Chapter 17

799 131 69
                                    

Soundtrack:
Open ocean - all we've left before.

~

Distrik Sommertera akhirnya mencicipi kemisteriusan kasus pembunuh tak terlihat yang sedang marak itu. Tak tanggung-tanggung jumlah korban yang ditemukan langsung lima orang dalam satu tempat. Setelah kabar itu sampai ke telinganya, sang kapten langsung bergegas menuju ke lokasi tempat kejadian yang ada di pabrik parfum bersama tangan kanannya.

Situasi di sekitar pabrik sangat ramai dikerumuni oleh para serikat pekerja yang terpaksa diliburkan, tapi mereka tak ingin pulang karena penasaran. Meskipun mereka cuma bisa melihat dari luar garis pita kuning yang menyegel area di sekeliling pabrik. Beberapa anggota tim penyelidik dan staf forensik tampak sibuk menyisir hampir di seluruh area dalam maupun luar pabrik.

Javan mendaratkan dirinya di depan pintu masuk pabrik dengan Artyom yang mendampinginya. Kedatangan mereka langsung disambut oleh seorang detektif yang memang sudah menantikan mereka sejak tadi.

"Selamat pagi, Kapten. Terima kasih sudah datang kemari. Saya Pasha Letvin, detektif yang bertugas menangani kasus di sini." Pasha, sang alap-alap kawah, mengangsurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan kedua laskar. Kemudian dia memperkenalkan rekannya yang berambut jabrik dan seorang merlin. "Lalu dia adalah dr. Don Sina selaku ketua tim forensik. Kami yang akan mengantarkan Anda sekalian menuju ke TKP. Supaya tidak membuang-buang waktu, langsung saja kita ke sebelah sini, Kapten."

Javan mengikutinya tanpa banyak kata dan mereka bergerak cepat memasuki area pergudangan pabrik. Saat berada di area itu, dia bisa mencium udara beraroma harum yang sangat tajam hingga membuatnya setengah pusing. Namun anehnya, ketika sudah masuk semakin ke dalam, dia tak kunjung mencium bau busuk menyengat yang seharusnya sudah menguar dari mayat-mayat yang katanya telah membusuk itu. Apa mungkin wangi parfumnya telah menyamarkan baunya dengan sangat efektif?

"Lewat sini," kata Pasha seraya membelok ke kiri melintasi ruangan melingkar yang dipenuhi monitor dan mesin-mesin pengendali. Setelah itu sampailah mereka di depan gang yang jalannya menurun dan di ujungnya tampak gelap seperti sumur tak berdasar, sedangkan tempat mereka berdiri ini terang benderang.

"Kenapa berhenti di sini?" tanya Javan. Suaranya terdengar tidak sabar.

"Mayat-mayat itu sebenarnya tidak berada di dalam pabrik, Kapten," terang dr. Don Sina. "Tapi ada di suatu tempat di bawah sana. Itu adalah jalur terowongan pneumatik yang digunakan untuk pendistribusian logistik ke seluruh negeri. Kebetulan saja terminal logistik yang ada di pabrik ini adalah yang terdekat dari lokasi TKP. Sebelum mendatangi tempat itu, Kapten dimohon mengenakan masker gas ini demi kenyamanan karena nanti di sana udaranya akan sangat mengganggu pernapasan."

"Kalau itu memang diperlukan, saya akan memakainya," ujar Javan tak keberatan.

Sebelum sempat mereka memalingkan wajah untuk menghormati kerahasiaan identitas laskar, sang kapten telah mengganti topengnya di hadapan mereka hanya dalam hitungan detik. Mata mereka bahkan tak mampu menangkap proses perubahannya yang bagaikan aksi sulapan itu karena saking cepatnya. Aksi sang kapten tersebut membuat mereka jadi terbengong-bengong.

Sang detektif lalu berdehem. "Sepertinya semua sudah siap. Kalau begitu ayo kita berangkat."

Pasha berjalan terlebih dahulu menuruni tangga yang gelap tanpa rasa ragu. Begitu sampai di bawah, lampu di langit-langit menyala sendiri sehingga mereka bisa melihat terowongan yang terentang tanpa terlihat ujungnya di kedua sisi kiri dan kanan. Terowongan tersebut berdinding bundar dengan diameter kurang dari tiga meter sehingga mereka tidak bisa leluasa mengembangkan sayap di sini. Rasa dingin langsung merambati kulit Javan, di bawah sini udaranya terasa lebih lembap.

The Secret of Aviarim DomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang