Bagian VIII

56 13 3
                                    

Pagi lumayan cerah

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Pagi lumayan cerah. Untungnya, hari ini, listrik belum juga menagih jatah jajannya. Biasanya ia berkedip-kedip malas, mengomel agar tagihannya dipenuhi. Spencer sudah cukup lama bersahabat dengan makhluk satu ini.

Selebihnya, sepi. Tidak ada makhluk dari PT Bumi Digdaya. Bahkan Jessica yang semlohay itu. Agak menyesal juga Spencer, kenapa kemarin bersikap agak kasar.

Tema hari ini, adalah burung-burung. Kemarin, sepulang dari pabrik, Spencer mendapati seorang penjual mainan unik. Penjual itu menjajakan, ya ampun, burung buatan yang benar-benar burung. Dengan segala kekuatan mekanis katanya, burung-burung mainan itu dapat terbang!

Tidak jauh jaraknya, tapi jelas-jelas mereka mengepak cepat, naik turun seperti hentakan napas. Rumbai-rumbai tali jepang berwarna merah menggantung di leher burung. Seperti ubur-ubur di tanah terbuka.

Spencer melupakan segenap keluh kesah, dan memborong empat burung mainan itu. Dan pagi ini, dia terpana menyaksikan hewan kayu itu masih melayang. Mengepakkan sayap dengan sok. Mereka seperti anak-anak saja.

Spencer mendongakkan kepala. Matahari mulai meninggi. Sinarnya telah bebas dari kungkungan menara PT Bumi Digdaya.

Kepala Spencer masih dipenuhi ihwal burung. Entah hanya bayangannya saja, tapi melalui pandangannya yang kabur, dia dapat menyaksikan seekor burung besar terbang di atas sana. Berputar-putar, melengkung seperti spiral.

Spencer mengucek kedua matanya. Dia tidak salah. Itu burung. Dia keliru. Itu pesawat. Menukik tajam, dan langsung menghantam menara PT Bumi Digdaya.

Terdengar dentuman keras.

Terlihat ledakan hebat. Bola api panas meluap-luap. Sirine segera berbunyi. Asap hitam mengepul. Sangat pekat. Spencer menyaksikan ratusan manusia menjauhi timur, kaki mereka bersilang-silang. Spencer tidak salah dengar. Telinganya tidak bebal menyimak teriakan histeris orang-orang.

Spencer segera menutup pintu dan meringkuk di atas kasur. Dia menutupi kepalanya yang rapuh, ikut-ikutan panik. Ada apa ini?

Mata Spencer melirik ke arah jendela. Suasana menjadi kelabu. Bercak-bercak abu menempel di kaca jendela. Seolah-olah erupsi baru saja terjadi. Akan sulit membersihkannya, pekik Spencer dalam hati.

Suasana menjadi senyap. Mengacu pada film amerika, inilah momen dimana garda pemadam kebakaran datang menyelematkan orangtua. Tapi hingga malam tiba, hal itu tidak terjadi.

Untuk LunaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin