"Kenapa selalu aku yang disalahkan. Kenapa semua orang membenciku. Kenapa, Tuhan!"
"Kenapa aku terlahir dengan takdir yang tak pernah mendapatkan kebahagiaan. Jika Engkau membenciku maka jemput saja aku, Tuhan. Aku lelah dengan kehidupan ini."
Atha...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Waktu subuh telah tiba. Azan berkumandang begitu merdu di semua penjuru mesjid. Hingga membangunkan Randa dari tidurnya, Allah memang baik selalu membuat Randa maupun Atha, terbangun ketika mendengar lantunan suara azan ketika subuh.
"Astagfirullah. Tha, woy! Ngapain lo ada di kamar gue!" Hal pertama yang Randa lihat ketika membuka mata adalah, sosok Atha yang meringkuk di bawah selimut.
"Hmm. Diem, gue ngantuk," jawab Atha dengan khas orang tidur.
"Sialan. Gue merasa berdosa tidur sama lo, seraya kan lo cowok cantik," cibir Randa.
"Anjir. Gue smackdown juga badan kurus lo!" Randa tak terima.
"I don't care!" ucap Atha dengan penuh penekanan.
"Lagian ini salah lo juga kenapa gue rela tidur di kamar lo yang berantakan gini. Lo semalam gak mau tolongin gue buat usir kecoa dari kamar gue. Ya udah gue tidur di kamar lo, daripada tidur bareng kecoa," ujar Atha.
"Lah, dasar cowok lemah! Sama kecoa aja takut. Pake rok aja lo sekolahnya kalau gitu mah," cibir Randa.
"Lo aja Kak yang pake rok. Ogah gue! Udah subuh noh, gue duluan yang mandi atau lo duluan?" ucap Atha memberikan pilihan.
"Gue duluan lah. Kalau lo duluan yang mandi, ntar bisa-bisa di mesjid udah iqomah lo baru keluar dari kamar mandi," kata Randa.
"Ya udah sana lo mandi."
"Gak perlu disuruh!" Randa bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar dengan membawa handuk.
Setelah Randa keluar, Atha juga keluar dan masuk ke kamarnya. Aura yang sangat berbeda ketika masuk kamarnya sendiri. Lebih wangi dan nyaman daripada di kamar kakaknya yang berantakan itu.
"Ck. Gue belum ngerjain tugas kimia lagi," ucap Atha dengan sesekali menguap.
Pagi hari dengan sinar baskara yang mulai memancarkan cahayanya. Dan burung yang indah berkicau bersahutan di atas dahan pohon. Atha duduk di kursi belajarnya seraya tangannya yang menari-nari di atas kertas.
"Atha, udah jam setengah tujuh loh ini. Kakak kamu nungguin tuh." Arinda masuk kamar Atha yang memang pintunya tidak ditutup.