58

149 60 112
                                    

Alana mengembaikan ponsel milik Sagara, "Lain kali, jangan di silent hpnya. Kalo urgent gini kan repot."

Sagara menangguk, tersirat rasa penyesalan pada wajahnya. "Gara ke kamar dulu, Bun." pamitnya berjalan lemas meninggalkan Alana.

Sagara kembali membuka ponselnya, membaca ulang chat Bella yang tanpa sengaja ia abaikan.

Sagara kembali membuka ponselnya, membaca ulang chat Bella yang tanpa sengaja ia abaikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Maaf, Bel...." lirihnya seraya memejamkan mata.

~°~°

Dalam tidur sementaranya, Bella berada dalam tempat yang luas sekali, ia seperti melihat dua orang yang sangat ia kenali. "Ayah, Ibu?" gumam Bella seraya berlari menghampiri dua orang yang sangat ia rindukan. Namun, semakin ia kejar semakin terlihat jauh. Air matanya mulai luruh, ia tak mau berhenti, karena di hatinya hanya ingin bertemu dengan mereka yang sangat ia rindukan. Sesekali ia meyeka airmatanya.

"AYAHH, IBUUU, TUNGGU BELLA, BELLA MAU IKUT SAMA AYAH DAN IBUU." teriaknya.

Hansen dan Arumi berhenti saat mendengar teriakan Sang buah hati yang sudah mereka tinggalkan tersebut. Kemudian keduanya mendekat, membuat Bella menghentikan langkahnya.

"Ayahhh, Ibuuu." Bella merentangkan tangannya, berharap dapat pelukan hangat yang selama ini ia rindukan. Namun harapan itu semu.

Mereka berhadapan, hanya tercipta jarak beberapa centi. Bella tersenyum bahagia karena bisa menatap Hansen dan Arumi dengan nyata. "Ayahhh, Ibuuu." lirihnya seraya menatap Hansen dan Arumi secara bergantian. Hal itu mendapat balasan senyum yang sudah lama tidak ia lihat.

Hansen menatap Bella dalam, tatapannya lebih dari tulus. "Nakk," ia melukiskan senyumnya untuk Bella. "Mimpi kamu masih panjang, Ayah yakin di sana banyak orang-orang yang sayang sama kamu."

"Benar kata Ayah, Bel. Nanti kita akan berkumpul kembali pada waktunya. Ibu paham kamu kangeeeennn banget sama kita, kita juga kangen kok sama kamu. Tapi, bukan sekarang waktunya Nak, Kembalilah, banyak yang menunggu kamu di sana.

Bella menggelengkan kepalanya, "Nggakk! Bella nggak mau. Bella mau ikut Ayah sama Ibu."

Hansen menggapai tangan Bella, Dibawanya tangan itu dalam genggamannya, Arumi ikut serta. Tangan ketiganya saling bertautan. "Bella, sayang. Kembali nak, Kembalilah pada semestamu." ucap Hansen dengan senyumnya.

"Ayah dan Ibu akan tunggu kamu di sini."

"Bel, percayalah. Raga Ayah dan Ibu memang tidak ada bersamamu. Tapi, kami selalu hadir di sini." timpal Arumi menyentuh dada Bella. "Di hatimu, Nak." lanjutnya.

"Tapi, Buu."

Perlahan, raga itu memudar, berubah menjadi bayangan semu lalu meghilang bak swastamita yang hilang ditelan mega langit dari ujung cakrawala. Air Mata gadis malang yang terbaring lemah dalam ruangan serba putih itu luruh walau netra cokelatnya terutup.


~°~°

Langit masih gelap, namun empat remaja yang datang bersamaan ke rumah sakit tempat Bella di rawat sudah terlihat rapih dengan seragamnya. Terlihat dua orang pria yang bersergam sama sudah ada terlebih dahulu di sana. Jika kalian mengira itu adalah Sagara dan Ebi, ya. Kalian benar, itu memang mereka.

"Itu Sagara sama Ebi, kan?" tanya Retta mendapat anggukan dari empat temannya.

"Ya udah, ayo kita samperin." ajak Uzma. Keempat perempuan itu mempercepat jalaannya.

"Sayang," panggil Uzma kepada Ebi kemudian memberikan pelukannya.

"Be Calm. Aku tau Bella itu perempuan yang kuat, kita sama-sama doain yaa." ucapnya seraya mengelus pundak Ebi yang masih berada dalam pelukannya.

