SEBELAS

16 4 0
                                    

Pagi ini sunyi,

Semua terasa hampa,

Kicauan burung saja tak ingin berbunyi,

Menyingsing hari yang tak lagi berbahagia.


Aku bukanlah waktu,

Aku juga bukanlah yang merindu,

Aku hanya sosok makhluk yang terkikis debu,

Bisa menghilang dimakan takdir tak menentu.

Bagai sosok yang hilang tanpa jejak cinta.

***

Seketika bulu kuduk ku berdiri, terasa merinding seketika ketika sepagi ini aku mendapatkan dua bisikan, yah, tentu dari Wiwik dan juga manusia yang rupanya mencari perkara baru, Soerya. Aku tidak bisa memahami, mengapa pria yang satu ini suka sekali mencari keributan dengan diriku bahkan pertama pertemuan kami kemarin siang.

Aku masih bisa memahami bahwa Wiwik ingin menjalin pertemanan baik, meski pun aku merasa kurang nyaman karenanya. Tapi aku sangat teramat tidak senang dan tidak nyaman ketika pria yang satu ini berusaha untuk berteman dengan cara yang mengancam, walau tak langsung.

Sejujurnya, aku tak tahu apa isi di pikiran lelaki itu. Kenapa dia begitu ingin mendekatiku dengan cara agresif seperti itu, dan ketahuilah, aku sampai berdo'a kepada Tuhan agar dijauhi olehnya. Tetapi hidup memang sebrengsek itu, takdir malah mempertemukanku kembali dengan lelaki aneh yang bahkan aku sudah tahu namanya, yaitu Soerya yang banyak dielu-elukan oleh banyak mahasiswi, terutama fakultas ini.

Persetan dengan tampangnya yang tampan, dia yang sering disebut mahasiswa yang cerdas dan terlalu dipuja-puja banyak orang. Aku muak. Memangnya dia sepenting itu bagiku? Oh, tentu tidak, kawan! Aku sama sekali tidak tertarik dengan pria itu. Demi Tuhan.

Kembali dalam kesadaranku, aku pun membenarkan posisi dudukku, dan membatasnya dengan lengan kiriku. Aku mengacuhkan keberadaan Soerya yang mungkin bisa sewaktu-waktu menyerangku—ah tidak, membombardir dengan pertanyaan yang mengganggu ketenangan jiwaku tanpa permisi.

Aku berusaha mengusap-usap catatanku, dan segera membuka catatan kecilku dengan cepat, dan mengamankan beberapa detail lembaran yang kutakutkan sudah dibuka atau tercoret oleh seseorang ataupun orang yang menyebalkan disampingku ini.

"Kau tak membuka ini, 'kan?" tanyaku kepada Soerya dengan kepanikan, Soerya melirikku, dengan santai ia berkata kepadaku. Namun, Soerya malah menyengir.

"Tidak sempat, padahal aku ingin membukanya kepada teman-teman." Tanpa basa-basi aku memberikan tatapan sinis kepadanya, aku mendengkus kesal dengan tabiatnya yang seperti terlihat meremehkan diriku yang sedang tidak baik-baik saja.

"Ih, Laksmi, aku bercanda. Jangan menatapku seperti ingin membunuhku, tolong," pinta Soerya yang kini sangat membuatku risih, dan tidak nyaman. Aku pun menarik pelan pakaian Wiwik hingga dia melihatku. Aku melihat Wiwik langsung bertindak untuk menegur Soerya untuk berhenti menggodaku, tidak, dia menggangguku sekarang.

"Mas, hentikan guyonan-mu itu, Laksmi enggak nyaman," tegur Wiwik dengan tegas. Teman-teman lainnya yang kurasa menertawakan reaksiku itu, masih tidak mengindahkan apa yang ditegaskan oleh Wiwik.

Tji Beng yang terlihat gerah dengan pemandangan ini pun, langsung berdiri dan memukul meja dengan keras.

"Kalian menertawakan apa sih? Laksmi?" Semua terasa terdiam, memang kuakui amarah Tji Beng sudah membuat satu kelas ketar-ketir dan tegang tak bisa meredakan amarah pria yang berparas seperti keturunan Tiongkok tulen ini.

PEREMPUAN YANG TAK INGIN DIKETAHUI ORANG ✅Where stories live. Discover now