Chapter 6

951 164 22
                                    

Soundtrack: Byzantine Time Machine - Adventure in Istanbul

~

Sayup-sayup Ezra mendengar suara keramaian. Hanya sebentar saja waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pemukiman. Ezra sudah melihat hiruk pikuk masyarakat yang berlangsung di dalam kota, bercampur dengan suara kicauan burung-burung. Kota ini sungguh sangat bising. Lily tiba-tiba mendesak ingin keluar. Sehingga Ezra terpaksa membebaskannya. Avennya itu langsung terbang berputar-putar di atas, tampak senang bisa terbebas. Ezra dan Hansel langsung bergabung di belakang salah satu rombongan avian yang kebetulan melewati mereka.

Ezra melihat-lihat sekeliling. Semuanya tampak baru di matanya. "Jadi inilah negeri Avian itu," gumamnya.

Di sini dia menemukan aven dengan ragam yang lebih bermacam-macam. Rombongan yang diikutinya ini terdiri dari berbagai jenis spesies aven yang Ezra sendiri kebanyakan tidak tahu namanya. Dari yang berwarna gelap, terang, sampai berwarna-warni. Ada yang berekor pendek juga berekor panjang menjuntai sampai menyapu jalanan. Dia juga melihat rombongan avian dengan aven bebek yang berjalan tertib saling beriringan. Ketika avian bebek yang paling depan sedikit membelok dan berjalan di atas undakan, avian-avian di belakangnya juga ikut-ikutan. Padahal ada jalan normal di sisi lain yang lebih nyaman untuk dilalui. Agaknya Ezra menduga bahwa setiap avian memiliki tabiat yang menyerupai aven mereka. Apa dirinya juga tanpa sadar telah berperilaku seperti gagak? Ezra tidak merasa begitu.

Bagaimanapun, sejauh ini Ezra menilai bahwa keadaan di sini cukup normal dan avian-avian itu tidak memberi sinyal berbahaya. Dia juga anehnya merasa aman begitu memasuki kota ini. Dia sampai saat ini masih belum bertemu dengan raptor yang katanya mengerikan itu.

Setelah melihatnya secara langsung, gedung-gedung di kota ini ternyata lebih besar dari perkiraan Ezra. Dia jarang melihat bangunan semegah dan seluas itu di negerinya. Arsitekturnya juga asing, beda dari bangunan yang pernah dia lihat dalam hidupnya. Sebagian besar atapnya berbentuk lengkung dengan dihiasi garis kisi-kisi, serupa dengan kubah Aviarim yang menyelubungi alam avian. Ornamen-ornamen flora terdapat pada tiang-tiang kolom dan dinding bangunan. Sementara warna cat bangunan-bangunannya dominan putih, krem dan abu-abu.

Selain itu, menara tinggi juga bisa ia temukan di mana-mana. Ketinggian menaranya sanggup membuat Ezra terjengkang apabila ia terus-menerus menatap puncaknya. Di setiap menara, Ezra baru tahu ada avian yang ia duga sebagai raptor sedang mengawasi pemandangan di bawah. Dilihat dari siluetnya, mereka dalam wujud manusia bersayap. Sayang sekali Ezra tidak bisa melihatnya dengan jelas karena silau. Posisi matahari sekarang sudah semakin meninggi.

Ezra merasakan tekanan di pundaknya. Lily telah kembali padanya. Ezra melirik jeri pada cakar Lily yang runcing-runcing itu. Dia bersyukur bajunya didesain memiliki semacam bantalan anti gores yang bisa melindungi kulit pundaknya agar tidak lecet. Luka di kaki avennya masih belum sembuh. Kiranya salep yang dia oleskan tidak begitu manjur bagi aven. Biasanya untuk luka gores seperti itu, satu olesan saja cukup untuk menyembuhkan sampai tidak berbekas. Dia catat dalam benaknya untuk memberikan olesan kedua pada kaki Lily nanti setelah sampai.

Ezra kembali fokus ke depan dan menyadari dirinya tertinggal beberapa langkah di belakang Hansel. Buru-buru ia menyejajarkan diri. Ada terlalu banyak hal baru yang membuat mata Ezra tak henti-hentinya jelalatan, terpesona dan tersihir oleh keeksotisan peradaban avian. Sampai di satu waktu, dia menabrak tiang lampu jalanan.

"Fokus, Ezra!" tegur Hansel, sambil menahan tawa.

Ezra mengernyih seraya memukul tiang lampu yang tidak bersalah. Menoleh ke kanan kiri, mendapati beberapa orang melihat ke arahnya. Dia melengos saja, kabur dari perhatian khalayak ramai.

"Jadi, apa kita cuma berkeliling-keliling tanpa arah?" tanya Ezra, yang merasa sejak tadi mereka hanya berjalan mengikuti arus kerumunan.

"Sudah kuduga, kau sejak tadi tidak fokus." Hansel menggeleng-gelengkan kepala. "Ingat misi kita! Aku memperhatikan ada perbedaan motif ukiran dari setiap gedung. Kau tahu tulisan di pelat kuningan kita kan? Pelat kita sama-sama bertuliskan lavender di depan angkanya. Dan lihatlah dinding luar gedung di sebelah kanan ini. Ada motif bunga lavender di setiap pilarnya. Bisa dipastikan ini griya lavender."

The Secret of Aviarim DomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang