19

213 107 92
                                    

"Anjaii, kane bat." ucap Hans menggelengkan kepalanya, ketika melihat vidio yang baru saja mereka buat.


"Ya iyalah, kan ada gue." kata Ebi dengan PD nya sembari mengankat kedua alisnya.

"Gajadi, asli ini vidio jelek bangett." ucap Hans membalikan kata-katanya tadi.

Drttt

Dering dari ponsel seseorang berhasil mengalihkan perhatian mereka.

"Syutt, diem dulu bentar," pinta Sagara kepada teman-temannya. Mereka mematuhi ucapan Sagara. Markas yang tadinya ramai bak pasar, mendadak menjadi sepi seperti kuburan.

"Halo, bunda, ada apa?" ucap Sagara

"Kamu dimana? tanya Alana dari sebrang telpon

"Gara, di markas Bun, kenapa?" balas Sagara

"Bisa pulang dulu sebentar nak?" tanya Alana

"Bisa. Gara pulang sekarang"

"Yaudah, Bunda tunggu"

Tut....

"Gua balik dulu, kalian lanjut aja," ucap Sagara Sembari memakai jaket kebanggannya.

"Bos, buat bayar makanan?" ucap salah satu anggota Aefar.

"Oh iya, ini." Sagara memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.

"Kalo kurang minta Ebi," sambungnya

"Siap."

"Ati-Ati Bos" ucap teman-temannya

Drttt

Lagi-lagi ponsel Sagara berdering. Sagara yang hendak melajukan motornya pun mendadak mengurungkan niat nya.

Sagara menautkan alisnya ketika melihat nama yang tertera dilayar ponsel. "Jeslyn?" ucapnya "Masih inget gue dia?" sambungnya

Kemudian Sagara menekan tombol telfon berwarna hijau, setelah itu ia meletakan beda gepeng tersebut di telinga nya.

"Kenapa?" tanya Sagara to the point.

"Kok kamu ketus si sama aku?" heran Jeslyn

"Kenapa? cepet deh gue lagi buru-buru." ucap Sagara

"Kamu kenapa si? marah? iya?" tanya Jeslyn yang menyadari perubahan Sagara.

Tutt...

Sagara mematikan telponnya secara sepihak. Kemudian ia mengenakam helmnya setelah itu melajukan motornya menuju rumah Alana.

Tak terasa kini Sagara sudah sampai pada pekarangan rumah nya. Buru-buru ia masuk ke dalam nya dan mencari sosok sang bunda.

Tempat pertama yang Sagara tuju adalah kamar Alana.

Cklek.

Alana menoleh kepada pintu karena seperti ada yang membuka nya. Benar saja, terlihat Sagara sedang berdiri di ambang pintu dengan satu tanganya yang masih memegang gagang pintu.

"Bunda," panik Sagara ketika melihat Alana terbaring lemah di atas ranjang.

"Bunda kenapa?" sambungnya seraya berlari kecil ke arah Alana.

"Kita ke dokter ya, Bun?"  ajak Sagara Hendak mengankat tubuh Alana.

Alana menangkat tanganya sedikit. "Gak usah nak," tolak nya Halus

SAGARA (END)Where stories live. Discover now