"Gimana keadaan-nya sekarang?" tanya Ziya.

"Gais, gimana kondisi Bella?" pertanyaan sama yang kali ini terucap dari mulut Aksel. Laki-laki yang baru dating Bersama tiga temannya. Siapalagi kalua bukan Arhan, Hans, dan Theo.

"Iya, gimana, Gar, Bi?" Theo ikut bertanya.

Ebi mengurai pelukannya dengan Uzma, ia menggelengkan kepalaya lemah, "Sampai sekarang, belum ada perubahan."

"Semua salah gue, kalau aja semalem gue gak silent hp, mungkin Bella gak akan kek gini."

Ebi maju beberapa langkah ke hadapan Sagara, "Maksud lo?"

Butuh waktu beberapa detik untuk Sagara menjawab peratnyaan Ebi. Setelah dirasa cukup, Sagara mengangkat kepalanya yang sedaritadi ia tundukkan.

"Semalem, Bella nelpon gue berkali-kali, dia spam chat gue juga. Dia bilang kalo kepalanya pusing. Tapi, semalem hpnya gua silent jadi gue bener-bener gak tau kalo Bella telpon sama Chat gue." jelas Sagara

"Goblok!" maki Ebi seraya mendorong bahu sagara hingga sang empu terhuyung kebelakang.

"LO KAN TAU, BELLA PUNYA LEUKEMIA, TOLOL!"

DEG! Pernyataan itu membuat mereka yang tidak mengetahui hal ini tersentak kaget. Sedangkan Sagara, Ebi, dan Riana yang sudah mengetahuinya membuang tatpannya ke sembarang arah. Ebi, mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bias ia keceplosan akan hal ini. Padahal Bella meminta hal inijangan sampai menyebar kepada yang lain, karena Bella tidak mau membebani teman-temannya yang lain.

"Maksud lo, apa, Bi?" tanya Ziya yang masih belum paham.

"Tau lo, jangan sembarangan kalo ngomong."

Apakah ini memang waktunya untuk mereka tahu? tapi, bagaimanaa dengan Bella, bagaimana perasaanya nanti jika tiba-tiba ia tahu bahwa rahasiannya sudah terkuak. Kecewa, apakah ia akan kecewa kepada Ebi? Entahlah, biar waktu saja yang menjawab. Sekarang yang terpenting adalah kondisi Bella.

"Gar, what happened?" tanya Aksel.

"Lo berdua kenapa diem aja sih? jelasin dong!"

Baru Ebi berniat hendak menjelaskan, namun hal itu gagal karena tiba-tiba pintu ruang ICU terbuka, menampakkan Bella dengan Dr. Salsa Bersama dua suster yang mendampinginya.

"Bu, Bella mau dibawa kemana?" tanya Riana

"Iya, Dok. Bella mau di pindah kemana?" tanya Ebi

Dr. Salsa tersenyum menanggapinya, "Alhamdulillah, kondisinya membaik, kita mau pindahin ke ruang rawat inap." ucap Dr. Salsa membuat Sagara, Ebi dan yang lainnya bernapas Lega.

"Ya udah kalau gitu, Ibu duluan ya, Ri." pamit Dr. Salsa kepada sang anak.

"Saya duluan, ya." sambungya berpamitan pada yang lain.

"Alhamdulillah Ya Allah." Ebi mengucap syukur atas semuanya. Selanjutnya ia mengambil ponsel untuk memberi kabar ini pada sang Ibu.

"Lo berdua, masih punya hutang penjelasan sama kita."

"Iya, nanti gue jelasin, gue mau liat sepupu gue dulu," ucap Ebi.

"Gar?"

"Iya nanti, ya. Gue mau liat pacar gue dulu."

"SHITI!" umpat Retta.

"Mereka nyembunyiin hal gede gini dari kita."

"Ri, jangan-jangan lo juga tau ya? tapi ikut nyebunyyin ini dari kita."

"Udah jangan dibahas sekarang, mending kita susul Sagara sama Ebi aja. yuk!"

Mereka berjalan meninggalkan ruang ICU menuju ruang rawat inap Bella. Dalam hati kecilnya ada amarah yang berkecamuk namun, harus mereka tahan terlebih dahulu. Terlebih sahabat-sahabat perempuan Bella.





haii haiiii

penasarankah sama apa yang akan terjadi selanjutnya???

nantikannn di next parttt and don't forget to vote, oke.

terima kasih

SAGARA (END)Where stories live. Discover now