43. Bunga Tidur Rizky

115 11 0
                                    

Kemaren salah publish gak sih :(Harusnya yang dipublish bab Mencari Atha dulu, bukan Fakta Tentang Atha duluan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kemaren salah publish gak sih :(
Harusnya yang dipublish bab Mencari Atha dulu, bukan Fakta Tentang Atha duluan. Tapi sekarang udah bener sih udah aku benerin. Sok, aja kalau mau balik baca lagi hehe, mau lanjut juga it's okey.
Happy reading!

Sampai tiga jam Randa, Rizky, dan tim pencarian berlayar untuk mencari korban. Namun, tidak ditemukan tanda-tanda bahwa ada jenazah Atha. Dan kini mereka sedang putar balik untuk kembali ke daratan.

"Pak, tapi adik saya belum ditemukan. Saya mohon ya, kita cari lagi," ucap Randa memohon kepada tim pencarian.

"Tidak bisa, Dek. Kami sudah dibatasi waktu hanya sampai jam empat saja. Kita harus kembali ke daratan dan memulai mencari besok pagi," jawab tim pencarian itu.

"Tapi, Pak–"

"Kami mengerti perasaan keluarga korban, kami turut berdukacita atas semua yang terjadi pada kecelakaan itu. Tapi, kamu harus kuat ya, harus sabar dan ikhlas. Kita pulang sekarang, nanti besok kita akan melanjutkan pencarian ini," sergah salah seorang tim pencarian itu berusaha membuat Randa tenang.

Randa hanya diam saja tidak merespons. Lagipula, Randa juga yakin Atha tidak akan ditemukan karena memang Randa yakin kalau Atha bukan salah satu korban pesawat itu, Randa sangat yakin itu.

'Dek, lo di mana. Maafin kakak ya, kakak tahu kakak salah. Tapi tolong, kakak yakin lo bukan korban dari kecelakaan ini, lo masih ada di deket gue. Gue bisa rasain itu, Dek,' batin Randa. Seraya menatap air laut yang terombang-ambing membentuk ombak kecil.

Sedangkan Rizky, ia terdiam merenung di penghujung kapal. Sama seperti Randa, ia juga memiliki firasat bahwa Atha itu masih ada dan bukan salah satu korban pesawat ini.

"Kak Ikky yakin, Acha masih ada di deket Kak Ikky. Acha belum ninggalin Kak Ikky, Kak Ikky bisa rasain semuanya, Acha," gumam Rizky.

Tiga puluh menit kemudian dari tengah laut akhirnya kapal yang ditumpangi Randa dan Rizky telah sampai di daratan. Mereka turun dan mencari tempat duduk.

"Ki, lo punya firasat yang sama gak kayak gue?" tanya Randa.

"Firasat apa, Ran?" Rizky menjawab dengan ogah-ogahan. Pandangannya kosong menatap tanah, dan pikirannya bergelut dengan memory pada saat ia membentak Atha.

"Gue ngerasa, kalau Atha itu masih ada belum ninggalin kita, Ki. Gue ngerasa Atha itu bukan korban kecelakaan pesawat ini, Ki," ucap Randa. Yang berhasil membuat Rizky menatapnya.

"Maksud lo apa, Ran? Adik gue masih hidup gitu? Terus di mana dia? Kenapa nama adik gue ada di daftar kecelakaan pesawat itu?" tanya Rizky dengan beruntun.

"Gue cuma ngerasain, Ki. Gue gak tahu Atha di mana, tapi feeling gue mengatakan kalau Atha itu masih ada," tegas Randa dengan yakin.

Sebenernya Rizky pun sama merasakan apa yang Randa rasakan tentang Atha. Namun mengingat ada nama Atha di daftar kecelakaan itu, Rizky menjadi ragu dengan feelingnya sendiri.

"Gue capek, Ran. Gue pengen istirahat." Rizky berlenggang pergi meninggalkan Randa.

***

Rizky berada di dalam tenda tempat istirahat para tim pencarian korban. Rizky telah mendapatkan izin dari salah seorang untuk istirahat di sana.

Ia membaringkan tubuhnya, dengan menjadikan tangan kanannya sebagai bantal. "Kak Ikky juga sama ngerasain apa yang Kak Randa rasain, Acha. Kak Ikky ngerasa kalau Acha emang belum pergi ninggalin Kak Ikky, tapi kenapa nama Acha ada di daftar penumpang itu? Kenapa Acha?" ucap Rizky dengan lirih.

"Kak Ikky," panggil seseorang memasuki tenda.

Rizky menoleh, dan setelah melihat siapa yang memanggilnya, Rizky langsung bangkit dari tidurnya. "Acha?" ucapnya.

"Kak Ikky."

"Acha." Rizky mendekat ke arah di mana Atha berdiri, memeluknya dengan sangat erat sekali.

"Acha, jangan tinggalin Kak Ikky lagi, ya. Kak Ikky sayang sama Acha, Kak Ikky janji gak bakalan bentak Acha lagi, maafin Kak Ikky ya," ucap Rizky dalam pelukan Atha.

"Iya, Kak. Acha udah maafin Kak Ikky kok. Acha juga sayang sama Kakak. Maafin Acha juga karena Acha udah ninggalin Kak Ikky sama Kak Randa ya," balas Atha.

"Acha janji ya sama Kakak. Kakak bakalan berusaha buat jadi dokter biar bisa nyembuhin penyakit Acha, asalkan Acha jangan pergi ninggalin Kak Ikky lagi," pesan Rizky. Atha mengangguk.

"Ki, Rizky! Bangun, Ki!" Rizky terbangun, dengan menjelingak berteriak memanggil nama Atha.

"Acha!"

Sontak, Randa bingung kenapa Rizky tiba-tiba berteriak memanggil nama Atha dengan sebutan Acha itu.

"Ki, sadar!" Randa menyadarkan.

Rizky menoleh menatap wajah Randa. "Ran, di mana Atha? Tadi dia ada di sini Ran," tanyanya menanyakan keberadaan Atha.

"Atha gak ada, Ki. Lo cuma mimpi. Kita pulang sekarang, udah sore," ajak Randa, namun Rizky menolak.

"Enggak, Ran. Tadi beneran ada Atha adik gue di sini. Tadi gue peluk dia, dia udah janji sama gue gak akan ninggalin gue lagi, di mana dia sekarang? Lo jangan sembunyiin dia lagi dari gue, Ran!" Rizky memberontak.

"Udah, Ki. Cukup! Lo cuma mimpi, lo tadi tidur di sini. Gak ada Atha di sini, mendingan kita pulang sekarang, udah sore!" kata Randa dengan suara bentakan di awal kalimat.

Rizky menangis. Tak peduli sekarang menangis di hadapan Randa, tak peduli jika nanti akan menjadi bahan omongan Randa dan teman-temannya jika dirinya lelaki cengeng.

"Acha, lo di mana .... Kak Ikky minta maaf sama Acha ...," ucapnya dengan menangis.

"Lo tenang ya, Ki. Gue juga bisa rasain apa yang lo rasain sekarang. Gue juga pengen ketemu sama Atha, gue mau minta maaf sama dia. Kita pulang sekarang ya, gue tunggu di luar." Setelah mengatakan itu, Randa keluar tenda meninggalkan Rizky yang sedang merenung.

***

Malam hari dengan sinar rembulan yang naik ke atas menyinari gelapnya malam. Di sebuah bangunan kokoh bernuansa putih, seorang remaja laki-laki bertubuh kecil, sedang duduk menikmati angin malam yang menerpa wajahnya.

"Bunda ... ayah .... Apa Acha salah pergi ninggalin Kak Ikky di sana? Kak Ikky jahat sama Acha, bunda ... ayah .... Kak Ikky gak sayang sama Acha," ucap remaja laki-laki bertubuh kecil itu.

"Malahan Kak Randa yang bukan kakak kandung Acha aja, sayang banget sama Acha, kak Randa gak pernah bentak Acha .... Bunda tahu kan, kalau Acha itu gak suka dibentak, Bunda juga tahu kan, kalau Acha itu laki-laki cengeng yang mudah untuk menangis."

Atha berbicara dengan angin malam yang menerpa wajahnya. Seakan-akan, ia sedang berbicara mencurahkan isi hatinya kepada kedua orang tuanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Atha berada di sebuah kontrakan kecil yang sudah dibayarnya dengan jangka waktu satu bulan. Jika sudah satu bulan berlalu, entah bagaimana kelanjutannya. Atha akan diusir dari kontrakan itu, atau Atha akan berusaha mencari pekerjaan.

Tapi, orang seperti Atha ini, akan bekerja menjadi apa? Dirinya saja di sekolah masih kelas 11. Menjadi penjaga toko pun, belum tentu diterima.

Merasa rasa kantuknya sudah datang, Atha segera bergegas untuk tidur. Atha memang selalu tidur di bawah jam sembilan malam, karena Atha sadar diri, dirinya adalah remaja berpenyakitan.

Bersambung.
Hayoloh kok ada Atha sih? Penasaran gak dengan penjelasannya? See you next chap ya!

Vote!

Why Me? [LENGKAP]Where stories live. Discover now