Chapter 15

635 137 22
                                    

Sekilas info:

Hukuman arbitrer adalah jenis hukuman yang sanksinya bebas ditentukan sendiri oleh pihak yang berwenang, sehingga tidak ada yang tahu hukuman seperti apa yang akan mereka dapatkan. Tingkat hukumannya pun tidak dibatasi, jadi ada kemungkinan kita mendapat hukuman yang cukup ringan, tapi ada kemungkinan juga kita dapat hukuman yang sangat berat dan menyiksa sampai menyebabkan cacat. Semua tergantung dari siapa yang memberikan hukuman. Dan kebanyakan avian sangat menghindari hukuman semacam ini karena ketidakpastian dinilai lebih mengerikan daripada hukuman mati. Aturan jam malam adalah satu-satunya peraturan yang menerapkan hukuman arbitrer ini, sehingga sangat jarang ada avian yang berani melanggar aturan tersebut.

_______

Soundtrack: ivan torrent - amaranthyn

~

Pemandangan itu masih sangat segar di kepalanya, Helge Schneider tidak akan membiarkan inspirasi yang datang padanya menghilang begitu saja. Sesudah menuntaskan kewajibannya, dia segera mendatangi atap blok satu yang menjadi tempat persembunyian favoritnya akhir-akhir ini. Tersisa sedikit waktu sampai fajar menyingsing, raptor berambut merah darah itu cepat-cepat menuju ke sudut paling timur dan duduk di tepian atap yang langsung menghadap pada ketinggian ekstrem di bawahnya.

Dia mengeluarkan buku sketsa kecil yang selalu dibawanya kemana-mana, lalu tangannya menekankan pensil pada lembaran kosong dan mulai bergerak mengikuti naluri kreativitasnya. Matanya sepenuhnya fokus, dia tidak berkedip lebih dari sekali dalam semenit. Pernapasannya juga begitu tenang sehingga setiap coretan yang digoreskan menghasilkan bentuk yang sangat presisi.

Menit demi menit berlalu dan dia terus menggambar. Akhirnya, saat matahari mulai terbit, dia mengangkat buku sketsanya sejajar dengan kepala untuk meninjau karyanya yang telah selesai.

Hasil gambarannya bertolak belakang dari peristiwa berdarah-darah yang menjadi sumber inspirasinya. Helge justru menggambarkan pemandangan seekor burung gagak dan burung merpati yang terbang saling mengitari satu sama lain di udara. Gelap dan terang layaknya yin dan yang. Kedua avian itu mewakili dua hal yang berlawanan. Burung gagak dalam stereotip lama telah dikenal sebagai simbol kematian dan malapetaka, sangat kontras dengan merpati yang melambangkan kehidupan baru dan kedamaian. Keduanya kemudian digabung dan menghasilkan makna baru yang berhubungan dengan keseimbangan dalam siklus kehidupan.

Sang raptor nokturnal itu lalu mendesah tak puas. Setelah dicermati, sketsanya ini ternyata masih jauh dari ekspektasinya atau bisa saja itu hanya jiwa perfeksionisnya yang tidak pernah puas pada hasil percobaan pertamanya. Meski begitu, gambar itu sudah cukup bagus dan layak untuk dia kirimkan ke seseorang yang ada distrik seberang. Sudah lama dia tak saling bertukar kabar dengan satu-satunya orang yang dianggapnya sebagai teman itu.

Helge mendengus dan tersenyum miring membayangkan bagaimana orang itu akan bereaksi terhadap karyanya ini. Pastilah komentar-komentar yang diberikannya akan sangat susah untuk dimengerti. Orang itu dari dulu memang suka meracau yang aneh-aneh dan mengungkapkan kata-kata yang bermakna ambigu. Apalagi kalau sudah berkaitan dengan interpretasi karya seni, niscaya mulutnya akan mengungkapkan kata-kata absurd yang hanya dimengerti oleh dirinya-sendiri. Pun demikian, Helge sangat menghargai setiap apresiasi yang diberikan olehnya dan tidak meremehkan selera seninya.

Telinga Helge yang sensitif mulai menangkap bunyi-bunyian dari para avian yang melakukan aktivitas di pagi hari. Dia memutuskan untuk melanjutkan menulis surat dan memperbaiki sketsanya di dalam sarangnya yang sunyi. Kemungkinan dia juga tidak akan tidur karena ingin membuat lagi versi yang lebih sempurna dengan menggunakan media yang berbeda.

The Secret of Aviarim DomeWhere stories live. Discover now