Chapter 28

1.1K 139 205
                                    

Soundtrack:
The Rigs - The Hunted (Epix Remix)
Ivan Torrent - Beyond Love

_____

Balairung raja bernuansa serba futuristik dengan kandelir kaca yang menyebarkan bias cahaya permai dan dinding-dinding ruangannya dilapisi oleh panel-panel kayu berukir geometris. Serangkaian pilar putih kolosal berjajar-jajar menopang langit-langit kaca yang berbentuk piramida. Lantainya yang terbuat dari pualam putih bersih memberikan kesan elegan dan menawan. Luas balairung tersebut mungkin mencapai lebih dari seribu meter persegi.

Ruangan seluas itu sayangnya selalu diisi dengan keheningan yang khidmat sebab penghuninya hanya terdiri dari satu orang yang paling berkuasa di Arweda. Sang raja tidak butuh pengawalan dan penjagaan apa pun. Ia berdiri sendiri di takhtanya dan hanya ditemani seekor nasar hitam yang bertengger di pangkalan dekat singgasananya.

Para menteri dan pejabat lainnya tak ada yang betah berlama-lama di dalam ruangan tersebut karena seperti ada hawa-hawa yang kurang mengenakkan yang tidak diketahui berasal dari mana. Tentunya bukan berasal dari keberadaan Raja Valerien karena beliau adalah pemimpin yang karismatik dan kehadirannya selalu disenangi oleh orang-orang.

Mungkin karena bangunan itu sebenarnya sudah sangat tua dan di masa lalu pernah terjadi pertumpahan darah paling mengerikan sepanjang masa yang terjadi tepat di atas tanah ruangan tersebut didirikan. Sehingga orang tanpa sadar sering terbayang-bayang dengan kenangan kelam itu meski hanya pernah mendengar kisahnya dari pelajaran sejarah. Peristiwa tersebut kini dikenal dengan sebutan perang metamorfosis yang menjadi titik awal dari pergeseran paradigma dan peradaban bangsa avian hingga menjadi seperti sekarang.

Siang itu kebetulan suasananya agak berbeda. Di dalam balairung tersebut terdengar gema-gema percakapan yang memantul dari dinding batu dan kaca sebab sang penguasa sedang kedatangan seorang perwira tertinggi di negeri Arweda.

Menatap sang jenderal dengan seringaian, Raja Valerien berkata. "Huruf E dalam hati? Mengejek sekali. Seingatku tidak ada demon kelas atas yang memiliki nama berinisial E. Pasti dia hanya demon kelas teri yang kebetulan beruntung telah terpanggil ke dunia atas. Apa gunanya dia bagi kita?"

"Tapi dia satu-satunya mutasi yang berhasil mengonsumsi jantung raptor saat ini. Dia pasti akan berkembang menjadi semakin kuat seiring bertambahnya jantung hitam yang dikonsumsi dan setelah ini dia jelas hanya akan memburu para raptor."

"Untuk ukuran lesser demon, hal tersebut memang patut diapresiasi. Akan tetapi, aku lebih menantikan tanda-tanda kemunculan archdemon di antara mereka."

"Kenapa kita tidak menjemput mereka saja, Yang Mulia?"

"Biarkan proses mutasi berjalan alami. Penyatuan jiwa hanya bisa berhasil jika sang wadah mau menyerahkan diri sepenuhnya pada sang demon tanpa adanya paksaan. Kalau kita ikut campur, dikhawatirkan sang wadah akan melakukan tindakan perlawanan sebelum jiwa mereka dapat bersatu. Memang begitulah cara kerjanya. Dulu kau juga seperti itu, cuma kau tidak ingat saja."

"Baik, Yang Mulia. Saya mengerti sekarang. Kalau begitu saya akan membiarkan mereka berkembang dengan sendirinya."

"Bagus. Aku baru ingat sesuatu," kata Raja Valerien dengan suara yang mendadak berseri-seri. "Jangan-jangan, dia adalah penggemar beratku yang dulu selalu terobsesi untuk mengalahkanku itu. Donovan, kau ingat Leviathan kan? Bukankah dia sering dipanggil Ethan?"

Jenderal korps itu terdiam agak lama dengan sikap tubuh yang tak berubah. Tampaknya sedang mengingat-ingat kenangan ribuan tahun lalu yang bertumpang tindih dengan kenangan kehidupan wadahnya. Ingatannya benar-benar tak terkatalogkan dan sulit untuk menarik memori yang spesifik. Setelah puluhan detik berlalu, sang jenderal baru bisa mengingatnya.

The Secret of Aviarim DomeWhere stories live. Discover now