Bagian III

87 15 2
                                    


Tamu itu dua-duanya laki-laki

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tamu itu dua-duanya laki-laki. Memakai kemeja kotak-kotak. Rambut salah satunya agak berantakan, seakan-akan baru dihantam badai. Mereka datang dengan sikap cukup menghormat. Toh Spencer jarang didatangi tamu. Dia menahan diri menyandang tas kerja, lalu segera berlari menyeduh air panas.

Kata dua tamu itu, tidak perlu repot-repot. Toh mereka tidak akan lama. Mengingat kesibukan Tuan Spencer. Begitu kata mereka. Tuan? Gelar dari mana lagi itu? Spencer bersikeras untuk menjamu. Ya biarlah.

Urusan basi-basi kelar, kedua tamu langsung menyatakan maksud. Apa lagi kalau bukan mau membeli tanah. Tanah─ehm─Tuan Spencer. Salah satu tamu meyakinkan Spencer, dengan segala nilai pasar dan bla bla bla. Dia berbicara dengan tenang, seakan-akan abangnya bekerja di komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Spencer melirik sekilas ke arloji dinding. Sudah tiga puluh menit. Katanya tidak lama. Spencer mengeluh. Kalau tidak salah hitung, sudah seratus dua puluh lima kali lahannya ditawar. Belum menghitung yang menawar dua kali.

Dengan suara Spencer berat berujar, untuk saat ini, dia tidak tertarik bertransaksi soal tanah. Alangkah baiknya, jika kedua tamu terhormat berkenan mengalihkan investasinya ke tempat lain.

Kedua tamu menganguk-anggukkan kepala. Tanda paham kondisi. Habis itu, satu orang menyodorkan sebuah amplop, meletakkannya dengan mantap di atas meja.

"Eh? Apa ini?" tanya Spencer.

"Diambil saja, Tuan Spencer. Hitung-hitung ongkos pergi ke kantor. Ehm." Kata Si Tamu.

Spencer ingin menggeleng, tapi tangannya sudah terlanjur meraih amplop itu. Cukup tebal, pikir Spencer.

"Cukup untuk sebulan, Tuan Spencer. Anda tidak perlu repot-repot bekerja. Bisa dibelikan makanan bernutrisi tinggi. Kami tentu ingin Tuan Spencer terus sehat walafiat. Kami tidak ingin kehilangan klien penting." Ujar mereka lagi sambil tertawa. Setelah itu keduanya meralat, bahwa yang barusan hanyalah kelakar.

Intinya, amplop itu bukan masalah besar. Tidak ada kaitannya dengan jual beli tanah. Sekadar santunan kepada lansia, ucap kedua tamu, tepat sebelum Spencer menyaksikan punggung mereka menjauhi rumah.

Untuk LunaWhere stories live. Discover now