20. Susah Tidur

197 20 0
                                    

Malam hari

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Malam hari. Atha tidak bisa tidur di kamarnya. Karena mengingat kakaknya, Rizky. Atha sungguh merindukan sosok Rizky yang sudah berpisah 12 tahun lalu. Tapi di sisi lain, Atha menyayangi Randa juga, ia tidak bisa meninggalkan Randa sebagai kaka angkatnya yang selama ini melindunginya.

"Kenapa gue jadi bingung gini ya. Kenapa nggak hidup barengan bertiga aja gitu. Nggak perlu salah satu harus dipilih." Atha berpikir.

Duduk di meja belajarnya karena dia baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru fisika. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam hari yang artinya Atha harus tidur agar tidak kesiangan besok sekolah.

Tetapi entah kenapa matanya tidak bisa dipejamkan, pikirannya berperang memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa bertemu dengan Rizky tanpa sepengetahuan Randa agar tidak menyakitinya.

"Apa gue pulang sekolah ketemu sama Kak Ikky aja ya?" pikirnya lagi.

Tok! Tok! Tok!
"Tha! Lo belum tidur?" Randa melihat lampu kamar Atha masih menyala.

"I-iya, Kak. Bentar lagi Atha bakalan tidur kok," sahut Atha dari dalam.

"Buka dulu pintunya. Gue mau ngomong sesuatu sama lo," pinta Randa.

Atha bangkit dari kursi belajarnya untuk membuka pintu. Mengizinkan Randa agar bisa masuk ke dalam kamar.

"Mau ngomong apa, Kak?" tanya Atha setelah membuka pintu dan melihat Randa berdiri di ambangnya.

"Gue masuk ya!" tanpa menunggu persetujuan Atha, Randa menerobos masuk.

Duduk di ujung kasur yang empuk seraya melihat keadaan kamarnya yang sangat rapi, tidak seperti kamarnya yang seperti kapal pecah.

"Mau ngomong apa lo, Kak?" tanya lagi Atha.

"Apa lo bener-bener pengen kembali sama kakak lo, Tha?" Randa membuat Atha diam berpikir.

"Jawab gue, Tha!"

"Kak ...."

"Gue kangen sama Kak Ikky. Tapi gue nggak bakalan kok ninggalin lo, Gue bakal tetap anggap lo sebagai kakak gue, Kak," jawab Atha sendu.

"Kalau lo mau kembali sama kakak lo, gue nggak apa-apa, Tha. Karena gue juga mikir, gue udah nggak ada hak lagi buat mempertahankan lo sebagai adik gue. Lo udah ketemu sama kakak kandung lo, dan itu memang sudah seharusnya lo harus balik," kata Randa.

"Enggak, Kak. Lo juga kakak gue. Lo yang selama ini ada di sisi gue saat gue butuh," balas Atha.

"Terus mau lo apa, Tha? Gue tahu lo cuma kasihan sama gue, gue tahu lo sebenernya udah mau balik sama keluarga lo, kan? Tiap lo tidur di rumah sakit, Tha. Gue dengerin lo manggil-manggil nama kakak lo," ucap Randa kesal.

"Kak ...."

"Tidur, Tha! Ingat, lo punya penyakit!" Randa keluar dari kamar Atha.

"Hiks ...." Atha menangis. "Kenapa harus kayak gini sih? Gue emang bener-bener pembawa sial! Kenapa gue gak berhak bahagia? Hidup berdampingan dengan penyakit, punya kakak yang emosian. Kenapa sih!" Atha meratapi nasibnya.

***

Rizky di dalam kamar berbaring terlentang dengan menjadikan satu tangannya sebagai bantal. Dirinya juga sama seperti Atha, pikirannya berperang memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengambil Atha dari tangan Randa.

"Gimana ya ...." Rizky menatap langit-langit kamarnya.

"Si Randa gak sepenuhnya salah. Dia gak ngambil adik gue, justru dia yang rawat adik gue selama ini. Gue yang bodoh, bodoh harus percaya sama nenek tentang adik gue yang memang gak jelas kematiannya," ucap Rizky bermonolog.

"Apa mungkin, gue bawa Atha pulang secara paksa?" pikirnya.

"Rizky ...." Shanti memanggil. Melihat lampu kamar cucunya masih menyala membuatnya penasaran.

"I-iya, Nek," sahut Rizky bangkit.

