86. Terima Kasih

241 5 0
                                    

Di ruang UGD kini Atha sedang berjuang mempertahankan hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di ruang UGD kini Atha sedang berjuang mempertahankan hidupnya. Ruangan ini menjadi saksi perjuangan Atha yang berusaha untuk bertahan, dan para dokter medis yang berusaha membantu. Para dokter menggunakan alat pendeteksi jantung beberapa kali, namun hasilnya tidak sesuai harapan.

Atha tak sadarkan diri, tapi dia masih bisa merasakan semua yang terjadi. Kebocoran pada jantungnya kini sudah mulai beraksi menimbulkan efek samping.

Alta menggigit kukunya khawatir di depan ruang UGD itu. Dengan perasaan gelisah, ia tak mau diam sedari tadi sambil menunggu kehadiran Randa yang beberapa menit lalu diberikan kabar.

"Atha bertahan ya, plis. Aku gak mau kehilangan kamu, aku mohon." Dengan penuh harap Alta berdoa. Harapannya adalah ada keajaiban yang bisa membuat Atha kembali. Alta baru saja merasakan kebahagiaan bersama Atha, secepat itu ini akan segera berakhir? Tidak! Tidak mungkin.

Sosok lelaki berlari menghampiri Alta dengan perasaan gelisah, campur aduk tak bisa diartikan setelah mendapatkan kabar.

"Di mana Atha sekarang?" tanyanya kepada Alta begitu sampai.

Alta menatap pintu UGD untuk menjawab, bibirnya kelu untuk sekadar berbicara. Ia tidak bisa melakukannya. Tanpa menunggu kejelasan Alta, Randa masuk menerobos pintu itu.

"Dek," ucapnya lirih.

Salah satu suster yang berada di ruang itupun terkejut. Karena pada dasarnya orang tidak berkepentingan tidak boleh berada di ruang ini. Namun Randa menerobosnya.

Randa menolak ketika suster itu memintanya untuk kembali keluar. Tidak, tidak mau. Randa ingin menemani adiknya ini.

"Enggak, Sus. Saya mau nemenin adik saya di sini. Tolong izinkan saya berada di sini," ucap Randa penuh harap.

Namun suster itu kekeh menolaknya. Mereka tidak ingin diganggu dan tidak mau ada kehadiran orang lain di ruangan ini.

"Tolong, Sus. Izinkan saya berada di sini. Kalian fokus saja dengan tugas kalian, saya tidak akan mengganggu, saya janji." Tangisan pecah, Randa tak mau kehilangan Atha adiknya ini. Ia sungguh sangat menyayanginya.

Dokternya yang berada di ruangan itu, baru menyadari kehadiran Randa. Lalu mengizinkannya untuk berada di ruangan ini. Dokter itu mengenal Randa, karena setiap kali Atha melakukan check up, Atha selalu ditemani Randa, hingga sang dokter kenal dengannya.

"Biarkan saja, Sus. Lebih baik bantu saya untuk mengaktifkan alat ini," kata dokter.

Randa segera mendekati Atha. "Dek, kamu harus kuat ya. Kamu harus sembuh. Kamu jangan tinggalin kakak di sini. Kak Randa sayang sama Atha. Harus kuat ya, Dek." Lirihan Randa membuat dokter tidak tega melihatnya, dan semakin berusaha untuk menyelamatkan Atha.

Sementara di luar ruangan, Arinda sudah bersama Alta duduk di kursi tunggu. Mereka berpelukan layaknya sudah saling mengenal. Memanjatkan doa untuk Atha yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.

"Tante, aku gak mau Atha pergi. Atha bakalan baik-baik aja kan, Tante," kata Alta.

Arinda juga tak mau kehilangan Atha. Mungkin yang berharap Atha gagal untuk bangkit hanya Risma saja, sang nenek. Orang yang tidak menyukai akan kehadirannya, dan selalu menganggap Atha pembawa sial.

"Atha bakalan baik-baik aja kok. Atha pasti bisa. Atha itu orang kuat, percaya sama Tante ya." Tidak! Bohong, itu semua bohong. Arinda berucap dengan bertentangan dengan isi hatinya. Dirinya saja tidak tahu apa yang akan terjadi, namun harapannya adalah Atha bisa bertahan.

Detik berganti menit, ruangan UGD menjadi hening ketika dokter berhenti melakukan aksinya. Rasa lelah dan cemas kini sudah menghilang. Atha bisa terselamatkan. Yah, Atha masih bisa terselamatkan.

Bahagia, itu yang Randa rasakan saat ini. Tidak ada kata lain yang bisa menggambarkannya saat ini.

"Alhamdulilah, Atha masih bisa kita selamatkan. Beliau sebentar lagi akan segera siuman," kata sang dokter. Satu detik, dua detik, baru saja dokter itu berhenti berucap. Atha sudah membuka matanya, dan memberikan pergerakan di tangannya.

"Kak Randa," ucapnya lemas.

"Tha, makasih. Makasih lo udah mau bertahan," balas Randa.

Atha menggelengkan kepalanya. "Enggak, Kak. Atha udah capek. Atha pengen istirahat, Kak. Maafin Atha ya, Kak. Makasih udah mau jadi kakak yang baik buat Atha selama ini," ucapnya.

Lelah, letih, capek tidak bisa digambarkan. Anak muda yang seharusnya menjalani hidup dengan kebahagiaan, namun Atha harus berjuang dengan penyakit setiap hari.

"Tolong, Kak. Atha mau Kak Ikky ada di sini. Atha mau ditemenin sama Kak Ikky," pinta Atha.

Terpaksa, dengan sangat terpaksa dalam kondisi seperti ini Randa harus mengikuti kemauan Atha. Ia menelpon Rizky dan memintanya untuk segera datang.

Setelah itu, ia kembali menemani Atha. "Lo harus sembuh, Tha. Gue gak mau liat lo ada di rumah sakit lagi. Gue mau liat lo bahagia," kata Randa.

Atha mengukir senyum. "Atha gak akan ada di rumah sakit lagi, Kak. Percaya sama Atha. Hari ini, adalah hari terakhir Atha masuk rumah sakit," balasnya.

Randa bangkit, "Buktiin, Tha," katanya. "Pacar lo ada di luar. Gue suruh dia masuk dulu." Kemudian tanpa menunggu jawaban, Randa meninggalkan Atha.

Sampai di luar, dirinya memberikan informasi kepada bundanya dan Alta. Meminta mereka untuk masuk, sementara dirinya menunggu kedatangan Rizky.

15 menit kemudian ....
Tak membutuhkan waktu lama, kini Rizky datang menghampiri Randa. Dan langsung menanyakan kehadiran Atha. Rizky datang bersama Shanti. Namun entah Shanti ada di mana, Rizky datang sendiri dengan berlari. Mungkin Shanti yang sudah berumur ia tinggal.

"Di mana adik gue, Ran?" tanyanya.

Randa tak menjawab, melainkan ia berjalan masuk ke ruangan UGD tempat tadi. Berharap Rizky mengerti dan mengikutinya.

Sampai di dalam UGD, Rizky mendekati Atha dengan rasa cemas.

"Acha ...."

"Acha, bertahan ya. Kamu harus kuat, Cha. Kak Ikky bakalan temenin Acha di sini. Kak Ikky janji, kamu harus kuat ya, Cha. Gak boleh nyerah," ucapnya lagi.

"Kak, Acha pengen ketemu Bunda sama Ayah. Acha pengen ketemu mereka, Kak," jawab Atha. Rizky menggelengkan kepala.

"Enggak, Cha. Bunda sama Ayah udah tenang di sana. Kamu jangan ikut mereka. Ada Kak Ikky sama Nenek di sini buat Acha. Acha harus bertahan demi Kak Ikky, demi Nenek, demi orang-orang yang sayang sama Acha."

Seolah tidak di dengar, Atha membahas hal lain untuk dikatakan.
"Makasih buat Kak Ikky yang selama ini Acha cari, sampai akhirnya bertemu. Bertahun-tahun Acha cari keberadaan Kak Ikky, bertahun-tahun Acha pengen banget ketemu sama Kak Ikky. Makasih ya, Kak."

"Bunda, makasih udah mau jadi orang tua yang terbaik buat Atha. Atha sayang sama Bunda."

"Atha sayang sama kalian semua, Kak Ikky, Kak Randa, sama Bunda. Atha juga sayang sama Nenek. Kalau Nenek ada di sini, Atha mau minta maaf sama Nenek, gak bisa jadi cucu yang terbaik buat mereka. Makasih semuanya. Alta, jaga diri baik-baik ya. Aku mau tidur." Dengan diakhiri senyuman. Atha memejamkan mata bersamaan dengan mesin monitor yang menunjukkan garis lurus.

Tiiiit!

TAMAT

Hallo semuanya, sampai jumpa di lain kesempatan ya. Novel ini aku selesaikan. Makasih buat kalian yang udah stay ikutin kisahnya Atha. Semoga Atha tenang di alam sana ya. Makasih semuanya.

Why Me? [LENGKAP]Where stories live. Discover now