67. Apartemen untuk Atha

92 26 0
                                    

Tubuh yang lemah kini menggigil kedinginan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh yang lemah kini menggigil kedinginan. Meskipun sudah memakai jaket, akan tetapi angin masih menembus hingga menusuk tulang. Atha memeluk dirinya seraya menundukkan kepala. Setelah memblokir Randa, Atha tak mau lagi pulang ke rumah, ia sudah memutuskan untuk pergi dari rumah itu, bahkan mungkin dari dunia ini.

Setelah dari pemakaman bundanya, Atha menuju gedung kosong yang sudah tidak terpakai lagi dan naik ke atas lantai 4. Atha merasakan tenang di atas sana tidak ada suara apapun kecuali embusan angin malam yang membuatnya kedinginan.

Ponselnya berdering tanpa henti, teman-temannya seperti Alfian dan Devan menghubunginya terus menerus.

"Gue udah capek sama semuanya!" ucap Atha dengan lantangnya berdiri di tepi gedung.

Jika dirinya sudah kehilangan akal, mungkin saja sudah memutuskan untuk melompat ke bawa, dan tubuh lemahnya akan hancur berlumuran darah di bawah.

Namun Atha masih memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya. Dengan memasukkan tangannya di saku celana, Atha menatap atas ke langit.

"Bunda, maafin Acha. Acha mau melanjutkan kehidupan Acha, Bunda," ucapnya seolah bundanya ada di atas.

Atha melihat jam di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan pukul 22:30 sudah larut malam. Sosok lelaki lemah seperti Atha yang diharuskan untuk tidur di bawah jam 10 kini mulai merasakan pusing. Atha memejamkan matanya untuk menahan rasa pusing itu, segera ia mengambil tasnya dan hendak pergi dari gedung ini.

Namun naas, selain pusing di kepalanya kini sesak di dada mengguncam Atha yang membuatnya tak sanggup untuk melanjutkan langkahnya. Atha merasakan sesak yang luar biasa. Kakinya tak sanggup lagi menahan berat badannya.

"Akh!" Atha berteriak frustasi.

"GUE CAPEK!" teriak Atha.

"Atha capek banget bunda. Atha pengen sembuh bunda, hiksh," Atha terisak. Ingin menangis tetapi Atha tak bisa melakukan itu.

Sedangkan di sisi lain, Randa berteriak memanggil nama Atha di sebuah jembatan. Randa juga sama halnya sudah frustasi lelah mencari keberadaan Atha.

"Lo di mana sih, Tha. Gue takut lo kenapa-kenapa anjing," geram Randa.

Randa kemudian memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Ia sudah lelah dan ingin segera tidur.

***

Pagi hari dengan cuaca yang cerah secerah wajah gadis cantik yang sedang menatap dirinya di depan cermin. Memoleskan lipstik di bibirnya agar terlihat merah, kemudian beranjak keluar dari kamarnya.

Atha terbangun, namun ia sadar bukan di tempat semalam kini ia berada. Melainkan di tempat yang sangat nyaman dengan bantal yang empuk untuk alas kepala.

Atha berusaha untuk bangkit dari tidurnya, meskipun rasa pusing masih terasa di kepalanya. Menatap sekeliling sepertinya ia sudah pernah ke tempat ini. Namun pikirnya bagaimana bisa.

Why Me? [LENGKAP]Where stories live. Discover now