Chapter 2

2K 247 23
                                    

Secara mengejutkan, Ezra bisa datang tepat waktu malam itu. Malahan master sorcerer yang akan mengirimkannya masih belum datang. Berterima kasihlah pada kemampuan fisiknya yang berada di atas rata-rata. Tidak seperti penyihir pada umumnya yang malas menggunakan kekuatan fisiknya dan lebih memilih memanfaatkan gelombang mana, yang ilmu penerapannya sekarang sudah semakin canggih sehingga apa pun bisa dikerjakannya. Ezra termasuk spesies langka yang gemar melatih kemampuan fisiknya setiap hari karena desanya dulu memiliki lanskap yang mendukung.

Dia sudah terbiasa menaiki gunung, menuruni lembah, berlari di medan yang terjal, bergelantungan di pohon, berenang-renang di sungai, dan menggembala domba. Untuk itu berlari dari bukit ke tengah kota cukup enteng baginya. Tidak heran jika dia akhirnya terpilih sebagai salah satu anggota ekspedisi di alam yang cukup berisiko itu.

Balairung ini tumben sepi, Ezra sampai harus mondar-mandir untuk membunuh waktu dan mengurangi keheningan. Ezra menengok ketika mendengar langkah kaki. Sosok pria tinggi yang memakai jubah abu medium, berjalan mendekatinya. Dia adalah master sorcerer yang ditunggunya. Tidak lama setelahnya, dua orang pria dan wanita muncul di belakang menyusulnya.

"Hai, Ezra. Lama menunggu ya?" sapa pria itu.

Ezra menggelengkan kepala dan tersenyum. "Tidak juga, Tuan."

"Apa kau siap?"

Ezra mengangguk-angguk dengan mantap. Tapi, reaksi sang master tidak sesuai dengan harapannya. Master itu terlihat menunjukkan raut yang prihatin. Begitu pula dengan kedua rekannya.

"Kau tahu, ini adalah misi yang berbahaya. Aku harap kau tidak memiliki ekspektasi yang keliru," ujar Master.

Ezra berdeham, merasa jadi canggung sendiri. Dia memang seperti tidak merasakan beban apa pun untuk mengikuti ekspedisi ini. Entahlah mengapa? Dia seolah merasa ikhlas dan rela menjalani misi ini. Di dunia ini, dia sudah kehilangan segalanya. Setidaknya apabila ini adalah waktu-waktu terakhirnya, dia ingin memiliki kontribusi terhadap negerinya.

"Aku tahu, Master," ujar Ezra singkat.

Kedua rekannya lalu membentangkan sebuah kain perak yang dapat memantulkan bayangan layaknya cermin. Mereka mengaturnya agar tepat menangkap pantulan bayangan bulan purnama. Ezra tidak tahu ritual sihir semacam ini sebelumnya. Dia dengar bahwa ini baru saja diciptakan oleh master inventor mantra, yang sudah pergi lebih dulu ke alam avian. Sang master inventor ini sungguh sangat hebat karena telah berhasil meretas perlindungan kubah Aviarim yang belum pernah terpecahkan selama berabad-abad.

Sebelum Ezra, sebenarnya sudah ada sembilan orang yang dikirim satu per satu setiap bulannya. Keterbatasan mana membuat mereka tidak bisa mengirim banyak orang sekaligus. Itu pun harus dengan bantuan kekuatan mana lunar dari bulan purnama. Itulah sebabnya, perjalanan dimensi ini hanya dilakukan setiap malam bulan purnama dan hanya untuk satu orang saja.

Master tiba-tiba memberinya sebuah kalung amethyst yang terkenal sangat mahal dan bisa menampung mana dalam jumlah melimpah. Ezra menerimanya sambil kebingungan dan memegangnya dengan kedua tangan penuh kehati-hatian. Dia tidak percaya bisa memegang benda yang terbilang langka ini. Kenapa dia mendapat kalung amethyst, dan bukan kalung penampung mana reguler yang biasa digunakan oleh prajurit biasa? Dia melempar tanda tanya besar kepada sang master sorcerer.

"Sebelum kau berangkat, aku akan memberitahukan padamu sesuatu yang sangat penting. Kau harus menyampaikannya kepada ketua ekspedisi nanti." Master sorcerer memegang kedua pundak Ezra, dan menatap matanya lekat-lekat. Sampai Ezra merasakan perasaan yang tidak enak. "Ezra, kau adalah sorcerer kompeten terakhir yang kami kirimkan. Kami tidak bisa mengirimkan orang lagi setelah ini. Kita sudah mulai kehabisan mana. Mana yang tersisa sekarang diutamakan untuk keperluan rakyat dan untuk memperkuat tabir pelindung. Perjalanan dimensi ini cukup menguras banyak mana. Tidak sepadan dengan tingkat keberhasilannya yang sampai saat ini tidak diketahui. Kami sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan mereka yang saat ini sedang berada di negeri avian. Tapi kami masih bisa tahu bahwa mereka di sana dalam keadaan hidup. Kalian adalah harapan terakhir kami. Kalung amethyst ini tolong dipergunakan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak saja. Terutama ketika kalian sudah menemukan phoenix itu."

Ezra berkedip pelan, tertegun dengan pernyataan itu. Namun, tanpa berpikir panjang dia lalu berkata dengan penuh kebulatan tekad. "Baik, master. Aku akan berjuang sebisa mungkin. Semua kulakukan demi memulihkan negeri penyihir."

Master sorcerer mengangguk, dan menuntun Ezra ke atas kain perak. Bayangan bulan di kain perak perlahan-lahan memudar dan tergantikan pemandangan kubah aviarim yang pernah dia lihat di buku. Tampak begitu indah dan megah, seperti matahari yang terbit di ufuk timur.

Ini adalah perjalanan dimensi pertamanya dalam hidup Ezra. Dia sedikit grogi dan takut tersasar di antah berantah. Si wanita mengacungkan tangan di dekat telinga untuk menghimpun sejumlah mana. Ezra merasakan angin sejuk berputar-putar di sekelilingnya. Si pria yang satunya kemudian merapal sebuah mantra panjang yang menimbulkan reaksi memijar pada kain perak. Tidak ada intruksi khusus untuk dilakukan Ezra, sehingga dia hanya berdiri mematung di tempat, dan memperhatikan pantulan bayangan di kakinya yang lama-kelamaan mendekat pada kubah itu.

"Semoga kau berhasil!"

Belum juga mengangkat kepalanya untuk berpamitan, Ezra merasakan kakinya mendadak tidak berpijak pada daratan.

"Oh, sial!" umpatnya, seraya gravitasi dimensi menyerkapnya.

Dia jatuh merosot secepat batu bata dan mendarat di ruang dimensi yang dipenuhi air dan begitu gelap. Rasa sakit melanda dadanya. Dia tidak menyiapkan diri untuk terjun ke dalam perairan. Persediaan oksigen yang ia simpan di paru-paru tidaklah mencukupi sehingga membuatnya sesak dan tidak sanggup untuk melakukan sebuah tindakan.

Dia merasa akan berakhir di sini sebelum bisa menjalankan misinya. Di tengah upayanya untuk menghirup oksigen yang jelas mustahil didapatkan, Ezra menemukan setitik cahaya yang tidak jauh di atas kepalanya. Dia berusaha keras berenang ke sumber cahaya itu, hingga akhirnya kepalanya merasakan permukaan air.

Ezra terengah-engah, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dengan rakus. Dia hampir saja mati sebelum menjadi penyihir yang berguna bagi bangsa dan negara. Apa master telah salah memperhitungkan jarak jauhnya? Ezra pernah membaca kalau perjalanan antar dimensi membutuhkan perhitungan gerakan menggunakan dua pengukuran jarak dan waktu yang cukup rumit. Ini ilmu penerapan teleportasi canggih yang hanya diketahui oleh orang-orang yang telah membeli lisensi dari inventor. Tidak sembarang orang bisa melakukannya dengan sempurna. Jadi, kadang-kadang perhitungannya bisa saja meleset. Apa lagi ini dipadukan dengan sebuah metode yang masih baru ditemukan.

Jika perhitungannya tepat, Ezra seharusnya mendarat di tempat seperti di dalam gua misalnya, yang mana merupakan tempat paling aman serta sudah umum dijadikan tempat pendaratan penyihir ketika mengunjungi alam lain. Alih-alih di situ, dia malah muncul sekitar satu meter di bawah permukaan air dalam keadaan gelap-gelapan.

Ezra memandang pada rembulan yang telah menyelamatkannya. Dia yakin yang di atas itu bukanlah langit dan bulan yang asli. Mungkin semacam replika atau ilusi. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tempat ini tidak jauh berbeda dari alamnya. Seperti sebuah danau di tengah-tengah hutan. Ezra hendak berenang-renang ke tepian, namun ada sesuatu yang menarik kakinya hingga dia terseret kembali ke kedalaman danau.

The Secret of Aviarim DomeWhere stories live. Discover now