5. Lima

118K 18.5K 7K
                                    

Happy reading 💓⚔️

Sesi curhat di sini❤️ semangat ya!
Apapun itu, jangan pernah kehilangan senyuman ya!

Absen pake nama idol kalian dong<3

Gimana kabarnyaa? Jawab pake ♥️ ini kalo baik mwhehehe

Enjoy!

Enjoy!

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


****

Mark mengernyitkan dahinya ketika melihat mobil anak sulungnya ada di halaman depan rumah. Jarang-jarang anaknya pulang di jam sore seperti ini. Senyuman tipisnya langsung tercetak, ia rindu adu bacot dengan juniornya itu. Lantas, ia buru-buru masuk ke dalam.

Andrew menyambutnya di ruang tamu. Cowok itu duduk santai di sofa sambil bermain pisau lipatnya.

"Hai bocil," sapa Mark membuat Andrew mendengkus kesal.

"Hai tua reot!" balas Andrew datar. Matanya menatap ayahnya tajam. Ia tak suka dipanggil bocil.

Mark menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Anaknya ini tidak ada sopan-sopannya. "Kuntilanaknya mana? Kok nggak dibawa?" sindir Mark.

Andrew yang tersinggung langsung melempar pisau lipatnya ke arah Mark. Pisau itu melesat cepat karena lemparannya yang tidak main-main, refleks membuat Mark langsung menghindar. Pisau itu terbentuk di belakang tembok Mark lalu terjatuh ke lantai.

"Tos dulu, Dad. Malah menghindar." Andrew tersenyum meremehkan. "Loser!"

"Pisaumu murahan, Andrew," balas Mark. "Nggak cocok tos dengan kulit mahal Daddy."

"Justru kulit Daddy yang sudah keriput makanya pisau Andrew males nyentuh."

Mark kalah telak. Andrew selalu pintar mematikan argumen lawan.

"Ngapain pulang? Mansion ini tidak menerima anak pungut," sarkas Mark. Andrew ini sok sibuk, pulang mungkin hanya mengajak ribut atau mengambil senjata andalannya.

Andrew mendengkus kesal. "Andrew pulang buat Baby Girl."

"Calista baik-baik aja."

Andrew melirik sinis ayahnya. Ia berdiri melangkah mendekat. Auranya begitu mengintimidasi. "Daddy kemarin menyuruhnya latihan 12 jam penuh. Gimana bisa dia baik-baik aja?" desis Andrew marah. Ia tahu dari orang kepercayaannya yang ditaruh di tempat ini sengaja untuk mengawasi Calista ketika dia tidak ada.

"Bahkan sekarang kata fuck you halal untuk anda," sinis Andrew mengubah bahasanya menjadi formal. Urat-urat di lehernya menonjol tanda ia begitu emosi. Ia terlalu takut kehilangan Calista hingga bertingkah seperti ini.

"Tau apa kamu, Bocah?" tanya Mark penuh penekanan. Segala hal yang ia lakukan pasti ada alasannya. Andrew hanya belum mengerti itu.

"Shut up!" sentak Andrew dengan dua tangan mengepal kencang. "Daripada adu bacot, bukannya lebih baik adu jotos?"

DRAGONМесто, где живут истории. Откройте их для себя