Bagian XX

46 11 0
                                    

Spencer terus melangkah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Spencer terus melangkah. Dia telah jauh meninggalkan kota. Hari ini, Spencer melewati hamparan pasir cerah, batu indah berwarna keabu-abuan, yang hampir semuanya berbentuk lonjong.

Spencer melewati jejeran pohon kelapa kuning, berbelok kanan, melalui jalan setapak dengan semak beluntas di kedua sisinya. Jalan setapak yang awalnya kering berbatu, lama-kelamaan menjadi berwarna hitam dan lembab. Spencer mencapai daerah rawa-rawa.

Spencer terus berjalan. Dia sampai di sebuah empang besar yang berbentuk persegi, seukuran lapangan sepak bola. Spencer lantas menyusuri tumpukan lumpur hasil urugan yang difungsikan menjadi jalan setapak.

Di ujung jalan, terdapat sebuah rumah kecil dengan jendela kembar. Dindingnya berwarna kayu pudar, dengan beberapa tambalan atap seng. Spencer mendekat. Suasana masih pagi, cuara cerah.

Yang menarik perhatian Spencer adalah sesuatu yang dijemur di samping rumah. Awalnya Spencer menyangka benda itu selimut milik tuan ramah. Tapi akhirnya Spencer terpana.

Tahu-tahu pintu rumah terbuka. Empunya rumah keluar. Seorang pria berkulit gelap─karena sering terkena matahari siang─muncul. Usianya sepantaran Spencer. Renta dan mungkin tidak berguna.

Tuan rumah terkekeh melihat Spencer yang sibuk mengamati jemuran.

"Ah ... , kau tidak akan percaya, jika kuceritakan kepadamu."

Spencer menoleh pelan. Heran sekaligus menunggu jawaban.

"Aku melihatnya sedang bermain-main. Merangkak dari air menuju batu besar di muara." Jelas tuan rumah.

"Lalu menceburkan diri dengan keras ke dalam air. Begitu terus berulang-ulang. Seperti manusia! Lalu kemudian ... , "

TAMAT

Untuk LunaWhere stories live. Discover now