"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!"
"Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini."
Atha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atha sudah sangat bosan duduk di kursi mendengar obrolan kakak kelasnya ini. Mereka membicarakan tentang pertandingan basket nanti, apalah Atha yang bukan merupakan timnya tetapi dipaksa ikut untuk bergabung.
"Turnamen basket kan bentar lagi, sekitaran dua minggu lagi sih, nah jadi kita harus maksimalkan latihan kita," ujar Randa.
"Iya sih, Ran. Gue juga tahu, tapi bentar lagi juga kan kita akan menghadapi ujian sekolah, ujian tes masuk kuliah juga. Gak bisa lah kalau sepekan empat kali latihan," protes Rassya.
"Nah bener tuh kata Bang Rassya. Kalian harus belajar juga jangan cuma mikirin main basket," celetuk Atha menyetujui perkataan Rassya. Tentu saja beberapa pasang mata menatap Atha.
"Tuh! Adik lo aja ngerti," kata Rassya memecahkan keheningan. Atha yang reflek mengatakan itu, diam terpaku menyesali perbuatan dan perkataannya.