"Kenapa kamu belum tidur? Besok sekolah, tidur biar gak kesiangan," kata Shanti.

"Iya, Nek. Nanti bentar lagi Rizky bakalan tidur kok," jawab Rizky.

"Matiin lampunya kalau mau tidur ya," pesan Shanti.

"Iya, Nek."

"Dasar nenek-nenek," umpat Rizky.

"Coba aja kalau nenek jujur kalau sebenarnya Atha adik gue belum meninggal. Pasti gak gini alur ceritanya," kata Rizky menyalahkan Shanti.

Rizky mematikan lampu kamarnya. Kemudian menarik selimutnya dan tidur. Besok ia harus sekolah agar bisa mewujudkan mimpinya menjadi dokter untuk bisa menyembuhkan adiknya nanti.

***

Pagi hari dengan sinar rembulan yang masih terpancar, atau lebih tepatnya waktu subuh. Atha sedang berada di dapur menyiapkan susu milo kesukaan Randa, sekaligus membuat sarapan.

"Loh loh loh, kok ada di dapur sih. Kenapa belum mandi?" tanya Arinda. Bunda angkat Atha yang baru saja pulang dari rumah sakit.

"Hehe, gak apa-apa, Bunda. Nanti selesai ini Atha mandi kok," jawab Atha.

"Udah tinggal aja. Biar Bunda yang lanjutin. Kamu mandi sana bentar lagi sekolah," kata Arinda.

"Bentar lagi, Bunda. Atha masih dingin buat mandi hehe," jawab Atha lagi.

"Ck. Dasar. Sini Bunda bantuin deh." Arinda memakai celemek dan memasak bersama Atha.

Di pertengahan saat mereka sedang memasak. Randa ke dapur. Melihat dua manusia sedang berkutik dengan alat dapur.

"Tha, woy! Ngapain lo di dapur?" tanya Randa menarik kursi untuk ia duduk.

"Lagi nyari kantong doraemon, Kak. Mau cari alat pengecil biar bisa kecilin tubuh lo gitu, Kak. Terus gue injek deh," jawab Atha.

"Idih najong. Pake segala celemek lagi kayak cewek aja," sindir Randa.

"Bunda .... Kak Randa nih. Ngatain Atha kayak cewek terus," ucap Atha mengadu.

"Lah woy pake ngadu segala. Gue ngomong gitu karena muka lo cantik, Tha. Makanya gue bilang kayak cewek. Padahal lo cowok tapi cantik," kata Randa bergurau.

"Tuh kan, Bunda. Kak Randa emang bener-bener pengen Atha injek. Biar remuk sekalian."

"Lah lo mah, Tha. Gue puji malahan kayak gitu feedback-nya," ucap Randa meminum susu milo hingga tersisa setengah gelas.

"Mana ada coba cowok dibilang cantik tapi dia seneng? Gak ada, Kak!" Atha kesal.

"Adain sama lo, Tha. Lo seneng gitu harusnya tadi gue bilang cantik."

"Shuttt!!!! Kalian berdua ini masih pagi loh malah ribut." Arinda melerai perdebatan antara adik dan kakak.

Semalam ribut, paginya akrab. Ribut lagi, akrab lagi. Ya itu memang kebiasaan Atha dan Randa. Nanti juga akrab lagi kok mereka.

"Tau tuh, kak Randa duluan," ucap Atha.

"Dih enak aja. Lo kali." Randa tak terima.

"Lo, Kak."

"Lo!"

"Udah ngapa sih!" Arinda kesal. "Mendingan kalian berdua pergi mandi, habis itu siap-siap buat sekolah!" perintah Arinda.

"Lo sih, Kak!" ucap Atha.

"Atha, udah. Lepas tuh celemek, mandi sana!" kata Arinda.

"Wle, emang enek. Gue duluan yang mandi, lo mandi kayak anak gadis, lama!" Randa bangkit dan segera bergegas menuju kamar mandi.

"Daripada lo, Kak. Mandi kayak capung cuma nyelup ke air doang!"

Atha memutuskan untuk duduk di kursi meja makan. Menyaksikan Arinda yang sibuk dengan alat masaknya seraya menunggu kakaknya selesai mandi.

Bersambung.
Huft .... Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ada yang bisa menebaknya?
See you next chap ya!

Why Me? [LENGKAP]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum