Chapter 24

598 116 70
                                    

Sewaktu menyaksikan sang surya yang timbul perlahan-lahan di kaki langit, Javan mendengar suara deheman keras yang tampak disengaja. Dia sedikit memalingkan wajah dan melihat orang-orang sudah berkerumun di sekitarnya. Salah seorang dari mereka mendekat ke sisinya, ikut menghadap ke matahari.

"Baru kali ini saya menyaksikan secara langsung fenomena matahari terbit yang berbentuk sabit karena gerhana matahari. Sungguh pemandangan yang sangat langka dan menakjubkan. Pemandangan tersebut pasti membuat Anda begitu terpukau sampai tidak menghiraukan hal-hal yang ada di sekitar."

Pasha tersenyum penuh humor setelah melontarkan sindiran halusnya itu. Javan secepatnya membalikkan badan dan segera menyampaikan permintaan maafnya kepada semua orang yang sepertinya telah dia abaikan sejak tadi. Bisa-bisanya dia asyik merenung sendiri di tengah-tengah menjalankan tugas. Apalagi kasus yang sedang dikerjakannya ini terbilang sangat gawat dan cukup menggemparkan masyarakat karena korban pembunuh tak terlihat kini sudah merambah ke kaum raptor.

"Tak apa, Kapten," sahut seorang laskar yang berjambul eksotis sambil mengipas-ngipaskan wajahnya dengan rumbai-rumbai dedaunan. "Cuci mata sejenak sebelum menghadapi hujan badai, angin ribut, dan halilintar; itu tidaklah mengapa demi kesehatan jiwa dan rohani."

Mata Javan yang terlihat dari kedua lubang topengnya itu menyipit karena melihat tingkah polah Satria yang aneh-aneh. Si jambul itu membawa-bawa seikat dedaunan hijau yang dia jadikan kipas di tangannya dan di kantong mantelnya pun tampak tersembul daun-daun lainnya yang sejenis. Dia telah menghancurkan citra seorang laskar yang dikenal perkasa dan penuh wibawa dengan kekonyolannya itu.

"Untuk apa kau membawa banyak daun kemari? Buang! Kau terlihat seperti orang gila."

"Ini bukan sembarang daun, Kapten," kata Satria. "Ini adalah moringa atau biasa disebut dengan daun kelor. Konon kata nenek buyutku daun ini dipercaya bisa mengusir pengaruh sihir dan menangkal ilmu hitam. Sehubungan dengan jatuhnya korban dari kalangan raptor untuk pertama kalinya, mulai hari ini aku akan membawa daun kelor ini ke mana-mana untuk pertahanan diri."

"Aku tidak akan melarang kalau kau ingin berupaya melindungi diri sendiri dari entitas jahat dengan cara yang paling tak masuk akal sekalipun. Tapi tolonglah jangan berpenampilan seperti orang primitif di depan publik. Kau telah mempermalukan diri sendiri dan juga seluruh jajaran laskar yang tidak ikut-ikutan. Buang daun-daun itu sekarang juga atau kucabut jambul kebanggaanmu itu sampai plontos!"

"Oke, oke, kulepas semuanya sekarang. Asal jangan serang jambul garudaku yang cogah dan membuana ini. Nanti aku sedih," kata Satria masam. Dia segera merenyukkan daun-daun itu sampai membentuk gumpalan sebesar bola tenis dan menyimpannya di saku mantel. Satria menolak untuk membuangnya seperti yang diperintahkan sang kapten. Tapi selama tidak lagi tampak di depan mata, Javan akan membiarkannya. Dia sedang tidak mood untuk menghardik bawahannya yang tidak menurut itu.

Pasha yang merasa aneh melihat interaksi antara kapten dan anak buahnya yang tampak tidak serius itu lantas menyetir kembali pembicaraannya ke topik semula. "Suasana langit yang kelam seolah mendukung peristiwa tragis yang terjadi pada hari ini. Kalangan kita rupanya tidak lepas dari incaran pembunuh tak terlihat. Saya sangat menyayangkan kejadian ini. Padahal kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Saya sebagai perwakilan dari tim penyelidik ingin meminta maaf atas kelambanan dalam proses penyelidikan."

"Saya memahami kesulitan Anda, Tuan Letvin. Yang penting Anda sudah berusaha. Saya tidak akan menyalahkan Anda sepenuhnya karena yang lain juga sama-sama mengalami kesulitan. Lalu, bagaimana dengan hasil penyelidikan hari ini?"

The Secret of Aviarim DomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang