Hitam

36 5 2
                                    

Tidak ada alasan khusus kenapa Tauke tidak suka pada La Yoko. Tapi cukuplah penampilan La Yoko memberi seribu alasan atas ketidaksukaan Tauke. Lihat saja kulit La Yoko. Ampun, hitam legam. Senyumnya tidak menyenangkan sama sekali. Bahkan terkesan menjengkelkan--bahkan mengerikan. Matanya berkilat-kilat seperti tatapan pelaku kriminal. Hanya dengan melihat La Yoko, mood Tauke yang tadinya bagus bisa berubah drastis secara tiba-tiba. Berubah menjadi sangat buruk.

Kejengkelan Tauke semakin bertambah-tambah, sebab La Yoko sering berkunjung ke rumahnya, nongkrong-nongrong tidak jelas di kios milik Tauke. Memang La Yoko sering ke situ karena ia berkawan baik dengan Ardit, pemuda yang dipekerjakan Tauke untuk mengurusi mart, tapi tidak ada salahnya untuk berhati-hati.

Sering Tauke secara sengaja berlalu di depan Ardit dan La Yoko dengan memperlihatkan wajah yang tidak senang, dengan maksud agar La Yoko sadar bahwa kehadirannya di kios itu tidak terlalu diinginkan. Tapi La Yoko tetap tersenyum, dan dua hari kemudian, ia datang kembali ke kios itu. Tauke menggerutu dalam hati. Sudah mukanya jelek, tidak peka lagi.

Tauke punya firasat, La Yoko pasti punya niat tidak baik, karena di antara teman-teman Ardit, hanya ia yang paling sering berkunjung ke kios. Bahkan pernah sekali waktu Tauke memergoki La Yoko sendirian di kios sambil melirik kiri kanan. Seolah-olah sedang menghitung estimasi barang dalam kios. Tinggal masalah waktu, La Yoko akan menjalankan aksinya.

Dan akhirnya, satu insiden pecah. Kios Tauke dibobol maling. Jumlah uang yang dicuri tidak sedikit. Mereka belum sempat memindahkan deposito. Seakan-akan pencurinya tahu akan hal itu. Kejadiannya dini hari buta. Istri Tauke meraung sedih. Tauke marah besar. Dipanggilnya polisi, dikumpulkan semua saksi, tapi hasilnya nihil. Jejak pencuri itu tak terendus. Menghilang begitu saja. Tidak ada petunjuk apapun.

Bukan main emosinya Tauke. Tetangga mencoba menenangkan Tauke. Sudahlah, ini cobaan. Mohon bersabar. Pasti ada hikmahnya. Dan semisalnya. Tapi Tauke tetap tidak terima.

Lalu perlahan tapi pasti, Tauke mulai mencurigai orang-orang di sekitarnya. Dan perlahan tapi pasti, kecurigaan Tauke mengarah pada satu orang saja : La Yoko. La Yoko tidak punya alibi kuat sewaktu kejadian.

Gayung bersambut. Tauke semakin curiga, semakin yakin, karena sikap La Yoko belakangan ini semakin aneh. Semenjak insiden itu, dia semakin rajin berkunjung ke kios Tauke. Hampir setiap hari dia berbelanja. Seakan-akan La Yoko menjadi kaya mendadak.

Tauke semakin tidak sabar. Dipikirnya saya orang bodoh, mungkin. Sengaja datang terus di sini. Untuk menghilangkan kecurigaan. Tidak ada rasa takut, tidak rasa malu. Lihat, hampir setiap hari belanja di sini. Darimana uang-uangmu? Kalau bukan untuk mengaburkan penyelidikan. Skema psikologi terbalik tidak berlaku bagi Tauke.

Maka pada hari yang ditetapkan, di mana kisah ini akan berakhir, Tauke menghampiri La Yoko yang datang berbelanja untuk kesekian kalinya. Hari itu kios cukup ramai. Para tetangga sedang berkumpul. Waktu yang tepat untuk mempermalukan.

Dan seketika, keluarlah kalimat-kalimat tuduhan dari Tauke. Bahwa La Yoko-lah yang telah membobol kiosnya. Lalu keluarlah kalimat paksaan, bahwa La Yoko harus mengakui kejahatannya, tidak boleh tidak.

La Yoko terhenyak. Dia bungkam. Para tetangga terpecah. Ada yang pro, ada yang kontra. Ada yang ikut menyudutkan La Yoko, ada yang mengatakan kalau tuduhan Tauke tidak berdasar. Mereka mulai berdebat.

Lalu tiba-tiba La Yoko berlari. Cepat. Meninggalkan kios. Tauke terkejut. Segera dikejarnya La Yoko. Tapi tidak ketemu. Dicarinya sekeliling kompleks, tapi La Yoko seperti menghilang ditelan bumi. Tauke berdecak kesal. Betapa naifnya dia. Membiarkan pencuri licin itu kabur.

Langkah selanjutnya, Tauke meminta pihak kepolisian untuk mencari La Yoko yang buron. Toh pencurinya sudah ketahuan siapa. Tinggal menemukan orangnya di mana. Polisi mengatakan siap. Tauke tersenyum lebar.

Satu minggu kemudian, kabar yang membawa titik terang datang. Polisi sudah menemukan pelaku pencurian kios Tauke. Bukan main girangnya Tauke. Segera dia ke kantor polisi. Begitu Tauke tiba, alangkah kagetnya dia, karena sosok pencuri yang tertangkap polisi adalah Ardit, pegawainya sendiri.

Tauke seakan tidak percaya. Tapi Ardit telah mengaku. Bahwa dialah yang menggondol aset milik Tauke. Dan La Yoko tahu itu, tapi dia memilih tutup mulut. Karena Ardit teman baiknya. Terus berbelanja adalah cara La Yoko agar modal Tauke segera kembali. La Yoko hanya ingin semuanya pulih seperti sedia kala.

Untuk LunaWhere stories live. Discover now