Chapter 25

450 40 3
                                    

Berlari, hanya itu yang Solar lakukan sekarang ini. Air mata mengalir dikedua kelopak matanya sambil mengumpati takdirnya. Pandangan orang-orang yang berlalu-lalang ia hiraukan. Hatinya terlalu kacau untuk menjaga image kerennya. Masabodo dengan Solar Swagnya.

Ia tak habis pikir tentang mereka yang mengkhianatinya. Masih jelas di ingatannya hal-hal yang mereka bicarakan.

Cahaya menghalangi Kegelapan

Sekali lagi ia mengumpat saat air matanya jatuh lagi. Nafasnya yang terengah tak ia pedulikan. Solar menghentikan langkahnya dan meraup oksigen seolah-olah ia tidak bernafas sebelumnya.

"Aaarrrrggggghhhh" raungnya dengan memegangi kepala sembari berlutut.

Disudut kota yang sepi, ia meraung menyalurkan segala rasa perit dihatinya. Terus meraung hingga suaranya terputus-putus. Mungkin pita suaranya akan rusak setelah ini.

"Solar?"

Panggilan itu membuat Solar mendongakkan kepalanya yg terus menunduk dengan posisi berlutut. Orang yang ditatap tertegun. Dengan langkah ragu, orang itu mendekati Solar. Tangannya terangkat untuk menghapus jejak air mata yang masih mengalir dikedua kelopak mata Solar.

Pupil Solar bergetar merasakan tangan lembut orang didepannya yang berjongkok menyamakan posisi.

"Fang...." lirihan itu menghentikan tangan Fang dari menghapus air mata si elemen serba putih itu. Dengan sigap, Fang memeluk tubuh yang lebih muda agar lebih tenang.

"Hisk!"

Mendengar suara isakan tertahan itu, Fang lebih mengeratkan pelukan mereka. Membiarkan sang elemen bungsu milik mendiang sahabatnya itu kembali menumpahkan kesedihan yang masih terpendam. Bibirnya terucap sebuah nama tanpa suara, "Boboiboy..."

















Blaze tertawa keras melihat tingkah boneka salju hidup yang ada di dalam televisi. Tak jauh dari tempatnya berada, Ice sedang mengunyah snack kentang dengan tatapan malas mendengar suara tawa Blaze yang baginya sangat keras.

"Liat Ice, elemen es nya sama kaya kamu!" Heboh Blaze menunjuk-nunjuk seorang gadis berkepang satu yang mengeluarkan elemen es.

Ice memutar bola matanya malas. "Berisik kamu. Ini udah malem harusnya jangan keras-keras teriaknya Blaze."

Kini giliran Blaze yang memutar bola matanya malas. "Emang siapa yang mau marahin? Toh kita tinggal berdua" ujarnya.

Ice merungut mendengarnya. Dengan cepat ia menyumpal mulut Blaze dengan segenggam snack hingga Blaze hampir tersedak dan berlalu pergi begitu saja.

"ADEK KURANG AJAR!" Teriak Blaze. Lalu ia kembali menikmati tontonannya dengan snack tadi. "Enak juga.." gumamnya sambil mengunyah.

Let it go ...





Bersambung.....

Wow, sudah berapa lama cerita ini terlupakan oleh author. Hehe maaf, author lupa soalnya aplikasi wattpadnya sempet kehapus. Pas login lagi, wah diriku punya karya yak :v

Bagi yang masih membaca makasih banget untuk segala dukungannya 👍

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang