Chapter 22

678 125 74
                                    

Aroma parfumnya lebih dulu tercium sebelum Hansel menampakkan diri di ambang pintu. Ezra mengira Hansel ketumpahan parfum lagi. Kalau tidak salah ini sudah ketiga kalinya jika dihitung dengan yang tadi malam. Mungkin tutup botol parfumnya rusak sampai menyebabkan insiden kecil itu sering terjadi. Namun, Ezra tak ingin berkomentar apa-apa karena Hansel pasti sudah sadar diri.

"Tunggu sebentar, ya," kata Ezra, yang sedang kesulitan memasukkan papan melayang ke dalam tas ranselnya yang tak seberapa besar.

"Memangnya muat?" tanya Hansel.

"Tidak muat sih. Ya sudahlah taruh di ruang hampa saja." Ezra akhirnya menyerah juga. "Setelah dipikir-pikir bakal merepotkan nanti kalau aku sampai ditanya-tanyai gunanya papan ini. Tolong lupakan kebodohanku barusan." Ezra menyengir ke arah Hansel sambil menunjukkan dua jarinya.

"Ukuran tasnya saja sudah beda jauh. Kadang-kadang pikiranmu itu tidak main ya."

Ezra tergelak. "Ya, siapa tahu bisa muat kalau dipaksakan. Aku tidak percaya kau baru saja mengejekku, Hansel. Ketularan Enzo ya?"

"Memang kau pikir aku tidak bisa mengejek orang?"

"Ya, begitulah. Ternyata aku salah menilaimu. Kau tidak sepolos yang kukira."

"Kalau begitu kau harus berhati-hati," ujar Hansel dengan senyum menyeringai. "Jadi, sudah siap berangkat?"

Ezra mengepit tongkat kruknya hanya untuk formalitas. Setelah berada di luar jangkauan tempat tinggalnya nanti, Ezra tidak akan memakainya karena itu cuma akan menghambat pergerakannya.

"Aku siap. Let's gaur!"

Atas kesepakatan bersama, hari ini mereka akan berangkat bersama-sama untuk menjalani misi masing-masing di lapangan. Hansel hanya ingin memastikan bahwa Ezra bisa melewati penjaga gerbang perbatasan dengan selamat. Padahal tanpa sepengetahuan dia, para penjaga gerbang itu sudah sangat hafal dengan keberadaan pemuda aneh yang suka mengunjungi gurun Sangre dengan tujuan mencari ikan dan harta karun yang jelas-jelas tidak ada itu.

"Tunggu, tunggu," cegat Ezra saat sudah selangkah di luar sarang. "Seperti ada yang terlupakan."

"Apa lagi?"

Ezra berusaha mengingat-ingat sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu. Saat Hansel muncul tadi, Ezra langsung teringat sesuatu yang penting. Tapi begitu ditinggal basa-basi sebentar sesuatu yang penting itu langsung hilang dari benaknya. Perasaan dirinya masih belum terlalu tua tapi kenapa mudah sekali lupa. Menggaruk-garuk belakang lehernya, Ezra lalu meraih buku catatannya di meja dan mengambil secarik memo yang ada di dalamnya.

"Nah, ini dia," seru Ezra setelah membaca tulisan di memonya. "Damn! Aku sudah ingin menanyakan hal ini padamu sejak pertama kali rumornya muncul. Kenapa bisa lupa terus? Sampai aku buatkan memo segala. Kita bahas ini sambil jalan saja ya."

Ezra menggiring Hansel keluar dan mengambil pelat pintunya. Kertas memonya dia remas-remas dulu sebelum dilemparkan ke tempat sampah.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Mengenai pembunuh tak terlihat," sahut Ezra. "Aku rasa pelakunya bukanlah seorang avian. Dilihat dari keganjilan dan kecepatan mereka dalam mengeksekusi korban jelas menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan supranatural yang tidak bisa diremehkan. Aku bahkan curiga mereka lebih kuat dari seorang penyihir. Menurutmu, mereka itu makhluk apa Hansel?"

The Secret of Aviarim DomeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant