Chapter 10

923 155 50
                                    

Soundtrack :
Panic at the disco - house of memories.
Yuki Kajoura - sand dream
~

Lama sekali... rasanya seperti di penjara.

Itu adalah pikiran seorang Ezra yang bosan dan kurang gairah ketika dia telah mencapai titik jenuhnya. Setelah hampir seminggu mencicipi realitas kehidupan sebagai serikat pekerja di pabrik, dia putuskan bahwa dirinya tidak betah dengan pekerjaan ini. Ezra merasa tercekik. Segala hal yang ada di pabrik ini benar-benar mencekiknya. Dari hawanya yang pengap sampai bau menyengat aneka rempah yang campur aduk. Belum lagi apa yang dikerjakannya sudah cukup untuk mematikan sel-sel kewarasannya.

Sebenarnya pekerjaannya cukup mudah, tapi sistem kerjanyalah yang membuat fisik dan mentalnya terkuras habis. Sangat jauh berbeda dari lingkungan kerja di dunia penyihir. Dia merasa ditipu oleh ekspektasinya. Itu salahnya sendiri yang punya jiwa optimis terlalu tinggi. Dia lupa kalau dunia lain punya cara hidup yang lain juga. Sekarang, dia cuma bisa merasakan pahitnya kenyataan.

Di meja yang diisi oleh empat orang ini, dia memilah dan memangkas akar alang-alang, rimpang, serai, dan tanaman herbal lainnya secara manual. Tidak menggunakan mesin seperti yang diharapkannya. Pabrik ini sebagian besar memang masih menggunakan tenaga manual. Hanya bagian penggilingan dan pengkristalan yang menggunakan mesin. Makanya di departemen sortir ini, adalah bagian yang paling banyak diisi orang. Kurang lebih ada ratusan pekerja yang terbagi dalam kelompok-kelompok meja. Selama semingguan hanya itu-itu saja yang dikerjakannya. Tidak ada variasi lain. Ezra sudah tertekan oleh bayangan dirinya yang harus melakukan ini sampai tiga bulan ke depan. Dia mulai mempertanyakan, apakah melakukan semua ini penting untuk penyamarannya?

"Aku pikir, orang yang melakukan pekerjaan ini tidak ada yang waras," Nikolai, si kacamata bundar berkelakar.

Ezra mendengus. "Jangan berpikir, kerjakan saja! apa-apa kalau dipikir ya jadi beban." Dia berkata seperti itu seakan dia sendiri tidak punya pikiran yang menggerundel sepanjang waktu. Betul-betul hipokrit.

Ezra mengesah panjang untuk kesekian kalinya. Awalnya pekerjaan ini menyenangkan, tapi begitu dikerjakan terus-menerus tangannya menjadi autopilot. Sampai dia melakukannya dalam mode zombie alias tak lagi melibatkan pikirannya.

"Aku masih kesal, akhir pekanku dicuri gara-gara kita tidak mencapai target kuota produksi. Kenapa mandor tidak bilang targetnya di awal-awal sih?" Jihan menggerutu, sambil membanting keranjang rotan di meja.

Kohanna yang matanya sudah terpejam jadi melek gara-gara kaget dengan suaranya. Gadis berkepang dua itu langsung mengusap mata dan melanjutkan pekerjaannya. Dia salah paham dengan bunyi barusan, dikiranya itu gertakan dari mandor.

Ini hari Sabtu yang seharusnya adalah hari libur. Di menit-menit terakhir kemarin sang mandor dengan santainya tiba-tiba mengumumkan bahwa kouta produksinya tidak tercapai. Jadi semua pekerja harus masuk di hari Sabtu.

Itulah sebabnya Ezra agak malas-malasan hari ini. Dia sudah ada rencana dengan Hansel untuk mengelilingi distrik mumpung Enzo ada kegiatan di komunitas tari. Rencana itu pun harus kandas gara-gara lembur dadakan, namun Hansel masih mengusulkan bahwa mereka bisa pergi saat sore hari.

Ezra merasa telah melakukan pekerjaannya dengan sangat keras. Bentakan-bentakan dari mandor terus menekannya untuk bekerja lebih cepat dan lebih produktif. Dia tidak pernah bergerak secepat itu dalam hidupnya, apalagi pekerjaan yang dilakukannya sangat monoton dan mengharuskannya duduk selama berjam-jam sampai bahu dan lehernya kaku-kaku.

The Secret of Aviarim DomeWhere stories live. Discover now