Bagian II

134 22 0
                                    

Baiklah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baiklah. Kita bicara soal tempat tinggal Spencer. Meskipun tanpa pendidikan, Spencer punya peninggalan keluarga yang cukup bermakna : sebidang tanah di tengah kota. Di sanalah Spencer meneduhkan diri dari sengatan matahari dan serangan hujan.

Dengan luas tanah satu koma lima hektar, cukuplah Spencer dikatakan beruntung. Saban hari dia menyaksikan dan mendengarkan keluhan rekan kerjanya soal tunggakan, cicilan, dan cerita diusir dari apartemen. Mana ada. Maksudnya kontrakan.

Adapun Spencer, tugasnya hanyalah membersihkan rumahnya yang cukup berumur itu, menyingkirkan jaring laba-laba yang memenuhi plafond yang rendah, dan sesekali mengepel lantai semen licin berwarna abu-abu asburd itu.

Besar rumah Spencer tidak seberapa, mengadopsi gaya hunian orang Jawa kebanyakan. Jangan lupakan genteng tanah liat.

Oleh karena itu, bolehlah dikatakan halaman rumah Spencer begitu luas. Jalur setapak yang memisahkan jalan protokol kota dengan rumah Spencer cukup panjang, cukup membuat orang rumahan menjadi berkeringat saat menyusurinya.

Rumah Spencer menghadap jalan besar. Kata orang-orang, lokasi rumah itu sangat-sangat strategis. Cocok untuk dibangun gedung fungsi usaha. Tapi Spencer tidak tertarik. Dia mungkin punya pemikiran sendiri─barangkali pemikiran konyol.

Dahulu kawasan itu adalah permukiman. Seiring kemajuan kota, bangunan baru mulai berdatangan. Rumah yang dahulunya banyak, satu-persatu berganti fungsi. Komunitas keluarga asli, pemegang tanah ulayat asli, memilih menjual lahan mereka, demi kepentingan komersil. Tentu kompesasinya sebanding. Dan sangat menguntungkan. Pada akhirnya semua minggat, menyisakan keluarga Spencer, dan sekarang menyisakan Spencer seorang.

Olehnya, petak tanah Spencer saat ini dikelilingi bangunan besar. Di bagian belakang, jejeran gedung toko berdiri. Di sebelah kiri adalah bangunan asuransi berlantai banyak. Di sebelah kanan, berdiri gedung yang Spencer sendiri tidak tahu bangunan apa itu. Tapi bukan itu intinya.

Setelah bangunan misterius, menjulang tinggi gedung berlantai sekian milik PT Bumi Digdaya. Pada bulan-bulan tertentu, Spencer kesulitan mendapat cahaya matahari pagi, sebab terhalang gedung bukan main itu. Spencer sulit menerka jumlah lantainya. Bentuk gedung itu kurang lebih mirip es kado, berwana hitam mengkilap seperti layar televisi.

Tanah Spencer hijau sendiri di antara warna abu-abu, asap mobil, warna merah, hitam dan putih. Dan hari ini, Spencer agak terlambat menuju pabrik, karena harus menerima dua orang tamu.

Untuk LunaWhere stories live. Discover now