Chapter 35

799 88 36
                                    

Playlist:

Nej - Paro

Crying in The Club - Camila Cabello

Enhypen - Chaconne

~

Content Warning: homophobic language, bullying, body shaming dan plot yang makin absurd.

~

Begitu dibukakan pintu mobil, Ezra langsung melesat ke dalam griya menembus petang fajar dan sisa-sisa hawa dingin malam hari. Di pintu masuk, dia dihadang guardia yang meminta surat keterangan dari pasukan laskar, namun Ezra malah melemparkan suratnya pada sang guardia sambil menjerit-jerit ketakutan sebelum cepat-cepat masuk ke dalam elevator. Untungnya dia tidak dikejar sampai lantai atas dan para guardia malam sudah tidak berpatroli lagi di jam empat pagi. Sarang Hansel langsung menjadi tujuan pertamanya setelah dibebaskan dari penjara.

Ezra mengetuk-ngetuk pintunya secara serampangan sambil mewaspadai kanan kirinya, tanpa berpikir bahwa tindakannya tersebut akan sangat mengganggu temannya yang sedang tertidur. Cukup lama ia menunggu sampai dibukakan pintu oleh Hansel, yang mana begitu melihatnya, pemuda itu langsung melotot.

"Siapa kau?" seru Hansel kaget.

"Ini aku!" ucap Ezra terengah-engah seraya menyingkap penutup wajahnya agar Hansel mengenalinya.

"Ezra?"

Hansel tampak terpinga-pinga sebentar, sebelum dengan cepat menarik tubuh Ezra ke dalam sarangnya. Kemudian mengunci pintunya rapat-rapat menggunakan sihir sekaligus menerapkan mantra-mantra pelindung dan pengalih mayor untuk menjamin keamanan mereka sepenuhnya.

Ezra membungkuk dengan tangan lurus menekan lutut seraya berusaha menangkap napas banyak-banyak. Keringat membasahi wajahnya, dan matanya masih mencerminkan ketakutan yang luar biasa. Hanya setelah Hansel memberinya minum, Ezra baru bisa mengumpulkan kembali ketenangannya.

"Ezra, kau berhasil kabur," kata Hansel terharu.

"Tidak, aku hanya sedang dibebaskan dengan persyaratan. Mereka memberiku kesempatan sampai akhir musim untuk menemukan pembunuh tak terlihat itu baru aku bisa dibebaskan sepenuhnya."

"Kalau begitu tidak usah dilakukan. Kau bisa bersembunyi di kamarku sampai misi kita selesai. Aku akan mengekspansi satu ruangan untukmu. Lagi pula aku masih belum melaporkan kejadian ini pada master, jadi kau bisa melanjutkan misimu seperti tak pernah terjadi apa-apa."

"Tidak bisa begitu. Lily ada di tangan pasukan laskar. Mereka akan menyiksanya kalau aku sampai membelot."

"Aku bisa menyelamatkan Lily untukmu."

Ezra masihlah menggeleng-geleng. "Tetap tidak bisa. Soulmate-ku telah menjadi target pembunuh tak terlihat. Aku harus melindunginya sebagaimana aku melindungi nyawaku sendiri dengan menangkap orang yang bertanggung jawab atas semua ini. Aku bahkan sudah berjanji untuk mempersembahkan kepala si bangsat yang telah membunuh Kohanna dan Karan itu padanya."

Hansel terdiam, seluruh ekspresi luruh dari wajahnya. Ezra memandangnya dengan penuh harap agar Hansel mengerti bahwa betapa pentingnya keberadaan sang soulmate baginya saat ini.

"Hansel, mungkin kau tidak memahami seberapa kuat ikatan antar soulmate itu." Ezra melanjutkan setelah Hansel tak kunjung meresponsnya. "Tetapi kau harus tahu betapa ikatan soulmate ini telah membuatku jadi gila. Rasanya selalu gelisah bila terlalu lama berjauhan dengannya. Kehadirannya seperti sudah menyaingi peran oksigen bagi tubuhku. Tanpanya, sulit untuk bernapas dan melangsungkan kehidupan. Sekarang pun aku mulai merasakan gejala yang sama dengan orang yang mengalami sesak napas karena kekurangan oksigen."

The Secret of Aviarim DomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang