DUA PULUH TIGA

8 2 0
                                    

Kulirik kini sudah menunjukkan 10.30 WIB, aku, Tji Beng dan Jasmoro sedang mendengarkan penjelasan dari tim lawan yang kebetulan menjadi sisi kontra yang merupakan dari tim kampus Yogyakarta. Aku teringat pada malam gladi resik sebelum acara ini tiba, Yudhi mengatakan kepadaku kurang lebih dia memberitahuku tentang apa yang akan terjadi pada hari ini,

"Soer, aku enggak bisa yakin Adjie akan datang lagi pada debat hari ini, aku juga sedikit cemas," ungkapnya. Aku terheran mengapa orang yang terlalu percaya diri—bahkan selevel Yudhi yang terkadang malu-maluin, itu saja bisa merasakan cemas.

"Kenapa?" tanyaku dengan mendekatkan jarak duduk kami. Yudhi memandang gelas yang sedikit berisikan kopi hitam panas di atas meja.

"Perihal Adjie mau mengacaukan acara, bahkan kamu tahu sendiri, Adjie orang yang pendendam—bisa sewaktu-waktu menghancurkan seseorang apa yang dia mau, belum lagi masalah Laksmi—" keluh Yudhi dengan tatapan resah dan mengetuk-ngetuk jari di kursi. Tak pernah aku melihat Yudhi yang sangat resah bahkan secemas itu di hadapanku.

"Ah, kamu terlalu cemas, Bang," celetukku dengan menepuk-nepuk pundak Yudhi yang lebar. Yudhi menatapku dengan tatapan penuh khawatir dan menepiskan tanganku dengan pelan.

"Bukannya seperti apa, Soer. Masalahnya, ketika aku lihat di daftar peserta, nama Arya ada di acara ini sebagai peserta debat," ungkapnya dengan gelisah. Aku sedikit lupa dengan siapa sosok dari Arya tersebut, Yudhi menepuk dahinya dan membulatkan matanya.

"Soer, Aku enggak tahu Laksmi sudah menjelaskan siapa dalang yang merusak masa lalunya, tapi yang jelas, dia yaitu Arya. Sosok yang membuat Laksmi merana di masa lalu. Arya yang membuat Laksmi kehilangan masa depannya, dan aku berani bersumpah, ketika aku melihat orang itu akan kuhabisi. Titik," tekan Yudhi dengan menahan emosi.

Aku tidak tahu mengapa Yudhi bisa se-emosional itu mengenai tentang Arya dan masa lalu Laksmi yang hingga membuat gadis itu meredup, bahkan aku yang bersusah payah membuat Laksmi tersenyum lagi. Tidak sedikit usahaku untuk membuat perempuan itu tersenyum—lebih tepatnya, pernah hampir menyerah agar perempuan itu tersenyum lagi. Hah, persetan dengan itu semua, aku hanya ingin menikmati kopi susu untuk melupakan kemungkinan-kemungkinan terburuk terjadi padaku, yang mungkin saja Adjie mengacaukan acara dan terjadi kericuhan.

"Mungkin, besok kita akan menghadapi musuh masing-masing," ujarku dengan menyeruput kopi susu, sedangkan Yudhi berdeham dan menatap ke arahku, "Bukan masing-masing, tetapi musuhmu adalah musuhku juga, Soer. Adjie sudah bermasalah denganku sejak kami semester pertama," jelas Yudhi dengan menatapku.

"Menyedihkan, Adjie memang pantas dapat gelar pria terbusuk, bahkan lebih busuk daripada wedhus gembel," ejekku dengan terkekeh.

Aku tersadar ketika moderator memberi waktu untuk tim kami memaparkan tentang realita yang memang pada dasarnya bisa di inderai, yah tentu, seperti kalian bisa menyimak, duduk, dan juga memperhatikan kami, bisa mengecap makanan, menghirup ataupun berpikir hingga membayangkan keberadaan kami saat ini. Tentu saja, bersitegang untuk memenangkan lomba debat bersama musuh bebuyutan kami, Universitas swasta yang ada di Yogyakarta.

Dengan membuka catatan yang tercatat dari Tji Beng dan membuka buku modul yang diberikan oleh Jasmoro tentang teori realitas. Badanku maju beberapa langkah dari tempat dudukku, dan membuka

"Sebelum kami menjelaskan kepada audiens, saya ingin sedikit membuka pikiran para saudara-saudari yang terhormat. sesuatu yang bisa rasa—baik terasa fisik ataupun metafisik yang tidak terlihat, baik dari saudara rasakan saat ini, melihat panggung, duduk di kursi ternyaman, bahkan memperhatikan kami. Dan itu memang sebagian kecil dari stimulus pikiran anda terhadap realita yang anda rasakan, memang, hal itu terasa sangat nyata dan bisa diinderai, Bapak dan Ibu hadirin yang terhormat," terangku dengan memaparkan isi kajian teori realisme, kubuka beberapa lembar buku catatanku dengan menerangkan secara singkat, padat dan jelas dengan keabsahan data yang diperoleh.

PEREMPUAN YANG TAK INGIN DIKETAHUI ORANG ✅Where stories live. Discover now