Chapter 30

858 106 41
                                    

Soundtrack:
Sia - I'm Still Here
Kiana Lede - Who Do You Think You Are?

~
Ditemani suara uhu burung hantunya, Shan menggali lubang kuburan dengan giat di lereng pegunungan Elska pada pagi buta tanpa diterangi cahaya pelita. Setelah mencapai kedalaman dua meter, dia mengambil karung berisi potongan kepala para bangsat yang hendak menguntitnya belakangan ini.

Itulah risiko yang harus ia tanggung setelah meminjam kekuatan sang phoenix untuk menyelamatkan Ezra dari kemalangan tak pasti yang akan segera dia hadapi di masa depan. Shan jadi buronan lesser demon. Namun, Shan telah mengantisipasi segalanya. Sebelum mereka dapat menemukannya, dia telah lebih dulu menemukan mereka dan tidak memberikan kesempatan sedikit pun pada mereka untuk mengetahui jati dirinya. Dia langsung menebas kepala mereka tanpa kompromi. Tapi sayangnya Shan tidak bisa memusnahkan mereka sepenuhnya. Dia hanya bisa memisahkan kepala dari tubuh mereka dan menyegelnya menggunakan sigil Solomon agar mereka terjebak dalam kondisi pasif.

Selain itu, mulai sekarang dia tidak lagi bisa berkeliaran secara bebas dan berinteraksi dengan sembarang orang karena archdemon juga sedang menyamar di antara para avian untuk memburunya. Masalahnya adalah dia tidak bisa mendeteksi keberadaan archdemon sebab mereka adalah demon terkuat dalam hierarki yang auranya tidak bisa dirasakan oleh makhluk mortal mana pun kecuali jika mereka sendiri yang menghendakinya.

Perkara yang mudah sebenarnya karena dari dulu Shan sudah sengaja diabaikan oleh orang-orang. Keantikannya dalam berpenampilan dan kepribadiannya yang nyentrik menjadi alasan utama mengapa orang-orang enggan untuk mendekatinya. Shan sadar kalau dirinya aneh, namun dia tidak merasa sedih atas perlakuan orang lain terhadapnya. Malah, dia sering iseng mendekati orang-orang yang terlihat risi padanya demi melihat reaksi lucu dari mereka. Kesendirian bukanlah hal yang asing baginya. Walau sendirian, dia tidak pernah merasa kesepian. Dia adalah penyendiri profesional yang pastinya tidak masalah kalau menjalankan isolasi diri selama beberapa hari ke depan untuk menghindari archdemon.

"Aku akan jadi orang yang sombong untuk sementara ini. Pasti menyenangkan sekali ya, Hima," kata Shan sambil menggelindingkan kepala-kepala tersebut ke dalam kuburan.

Burung hantunya cuma tertawa rendah. "Ho ho... Iya. Kau akan terlihat sangat misterius dan dingin. Ketampananmu pun akan langsung kelihatan."

"Memang sebelumnya aku tidak selalu kelihatan tampan ya?"

"Ho ho ho... Jujur saja tidak. Memang apa kesan yang kau harapkan dari ekspresi wajahmu yang senantiasa melongo?"

"Oh, ternyata selama ini aku kalau melamun kelihatan jelek ya." Shan tampak memikirkan kenyataan itu dengan serius. "Kukira aku kelihatan fotogenik. Haruskah kututup wajahku dengan topeng permanen yang akan menyembunyikan wajah jelekku ini dari mata dunia untuk selama-lamanya?"

"Mulai deh," kata Hima jemu. "Tidak perlu, Shan. Cukup kurang-kurangi kebiasaan melamunmu itu. Selebihnya, kau itu sudah tampan secara alami."

"Oh, begitu ya maksudnya. Setahuku memang aku ini sudah tampan apa adanya sejak aku menetas," kata Shan bangga sambil menyugar rambutnya ke belakang. Tiru-tiru temannya yang sedang berada di distrik sebelah.

"Walah walah, malah kepedean kau sekarang. Dipuji sedikit langsung melangit."

Shan hanya terkekeh. Menggoda Hima memang tak pernah mengecewakan. Setelah beres menuangkan seluruh isi karungnya, Shan mulai menguruk tanah yang bercampur salju ke dalam lubang kuburan sambil bersenandung ria. Sesuai prinsipnya, melakukan suatu pekerjaan harus dengan hati yang senang agar terasa ringan.

Dinginnya hawa pegunungan es yang menggigit tulang membuat Shan harus memakai jubah tebal berbulu-bulu yang menyukarkan pergerakannya. Tiap embusan napasnya mengeluarkan uap putih dan wajahnya bersemu merah akibat cekaman udara beku. Bahkan suara nyanyiannya kini sampai gemetaran karena dia menggigil hebat. Tubuhnya hampir mati rasa dan hanya dengan terus bergerak memindahkan tanah lah dia bisa mempertahankan panas dari tubuhnya.

The Secret of Aviarim DomeWhere stories live. Discover now