Bagian XVII

42 10 5
                                    

Kesalahan yang fatal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kesalahan yang fatal.

Apa yang paling dibutuhkan saat ini?

Marah. Mungkin itu hal yang paling tepat.

Spencer mengerjap-ngerjapkan mata. Memang sudah sepatutnya dia marah. Marah membangkitkan reaksi. Menciptakan aksi. Betapa banyak perkelahian disebabkan karena marah.

Spencer marah kepada orang-orang itu. Tuan Rugatti. Mereka semua. Spencer marah karena tanahnya digugat. Spencer marah kenapa orang-orang kaya berkuasa atas orang-orang papa. Kenapa orang berada suka mengganggu hidup renta seperti dirinya?

Dan sekarang, seekor ular masuk ke dalam rumah Spencer. Menyerang dari dalam! Bukan main, bak musuh dalam selimut. Spencer kelimpungan menghadapi tuntutan dunia luar, dan sekarang dia harus berjuang memadamkan perkelahian dengan makhluk melata.

Segera mata Spencer berkobar-kobar emosi. Saatnya mengamuk,

"Hei, ular! Kamu mungkin bukan orang kaya, tapi tetap saja berbahaya!!" Pekik Spencer.

Baru saja Spencer bersuara, tahu-tahu lengan kanannya terasa sakit sekali. Spencer dengan cepat sadar bahwa taring ular telah menancap kuat pada daging tangannya. Perih sekali. Adapun upaya Spencer untuk menghampiri jendela, agaknya gagal total.

Spencer mencoba memukul kepala ular dengan apapun, tapi kegelapan dan rasa sakit membuat semuanya tidak berjalan efektif. Dan gawat, kini Spencer dapat merasakan seluruh tubuhnya gemetar. Ekor ular telah membelit kakinya. Spencer tidak bisa melihat apapun selain warna hitam. Malam telah tiba.

Suara berdebum. Tubuh Spencer terjatuh, tapi tidak menyentuh lantai. Lilitan ular telah sepenuhnya menyelimuti tubuh Spencer. Dia dapat merasakan pantulan daging perut ular yang menghantam papan dasar. Seperti kepompong, Spencer menggeliat, tapi tidak ada gunanya. Ular mencengkram semakin kuat.

Tangan Spencer masih perih, tapi kepala ular telah berpindah. Spencer mengerang dengan keras, tapi tanpa bahasa pertolongan. Sepatah katapun.

Spencer masih yakin bisa melawan. Dipikirkannya cara yang paling masuk akal, dan paling mudah tentu saja.

Pertama-tama, Spencer perlu menenangkan pikirannya, dan membuat tubuhnya bertahan dari lilitan ular.

Spencer merasa tubuhnya ditarik, diseret. Tercekik, yang membuat napasnya sesak. Tulang-tulangku yang renta! Batin Spencer.

Spencer mencoba berguling ke kanan. Dia bermaksud membenturkan tubuh ular ke lemari. Rasanya begitu berat, tapi Spencer tidak menyerah. Dia memutar tubuhnya. Ayolah. Pelan-pelan, Spencer mampu mengimbangi berat ular. Spencer berhasil berguling. Ular membentur lemari. Tapi lemah sekali.

Spencer mencoba mengolah momentum. Berputar sedikit ke kiri, lalu bergerak sekuat tenaga ke kanan. Badan ular kembali menghantam lemari. Tetap nihil. Ular semakin mencengkeram.

Kepala Spencer mulai berkunang-kunang. Lupakan tubuhnya yang tertekan. Spencer terbiasa menerima rasa sakit, tapi kali ini benar-benar berbeda. Seperti terbakar dan tertikam.

Spencer menjadi lemah. Dan dia mulai mencium aroma menyengat. Spencer menggerutu. Dia tidak mungkin keliru. Bau itu datang dari mulut sang ular. Pada akhirnya, kepala Spencer-lah yang diincar.

Untuk LunaWhere stories live. Discover now