70 (END)

104 24 49
                                    

Sagara Berjongkok di depan gundukan tanah yang menghangkatkan keksihnya. "Hai sayang, cintanya aku, dunianya aku." Sagara mengelus nisan di hadapannya dengan tangan yang masih gemetar.

Ebi ikut berjongkok disamping Sagara, "Wei sepupu, akhirnya mereka sadar kalo gue ini emang gak salah. Udah jelas-jelas gue kan baik hati dan tidak sombong, ganteng lagi." ucap Ebi yaang setelahnya mendapat sorakan dari teman-temannya. Tubuhya terhuyung ke depan saat Theo menynggol bahunya.

"Apasi lo, Theo. Nggak usah keliatan banget gitu lah irinya."

"Dih, Najis! ngapain gue iri sama lo."

"Helehh... udah lah nggak-" ucap Ebi yang terpotong oleh Arhan.

"Mulai dah Mulai...."

"Eh, tapi lo tau nggak?" tanya Hans yang kini sudah berjongkok di samping Ebi

"Apaan tuh, Hans, gue belum tau." jawab Ebi berbisik kepada Hans.

Hans mendekatkan mulutnya ke dekat telinga Ebi, "Tadi di markas ada yang ngaku kangen sama lo," ucapnya yang masih biaa di dengar oleh yang lainnya.

Ebi membuka mulutnya, kemudian menutupnya dengan lengan. "OH YAAA?"

Theo menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "Cepu banget lo," ucap Theo tak terima.

Hans kembali berisik, "Tuh kan, ada yang ngerasa, padahal gue gak sebut nama."

"Nggak usah bisik-bisik gitu, gue masih bisa denger."

"Cie kangen Ebi ciee, makannya gengsi lo tuh turunin, udah nyampe satelit tuh gue liat-liat." Aksel ikut menggoda Theo.

"TERUS AJA TERUSS, GAPAPA GUE IKHLAS,"

Hal tersebut mampu membuat gelak tawa teman-temannya yang lain.

*****

Hari kelulusan tiba, Mereka sudah berkumpul di Aula dengan Kebaya juga Jasnya masing-masing. Satu persatu nama siswa/i sudah terpanggil untuk maju kedepan, mengambil sertifikat kelulusan.

"Annabella Brethjce Nasution. Anak kami, teman kalian, yang baru saja berpulang beberapa hari lalu, yang akan diwakilkan oleh Tante-nyaa, Ibu Lia. Silahkan maju ke depan.

Lia membuang napasnya berat, dengan fas foto Bella yang ia bawa, Lia berjalan mendekat kepada kepala sekolah SMA Dirgantara dengan senyum getir yang tersirat di wajahnya.

Kepala sekolah tersebut menyematkan piagam Bella kepada Lia, ia juga menerima sertifikat Bella dan berfoto brsama kepala sekolah dan jajaran pengajar SMA Dirgantara.

"Sekali lagi, saya turut berduka cita, ya, Bu."

Lia menangguk, "Terima kasih banyak Pak, saya mewakili Bella, ingin meminta maaf apabila Bella memiliki salah selama bersekolah di sini, dengan Bapak atau dengan guru yang lainnya."

"Iya, Bu, Bella selama sekolah di sini tidak meninggalkan rekam jejak yang buruk. Justru Bella merupakan salah satu siswa berprestasi di sini."

"Alhamdulillah, kalau gitu saya permisi Pak, terima kasih sekali lagi."

"Baik, Terima kasih atas waktunya Ibu Lia. Kita sama-sama Doa kan, semoga Almahrumah Bella tenang di alam sana." ucap Salah satu MC.

Satu persatu siswa/i sudah mendapatkan sertifikat kelulusannya masing-masing. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11.00 WIB. Acara pelepasan telah usai.

Masih dengan kemeja dan Kebayanya, Sagara, Ebi, Aksel, Arhan, Hans, Theo, Uzma, Riana, Retta dan Ziya sudah berada di makam Bella.

Sagara menyematkan piagam milik Bella di nisannyaa. "Happy Graduations sayang." ucap Sagara.

"Happy Graduate bestie," sahut Ziya

"Happy Graduate, Bella." timpal yang lainnya.

"Bel, lo tau gak?" kata Uzma "LO MASUK DAFTAR SISWA ELIGIBLE DAN NAMA LO TERDAFTAR DI UI. UI BEL, UNIVERSITAS IMPIAN LO." seru Uzma

"Bella lo juga harus tau, nama gue udah terdaftar di UGM." kata Retta

"Kalo gue, di ITB dong, Bell." ucap Ziya

"Harusnya, lo satu kampus sama gue Bel, Gue juga keterima di UI." kata Riana

"Gak nyangka ya, kita udah bener-bener harus jalan ke arah masa depan masing-masing. Pasti bakal kangen banget sama momen-momen pas kita SMA deh."

Aksel, lelaki ber-jas merah itu menimpali perkataan temannya, "Iya, gak kerasa juga ya, padahal kayaknya baru banget kemarin kita MOS."

"Kita semua bakal pisah Bel, tapi kalo kangen kita masih bisa ketemu, karena kita cuma pisah kota. Tapi kalo sama lo...." Ziya menundukan kepalanya.

"Hal apa yang bisa kita lakuin kalo kita kangen sama lo, kalo ketemu aja kita udah nggak bisa kita lakuin?" lirih Uzma

"Pelan-pelan kita belajar ikhlas, ya. Kita ngga boleh gini terus."

"Nanti juga bakal terbiasa kok, cuma perlu waktu aja."

*****

Hari demi hari sudah mereka lewati, di tengah kesibukanya sebagai mahasiswa, Sagara tidak pernah absen untuk datang ke makam Bella setiap sebulan sekali atau sebulan dua kali. Hal itu juga selalu rutin dilakukan oleh sahabat-sahabatnya.

Walaupun mereka sudah berpencar untuk menggapai masa depannya masing-masing, mereka selalu menepati janji mereka untuk selalu mengingat Bella yang kini sedang merajut kasih dengan Sang pencipta.

Seiring berjalanya waktu, mereka mulai terbiasa tanpa kehadiran Bella. Walau sesekali ada beberapa hal yang membuat mereka menjadi de-javu karena mereka pernah melewati jalan itu bersama Bella, atau pernah melakukan sesuatu yang sedang mereka lihat, dulu pernah mereka lakukan juga bersama Bella.

Malam ini, di rumah Bella. Mereka semua sudah berkumpul bersama kerabat, tetangga, juga anak-anak panti asuhan Edelwish untuk melakukan acara pengajian guna mengenang satu tahun wafatnya Bella.

Rasanya seperti masih tertidur dan bermimpi, mimpi yang panjang dan menyiksa. Bagi Sagara, semakin hari rasanya semakin sesak dan menyeruak. Ia masih belum sepenuhnya menerima bahwa kekasihnya benar-benar sudah tidak ada.

Jika orang lain merasa waktu berjalan begitu cepat. Hal itu tidak berlaku bagi Sagara. Bagaimana tidak, tiga ratus enam puluh lima hari belakangan ini, ia menjalani hari-harinya tanpa kekasih yang biasanya selalu menemani dia.

Tentu saja tidak mudah untuk menghilangkan setiap moment yang terasa begitu hangat saat dirinya bersama Bella. Namun, kehangatan itu telah hilang.

Orang lain mudah berkata untuk Sagara, agar ia bisa move on dari Bella dan mencari penggantinya. Akan tetapi, kenyataanya pahitnya adalah, hal itu tidak mudah dilakukan seperti apa yang mereka katakan.

Sagara membuka ponselnya, ia baru saja mengunggah sebuah vidio berisi kenangan hangatnya bersama Bella. Ribuan komen membanjiri postingan tersebut.

Pada bagian final chapter-nya, Sagara menuliskan sebuah caption pada unggahanya tersebut berupa.

Tidak ada yang abadi kecuali....
Kenangan.


SELESAI

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SAGARA (END)Where stories live. Discover now