nya satu ibu koh" Jawab pemuda itu. "Okoh" Ucap ibu kantin lalu pergi dari sana.

Keheningan terjadi beberapa saat. "Tadi kalian bicarain apa? " Tanya pemuda berjaket hijau itu kepada kedua temannya. "Gak ada yang spesial sih, emang kenapa tanya? " Ujar Gamma menjawab. "Gak ada sih, Balak cuma penasaran" Katanya.

"Lak, pinjem napa bukunya. Lu kan tau gue tadi belum nyatet" Bujuk Frost pada Balak. Balak menggeleng sembari melotot. "Siapa suruh main ambil aja. Gak izin lagi! " Kesalnya. Frost berdecak sebal. "Yaelah jangan galak-galak napa. Sama temen juga"

"Temen juga harusnya tau diri. Jangan seenaknya aja! " Frostfire kalah, ia takkan berucap lagi hingga pesanan Balak tiba di meja mereka. Gamma hanya diam malas ikut campur. Mending dia makan mie ayamnya.

.

.

.

.

.



Saat ini Taufan sedang dikejar oleh Dark. Bisa dilihat dari wajah Dark yang memerah, ia pasti kesal setengah mati.

Kejadian bermula saat pagi hari. Orang-orang berbisik-bisik melihat nya. Awalnya ia tak begitu peduli sampai saat istirahat dikantin, bisik-bisik itu tak kunjung reda membuatnya keheranan.

Saat bertanya kepada Gempa, dengan tenang Gempa menyuruhnya melihat mading. Sesampainya di mading, betapa terkejutnya ia melihat foto dirinya yang berada dipangkuan Ice dengan dibawah foto tersebut bertuliskan 'viral! Dikabarkan polar bear dan pikachu memiliki hubungan terlarang!'  Dark tau ini ulah siapa. Karena kemarin hanya satu orang yang memfoto dirinya dipangkuan Ice.

"TAUFANNN!!! " teriak Dark yang langsung mencari keberadaan si 'angin' nakal itu. Taufan yang mendengar teriakan Dark langsung berlari menghindari kejaran Dark





Disinilah Taufan sekarang, terpojok di sudut tempat pembuangan seluruh sampah sekolah. Dapat dilihatnya Dark atau mungkin sekarang Halilintar sedang menjulang dihadapannya dengan pedang petirnya yang mengeluarkan percikan listrik. Matanya telah berubah dari biru beku menjadi merah menyala. Sungguh menyeramkan, pikir Taufan.

Taufan cengengesan. "Eh ada Halilintar. Kok ganteng banget" Ujar Taufan yang dibalas tatapan tajam dari iris ruby tersebut.

Diangkatnya pedang itu tinggi-tinggi. Percikan listriknya pun semakin membesar. "Bersiap untuk mati Taufan" Ujar nya dingin. Taufan meringis; mak, maapin Upan ya.

JDDAARRRR!!!

Suara itu menarik seluruh atensi sekolah. "Wih kayanya mau ujan deh. Geledek nya gede banget" Ujar seorang siswa. Gempa yang mendengarnya terkekeh. Ia tau apa yang sedang terjadi.





Bersambung.....

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang