Bagian VII

65 16 1
                                    

Awalnya Spencer berpikir masalah tadi pagi bakal berlanjut esok harinya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Awalnya Spencer berpikir masalah tadi pagi bakal berlanjut esok harinya. Ternyata dia dua ratus persen keliru. Saat istirahat makan, dua orang pria rekan Jessica menyambangi Spencer.

Mereka meminta percakapan enam mata. Seperti disuruh, semua karyawan mendadak minggat dari ruangan. Spencer plonga-plongo saja menyaksikan dua pria tegap itu berdiri di depannya.

Awalnya mereka meminta maaf. Setelah itu mereka meminta Spencer untuk bersikap lebih sopan. Tahu apa dia soal Jessica. Spencer disuruh untuk berpikir lebih jernih, lebih cerdas, dan terukur. Ya ampun, seperti profesor saja.

Mereka menggenggam pundak Spencer. Salah satunya tiba-tiba mencengkeram. Cukup sakit. Spencer meringis.

"Kau benar-benar bodoh. Jual saja tanah itu. Usiamu tidak sepadan lagi dengan aset itu. Bersiaplah untuk mati, menghembuskan napas di atas ranjang empuk apartemen. Jauh lebih nyaman dibanding mati sendiri di rumah itu. Apa yang kau pikirkan?" Cecar keduanya bergantian.

Spencer diam saja. Lalu masih banyak lagi. Soal harga pasar, aset terbengkalai, soal pasal perbuatan tidak menyenangkan, Spencer bisa dituntut karena itu.

Mata Spencer malah menerawang langit-langit. Hal yang paling pertama dilakukannya, setelah tiba di rumah, adalah mengamankan sertipikat tanah miliknya ke dalam sebuah peti rahasia.

Kedua orang itu terus mengonggong. Seperti gendang rusak. Spencer memejamkan mata. Sabar, sabar. Semua ini pasti berlalu. Waktu makan siang akan segera terlewat.

"Sabar, sabar." Itulah kata yang meluncur dari mulut Spencer. Dan detik itu juga dia berharap, dua orang itu merogoh kantong jas, lalu menyerahkan dua lembar amplop kepada Spencer.

Tapi anehnya, hal yang kadang-kadang diharapkan malah tak kunjung datang. Baiklah, kalau semua ini mereda, mereka akan pergi, menyisakan pundi-pundi tak berharga itu, rangkum Spencer.

Sementara itu, keringat telah mengucur deras di dahi Spencer. Dia hampir saja menyerah, kalau bukan karena rasa mual yang datang tiba-tiba. Dasar maag kambuhan. Kedua orang itu memandang sinis ke arah Spencer. Mengiba agar Spencer tidak jadi mengeluarkan isi perutnya.

Dan seperti tadi pagi, tahu-tahu mereka telah berbalik, jalan pontang-panting menjauhi koridor.

Untuk Lunaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن