Chapter 19

611 115 32
                                    

Soundtrack: indila - feuille d'automne

~

Di pusat pelayanan masyarakat, mereka hanya tinggal mengambil buletin permohonan dari masyarakat tanpa perlu melalui proses administrasi yang panjang. Hanya saja kalau sampai pengambilannya melebihi batas waktu yang ditentukan, mereka akan mendapatkan sanksi tambahan.

Setelah itu nasib mereka akan diserahkan kepada sang pemohon yang menggunakan jasa bantuan mereka. Jika sang pemohon merasa tidak puas dengan kinerja mereka, maka ia boleh mengajukan komplain yang akan mengakibatkan hukuman mereka bisa diperpanjang.

Kebetulan mereka mendapatkan permohonan bantuan yang memerlukan dua orang untuk mengerjakannya, jadi mereka bisa menjalani hukumannya secara bersama-sama. Saat ini mereka sedang mencari alamat sang pemohon di graha cakrawala yang merupakan kompleks tempat tinggal para serikat maesenas.

Kompleks ini sangat berbeda dari bayangan Ezra. Tidak seperti griya serikat pekerja yang umumnya berupa gedung pencakar langit dengan kapasitas ratusan orang, graha para kaum elit ini justru berupa perumahan mewah milik pribadi dengan ketinggian yang tak melebihi dua tingkat. Arsitektur bangunan-bangunannya sangat mengesankan, tak ada rumah yang terlihat sama dengan yang lainnya. Tidak seperti griya yang arsitekturnya tampak monoton, setiap rumah di graha pasti ada keunikannya tersendiri.

Ezra melihat ada bangunan yang desainnya menyerupai rumah keong berwarna emas, ada pula yang seperti rumah pohon raksasa dengan suasana yang menyejukkan. Sementara rumah yang mereka tuju mulai tampak beberapa meter lagi di depan, yang mana bangunannya berwarna serba sepia dengan tembok bata yang teksturnya sengaja diperlihatkan demi memberikan kesan yang estetik. Desainnya mengingatkan Ezra pada mekanisme sebuah mesin karena terdapat hiasan-hiasan semacam roda gigi, ornamen metal, dan pipa-pipa tembaga.

Hansel membiarkan Ezra berjalan sendirian di sini sebab mereka tidak perlu terburu-buru untuk tiba di lokasi sang klien. Namun, Ezra merasa enggan untuk memulai pembicaraan dengannya karena dia tidak tahu apakah Hansel masih marah padanya atau tidak. Situasinya canggung sekali. Kerap kali Ezra berniat membuka mulut, tetapi suaranya tak pernah benar-benar keluar. Jadinya Ezra hanya diam saja selama perjalanan dan memilih untuk mengapresiasi sendiri keindahan bangunan-bangunan di kompleks ini dalam hati.

Bejana-bejana porselen yang antik menghiasi sepanjang trotoar. Ezra harus berhati-hati setiap kali melaluinya. Kalau sampai tersenggol dan pecah, mungkin dia akan mendapatkan hukuman detensi karena tidak mampu menggantinya. Aroma kesultanan di tempat ini sangatlah kental. Rasanya tidak pantas rakyat jelata sepertinya menginjakkan kaki di sini. Lebih-lebih dia punya firasat jelek bakal menyebabkan kerugian materiil di rumah sang maesenas nanti. Maklum tangan jelatanya tidak terbiasa memegang barang mewah, jadi gampang gemetar kalau diserahi barang-barang berharga dan rawan menjatuhkannya atau merusaknya.

Mereka tiba di beranda rumah tujuan yang tersungkup oleh daun-daun pohon willow. Hansel memencet tombol belnya berulang kali dan sampai sepuluh menit berlalu masih belum ada yang membukakan pintu. Alhasil mereka telantar di depan rumah orang sampai waktu yang tak bisa dipastikan.

"Barangkali tidak ada orang di rumah. Kau duduk saja dulu di situ," kata Hansel sambil menunjuk bangku panjang yang tersedia. Nada bicaranya normal, tidak menunjukkan tanda-tanda kegusaran.

"Baiklah," kata Ezra menurut saja.

Setelah itu diisi keheningan yang aneh selama beberapa saat sebelum pandangan mereka tiba-tiba saling bertaut secara tak sengaja. Hansel lah yang pertama kali memutuskan kontak mata dengan gelagapan dan hal itu membuat Ezra mengernyit keheranan.

The Secret of Aviarim DomeWhere stories live. Discover now