Angkasa 56 | Unlocked

450 92 14
                                    

"Putri?"
 
 

"Hah? Iya bener ini Putri. Tolong bukain. Siapapun di luar tolongin Putri."
 
 

Terdiam. Kepala Bina seperti membeku sesaat. Bina menelan salivanya. Ia mundur beberapa langkah. Dilihatnya pintu toilet tersebut lamat-lamat.

Hingga ketika suara Putri kembali terdengar. Mengucapkan terima kasih sebelum ia sempat merespon perkataan Putri sebelumnya.

Kembali ia maju ke depan pintu, menyingkirkan pel-pelan yang mengganjal daun pintu di hadapannya. Dibuangnya secara sembarang. Lalu ia raih kenop pintu yang ternyata terkunci tersebut.
 
 

"Aduh kekunci lagi...." gumam Bina yang menjadi semakin panik. Ia kemudian menggigit bibir bawahnya, mencoba berpikir apa yang harus ia lakukan.

Mendobraknya? No, Bina sadar kalau ia tidak sekuat itu.

Ia kemudian merogoh sakunya, diambilnya ponsel untuk menghubungi siapapun yang ia yakini bisa membantu.

Sialnya, signal bar di ponselnya hilang. Tak satupun muncul. Bina merutuki tempatnya berada saat ini.
 
 

"P-put. Lo tunggu di sini bentar! Gue coba cari bantuan!" ucap Bina setelah menempelkan wajahnya ke arah pintu untuk bisa berbicara dengan Putri yang berada di balik sana.

"I-iya."
 
 
 
Setelahnya, Bina langsung berlari. Menjauh dari toilet wanita tempat Putri terkurung sendiri.

Lantai yang pertama ia kelilingi adalah lantai 3. Ia mencoba mencari siapapun di lantai tersebut yang mungkin bisa membantu.

Sayangnya, lantai itu sepi. Meski setiap lampu di ruangan menyala. Tapi tak ada penghuninya. Maka, buru-buru Bina turun ke lantai 2. Hal yang sama ia lakukan.

Ada beberapa orang, tapi kebanyakan perempuan yang hendak menggunakan toilet di lantai 2. Ada satu dua mahasiswa laki-laki yang tidak Bina kenal, membuatnya agak ragu untuk meminta bantuan.

Oleh sebab itu, Bina kembali turun menuju lantai 1. Ia mencoba berlari ke tempat yang mungkin dijaga oleh staff gedung tersebut. Berniat meminta kunci toilet lantai 3. Itu juga kalau ada.

Bina berhasil menemui satu satpam yang sedang berjaga. Buru-buru ia utarakan maksudnya meminta kunci pintu toilet wanita lantai 3. Sialnya, sang satpam mengatakan kalau kunci toilet dipegang oleh petugas kebersihan yang bisanya hanya bertugas sampai sebatas maghrib. Sebagai satpam baru, ia belum sempat diberi kunci duplikat setiap ruangan yang ada di dalam gedung tersebut.
 
 
 
  
 

Di tengah kekalutannya, datang Tama, teman Bina di organisasi kemahasiswaan BEM yang bertugas di divisi keamanan. Tama yang melihat Bina berlarian dengan panik, memutuskan untuk menghampirinya.
 
 

"Ada apa ini?" tanya Tama. "Lo kenapa lari-larian begitu?"
 
 

Bina memperhatikan postur tubuh Tama. Tama berbadan cukup besar, tinggi dan tegap. Rasanya ia bisa mendobrak pintu toilet, begitu pikir Bina.

Makanya, Bina langsung memegang lengan Tama.
 
 

"Tam, Tama, tolongin temen gue."

"Hah? Tolongin apaan? Temen lo kenapa?"

"Ceritanya panjang. Nanti aja gue ceritain sambil jalan. Sekarang lo ikut gue!" ucap Bina yang kemudian langsung menarik Tama supaya mengikutinya.
 
 

Tak sekadar jalan. Mereka berdua memutuskan berlari untuk mempersingkat waktu ke tempat tujuan.

Sambil berlarian, Bina menceritakan bagaimana ia menemukan kenalannya terkunci di toilet perempuan lantai 3. Di mana selain terkunci, pintu toilet tersebut juga diganjal, seolah sengaja dilakukan untuk mengurung orang yang berada di dalamnya supaya tidak bisa keluar.
 
 
"Put? Putri? Lo masih ada di sana, 'kan?" seru Bina bertanya pada Putri, sesampainya ia dan Tama di tempat kejadian perkara.

Rahasia Angkasa; kim taehyung ✔️Kde žijí příběhy. Začni objevovat