TUJUH BELAS

9 3 0
                                    

Jika hidup adalah bebas kehendak,

Mengapa manusia sering semena-mena dalam keinginannya?

***

"Aku akan menceritakan kepadamu, tentang masa laluku. Mengapa aku mengambil jalan hidup yang seperti ini," ungkapku kepada mereka dengan menahan tangisku. Semua melihatku dengan iba, namun mau tak mau, aku harus menyudahi kesalahpahaman ini. Agar aku bisa mencabut semua asumsi liar tentang diriku, dan sisanya aku tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan diriku.

Aku teringat insiden tiga tahun lalu, di mana kemerdekaanku dirampas oleh manusia yang tidak bertanggung jawab. Aku ingat, ketika aku diperintahkan oleh temanku untuk bertemu di belakang sekolah. Seraya aku berjalan cepat, hatiku sangat teramat sesak, semakin menyesak ketika aku dihadapi kedua insan yang melakukan aktifitas aneh dari kejauhan.

Sesampainya, tanah merah itu seakan menyuruhku untuk menyampaikan pesan terburuk sepanjang masa, kulihat Yayuk dan Arya yang berduaan, bercumbu, dan berselingkuh tepat di hadapanku. Hatiku tercabik-cabik melihat mereka yang sedang memadu kasih dan melakukan perzinahan di depanku.

"Yayuk! Arya!" teriakku dengan geram, aku mendekati mereka dan mencoba untuk menampar Yayuk namun ditahan oleh Arya yang masih bajunya berantakan.

"Kamu kenapa ke sini?"

"Justru aku yang bertanya padamu! Kenapa kamu mendua dengan anak baru itu!" geramku dengan mencoba untuk memukuli Arya kembali. Namun kekuatanku jauh lebih lemah dibandingkan Arya yang sangat kuat.

"Aku menginginkannya, dia jauh lebih baik daripada kamu," ungkapnya dengan penuh kekhilafan. Hatiku sangat teramat sakit mendengarnya. Dia lebih memilih perselingkuhan daripada mempertahankan sebuah hubungan yang dibina oleh kami.

"Apa alasanmu, Ya? Apa? Aku kurang cantik? Aku kurang pintar? Apa aku mengganggumu?" tanyaku yang menahan emosi untuk tidak menangis.

"Dia jauh lebih menarik daripada kamu, Laksmi, sudah jangan banyak tanya. Aku mau menyudahi hubungan kita sampai di sini." Aku pun menangis sejadi-jadinya, dan amarahku tidak kuasa kubendung. Tidak, aku tidak bisa menerima realita yang jahat ini. Masih banyak masa depanku yang harus terukir dengan dia, kami belum perkenalan keluarga, kami belum bisa memenuhi janji kami untuk menikah, tidak! Di mana janjimu, Arya! Katanya kamu mencintaiku! Mengapa?

Kulihat Yayuk yang tersenyum puas padaku, dia mendekati Arya dan dia merapikan pakaiannya. Dia pun berbisik kepada Arya dan sepertinya menyuruhnya untuk pergi dari tempat ini.

"Laksmi, sudahlah, kamu sudah banyak kalah dariku!" tawa Yayuk yang melihatku dengan merendahkan. Aku pun terdiam dan pucat pasi melihat mereka yang berselingkuh di hadapanku. Yayuk pun mendekatiku dengan membuka paksa pakaianku, dan merobek-robek. Aku pun melakukan perlawanan kepada Yayuk dengan mendorongnya, memukulinya akibat dia yang melakukan kurang ajar kepadaku.

Dia pun tersungkur, tapi wajahnya menertawakan diriku, "Laksmi sayang, aku akan memberitahumu. Kamu sudah merebut Arya dari perasaanku. Aku menyukainya, kamu yang merebutnya kan empat bulan dulu dengan memacarinya? Sekarang aku merebutnya kembali," sarkas Yayuk yang tertawa ke padaku.

"Berengsek! Aku tidak akan menyerahkan Arya kepadamu!" kupukuli dia berkali-kali, namun di tengah-tengah pukulanku, dia meneriaki dengan kencang.

"Tolong! Tolong aku!" teriaknya, dia seolah sangat licik dan pintar memanfaatkan kondisi yang kulakukan saat ini. Namun dewi fortuna tidak memihakku, banyak siswa-siswi melihat kami. Yayuk dan aku dileraikan.

PEREMPUAN YANG TAK INGIN DIKETAHUI ORANG ✅Where stories live. Discover now