Chapter 25

616 116 52
                                    

Ada sesuatu dari Hansel yang membuatnya tampak berbeda hari ini. Mungkin karena penampilannya berubah. Rambut Hansel telah dipotong pendek dan poninya hanya menutupi sebagian dahinya. Dia melangkah dengan ayunan panjang, postur tubuhnya tegap sempurna dan memancarkan kepercayaan diri yang tinggi. Seingatnya Hansel tidak berjalan seperti itu.

Ezra terpaku sejenak pada tatapan kuat pemuda itu yang seakan menembus ke dalam jiwanya. Tetapi dia segera mengalihkan pandangannya ke sesemakan mawar yang tumbuh di sekitar karena entah kenapa dia tidak sanggup mempertahankan tatapannya lama-lama. Dia merasa ada aura yang tak biasa menguar dari sosok Hansel.

"Kenapa makin hari dia semakin seram saja? Aku cabut saja lah."

Lily langsung menyelundup ke dadanya, sedangkan Heli diam-diam masuk ke dalam bajunya dan menggelitik perutnya. Ezra menggigit bibir bawahnya dengan gelisah saat Hansel sudah berdiri di depannya.

"H- Hai, Hansel. K- kau mencari Heli ya?" kata Ezra terbata-bata.

"Iya. Kau lihat dia?" jawab Hansel dengan suara yang teduh dan tenang.

Ezra menundukkan wajah sambil menunjuk perutnya. "Dia di sini. Ini tidak seperti yang kaupikirkan. Aku tidak menculiknya. Dia sendiri yang menyelinap ke dalam bajuku."

Ezra mencoba mengeluarkan Heli, tapi burung itu malah mengelit dan menjelajah ke berbagai sisi tubuhnya. Ezra kegelian sampai tertawa-tawa. Lalu akhirnya dia berhasil memerangkap Heli di punggung.

"Ambil dia, Hansel!" kata Ezra sambil menahan gundukan di punggungnya supaya tidak banyak bergerak.

Saat membelakanginya, Ezra langsung merasa merinding. Instingnya mengatakan seharusnya dia tidak melakukan itu. Tapi di sisi lain dia menyadari bahwa yang ada di belakangnya itu cuma Hansel, seorang teman yang tidak akan macam-macam. Kenapa dia harus merasa waswas?

Hansel menyingkap bajunya pelan-pelan, tapi Heli dengan tangkasnya kabur ketika ada celah terbuka. Baik Ezra maupun Hansel sama-sama lamban dalam bereaksi. Sehingga merpati itu pun lolos dan melesat ke dalam gazebo untuk menclok di atas langkan.

Ezra merasakan punggungnya masih terbuka dan angin sepoi-sepoi menerpa kulitnya yang peka terhadap suhu sampai membuatnya menggigil. Buru-buru dia menutup kembali bajunya dan memutar tubuh untuk menghadap Hansel.

"Ada apa dengan Heli?"

"Sepertinya dia marah padaku karena aku lupa membelikan makanan kesukaannya," kata Hansel.

"Oh, ya? Tapi kenapa dia terlihat seperti ketakutan....Oh Astaga!!!" Ezra memekik kaget saat Hansel tiba-tiba membuat pergerakan maju ke arahnya, namun Hansel hanya melewatinya saja karena tujuannya ternyata menuju ke atas gazebo untuk menyambar avennya yang sedang bertengger di sana. Saat Hansel sudah dapat, Ezra terkesiap dengan caranya memegang Heli. Leher merpati itu tampak dicengkeram terlalu kuat oleh tangan Hansel.

"Hansel, avenmu itu sepertinya kesesakan. Kau menerkamnya terlalu kencang. Lihat! dia sampai megap-megap tuh," tegur Ezra dengan dahi berkerut. Dia bermaksud untuk mengambil merpati itu dari genggaman Hansel, namun Hansel langsung menghindari raihannya.

"SSsshhh..." Hansel mendesis padanya, Ezra langsung mundur satu langkah. "Dia baik-baik saja. Itu mungkin cuma perasaanmu. Heli sudah biasa dibeginikan kok dan dia merasa nyaman saja tuh. Ya kan, Heli?" Hansel mengelus-elus avennya dengan lembut, kemudian mendekapnya erat-erat. "Akhirnya kau kembali padaku. Jangan kabur lagi ya. Aku minta maaf sudah menelantarkanmu. Lain kali tidak akan kuulangi lagi. Aku janji."

The Secret of Aviarim DomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang