Chapter 34

843 88 22
                                    

Playlist:

Yusuf Eksioglu - Majnun Nabudum

Troyboi - Laalach

~

Tak ada yang menyadari bahwa Ezra sedang berpura-pura tertidur di tengah situasi mencekam di mana para raptor sedang mengelilinginya. Dia telah terbangun sekitar satu menit yang lalu, tetapi segera menutup matanya kembali ketika menyadari kehadiran sosok-sosok menjulang yang membuatnya merasa kerdil di hadapan aura mereka yang begitu mendominasi. Ezra berusaha mengontrol napasnya mati-matian, namun ketegangan yang dirasakannya malah semakin memuncak. Lalu tiba-tiba dia merasakan hembusan napas dingin di telinganya yang membuat rambut di tengkuknya merinding. Tanpa bisa menahan rasa penasarannya, Ezra akhirnya membuka mata setengah-setengah dan apa yang ditemui matanya membuatnya terlonjak ketakutan.

"Rawwr!"

"Aaaaaah!" jerit Ezra membahana, tangannya refleks menggasak moncong topeng raptor tersebut hingga mencelat ke udara. Lalu beringsut ke sisi lain dan tak sengaja menyenggol raptor bertopeng tengkorak burung yang membawa suntik besar di tangannya. Dia pun berteriak lagi seraya kebingungan mencari celah untuk kabur namun semua sisi telah dikepung oleh para raptor.

Kemudian dia melihat Javan di ujung ranjang, Ezra pun segera menghampirinya untuk mencari perlindungan. Namun, dengan sigap Javan mencegahnya untuk mendekat dengan menodongkan pistolnya. Ezra sempat terhenti sejenak, sebelum tersadar bahwa soulmate-nya itu tidak mungkin menembaknya sampai mati. Sehingga dia pun nekat menerobos ancaman dari pistol tersebut untuk menarik ujung mantel Javan yang kemudian dia gunakan sebagai tempat berlindung.

Berikutnya kekacauan yang tak terduga itu pun terjadi begitu saja. Javan berupaya melepaskan diri dari dekapan si raven yang membelenggu perutnya dengan begitu kencang, namun upayanya terasa sia-sia karena Ezra semakin memperkuat cengkeramannya dengan penuh kegigihan. Ezra tidak peduli kalau Javan sudah megap-megap penuh derita, yang terpenting dirinya terlindungi dari ancaman para raptor yang mengerikan itu.

"Aduh, malu sekali wajah tampanku kelihatan orang," ujar raptor yang topengnya baru saja copot. Setelah memasang kembali topengnya, dia terkejut melihat pemandangan yang terpampang di depannya. "Eh, kenapa kepala si raven menyelinap ke dalam mantel kapten? Dia minta di-mantling secara sukarela apa?"

"Tolong singkirkan dia dariku!" pinta Javan sembari meringis-ringis, entah jijik atau sedang kesakitan.

"Dia menggerogoti perut kapten kah?"

"Tarik dia sekarang juga, cepat! Jangan banyak tanya!" bentak Javan jengkel.

"Eh... siap, siap!"

Tidak hanya si raptor berjambul saja yang bertindak, yang lain juga ikut menarik Ezra dari tubuh sang kapten setelah mendapat perintah langsung darinya. Ezra berteriak-teriak ketakutan sambil berusaha keras mempertahankan pelukannya, namun pasukan laskar memaksa melepaskan cengkeramannya dengan brutal. Kemudian, begitu terlepas, tubuhnya segera diikat dengan tali, membuatnya tak bisa berkutik dan hanya bisa meringkuk sambil menangis tersedu-sedu.

"Ampun! Tolong jangan makan saya!" rengeknya melas.

Si raptor berjambul tertawa terbahak-bahak, tampak sangat menikmati ketakutan intens yang dialami oleh Ezra.

"Kurasa suntikan booster-nya bekerja terlalu baik sampai si raven melihat kita seperti halnya melihat sosok hantu, tetapi dia tetap tidak takut pada kapten."

"Hush... Satria! Bisakah kita tidak membahasnya secara terbuka di hadapan orangnya langsung?" tegur seorang laskar berambut gondrong megar yang selalu tampak seperti dihembus angin badai.

The Secret of Aviarim DomeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt