Bagian XII

45 11 5
                                    


Pemuda paling depan (namanya tidak penting) menyerahkan kantongan besar berisi beras kepada Spencer

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pemuda paling depan (namanya tidak penting) menyerahkan kantongan besar berisi beras kepada Spencer. Cukup terkejut Spencer.

"Hei, apa ini?" tanya Spencer.

"Ini ada ala kadarnya, diterima ya Pak." Si Pemuda berujar dengan lembut. Sementara pemuda di belakang sibuk mengarahkan telepon cerdas ke muka Spencer. Agak mengganggu rasanya.

Spencer lalu menggeleng, "Saya masih punya banyak beras. Kasih yang lain sana." Ujarnya pendek.

Si Pemuda tertegun, lalu dia menoleh ke pemuda di belakang. Kali ini telepon cerdas mengarah tepat ke hidung Si Pemuda.

"Guys, jadi aku mau ngasih bantuan buat orang tua ini, tapi dia lebih milih nggak mau nerima, katanya masih ada orang lain yang lebih membutuhkan. Luar biasa ya." Ujarnya keras-keras. Pemuda di belakang mengangguk-anggukkan kepala.

Lalu Si Pemuda menghampiri Spencer, kemudian mengenggam tangannya. Ada amplop. Kalau ini lain ceritanya.

"Mentahannya saja, Pak." Ungkap Si Pemuda.

Spencer terdiam. Otaknya yang harusnya selevel kepala dinas berkerja keras. Dasar tengah hari, mendadak ide cemerlang muncul.

"Mas cukur di tempat saya saja. Uang ini sebagai upah. Bagaimana?" Spencer menawarkan. Si Pemuda tertegun. Agak di luar dugaan, ya.

Spencer menunjukkan sikap bersungguh-sungguh. Si Pemuda memandangi tempat cukur yang baru saja jadi. Tidak bisa dikatakan jelek. Lalu Si Pemuda menoleh kepada rekannya. Si Rekan seperti membuang muka. Si Pemuda pasrah, dia mengangguk.

Maka Spencer resmi mendapat pelanggan pertama. Srat sret srot. Helai-helai rambut berjatuhan. Spencer melaksanakan pekerjaan dengan terampil, sementara rekanan masih sibuk meliput menggunakan telepon cerdas.

Sementara proses pemotongan rambut berjalan, muncul segerombolan orang yang memasuki halaman. Ada sekitar tujuh orang barangkali.

Spencer acuh tak acuh. Dia sementara menikmati profesi barunya. Tujuh orang itu berdiri berdesak-desakan di depan pintu tempat cukur. Agak sombong juga kalau Spencer tidak menyambut.

"Sabar ya, setelah ini, baru giliran Anda." Ucap Spencer. Dua pulu ribu kali tujuh kepala. Wah, lumayan juga hasilnya. Pikir Spencer kegirangan.

Satu dari tujuh orang maju mendekati Spencer.

"Pak Spencer, bisa cukurnya dihentikan sebentar?" tanya orang itu.

Spencer masih asyik bekerja. Dia masih merapikan bagian samping kepala Si Pemuda.

"Bos saya mau bicara. Penting."

Spencer tidak mendengar.

Tahu-tahu orang itu menggenggam lengan Spencer, lalu menariknya untuk berhenti menggarap kepala Si Pemuda. Spencer pasrah saja. Ya sudah. Spencer meletakkan mesin cukur di atas meja. Si Pemuda termangu-mangu menyaksikan bentuk kepalanya yang tidak karuan. Tanggung, nih!

Masih menggunakan celemek, Spencer menghadap ke arah tujuh orang itu. Spencer mengenal dua di antaranya. Mereka adalah pengawal Jessica, tapi Jessica tidak ada di antara mereka. Sebagai gantinya, satu bapak-bapak berambut mengkilap mengambil posisi di tengah rombongan.

"Perkenalkan, Pak Spencer, saya Rugatti, Pimpinan PT Bumi Digdaya." Bapak-bapak rambut mengkilap itu memperkenalkan diri. Spencer mengangguk saja.

"Nampaknya, kunjungan Jessica, putri saya, tempo hari ke sini tidak berjalan lancar." Sambung Mr. Rugatti. O, bapaknya Jessica rupanya. Batin Spencer.

"Saya ke sini untuk meluruskan beberapa hal, dan sekaligus menawarkan beberapa kesepakatan." Sambung Mr. Rugatti.

Tidak tahu dari mana asalnya, tahu-tahu dua orang pengawal sudah memikul satu sofa bagus, meletakannya dengan hati-hati, lalu mereka mempersilahkan Mr. Rugatti untuk duduk di kursi itu. Enaknya.

"Jadi kami, sudah sepakat dengan direksi, bahwa bla bla bla ... , " Mr. Rugatti mulai menjelaskan panjang lebar. Lebih baik dari Jessica. Lebih sopan dari Jessica. Dan lebih masuk akal dari Jessica. Spencer sebetulnya agak memahami arah pembahasan. Tapi dia ingin pekerjaannya cepat-cepat selesai.

Tepat Mr. Rugatti berbicara, Spencer mendadak memotong,

"Berulang kali saya katakan, saya tidak tertarik menjual tanah ini."

Napas kasar menderu. Dua pengawal yang dulu pernah mendorong Spencer mengambil ancang-ancang, tapi dicegah Mr. Rugatti.

"Sepuluh kali lipat dari tawaran Jessica dulu, bagaimana, Pak Spencer?" Tanya Mr. Rugatti.

Habis berkata begitu, Mr Rugatti meminta dua pengawal sumbu pendek itu mengusir dua pemuda pelanggan pertama Spencer. Tentu saja mereka─dua anak muda itu─tidak rela. Keduanya minggat dengan ogah-ogahan.

Kedua pemuda berlalu, tahu-tahu satu koper besar sudah disodorkan di hadapan Spencer. Kunci koper dibuka, tumpukan uang kertas merah yang begitu tebal muncul. Spencer terkesima. Sungguh uang yang banyak sekali.

Untuk LunaWhere stories live. Discover now