Prolog

1.7K 85 2
                                    

Siang mulai beranjak dari tugasnya menemani setengah bumi. Senja bersiap menggantikan posisi sang siang. Dengan senyum merekah, senja mulai menampakkan pesonanya. Sesosok manusia berdiri mematung menatap senja. Menikmati turunnya hari dengan berdiam terpaku di tepi pantai, tempat strategis untuk menyambut malam. Cahaya jingga keemasan menerpanya, seolah siap melahap tubuh tinggi semampai itu. Kulit putihnya terterpa cahaya senja, membuatnya terlihat begitu indah bak hasil lukisan pelukis ternama. Angin semilir menerbangkan separuh rambut hitam panjangnya, yang berbalut topi pet.

"Langit, sampaikan rinduku padanya. Sosok yang begitu kusayangi hingga akhir hayatku. Sosok yang begitu ingin kurasakan kehadirannya saat ini. Sosok yang begitu ingin kupeluk saat hati ini mulai merapuh. Senja ... aku merindukanmu ...." Terdengar nada lirih penuh kesedihan dalam desah suara serak itu. Kedua bibir tipis merah alami itu membentuk sebuah senyuman, senyuman pahit pertanda kegelisahan hati dan kesedihan jiwa.

"BRENGSEK KAMU, FA!!! INI BALASAN KAMU UNTUK KESETIAAN AKU MENUNGGU KAMU SELAMA TIGA TAHUN?! BAJINGAN!!!"

Sebuah teriakan mengusik ketenangan gadis itu. Membuatnya menoleh ke arah sumber suara. Sesosok gadis tengah berdiri di hadapan seorang pria, menatap nyalang seolah siap membunuh. Terlihat jelas tubuh mungil itu bergetar hebat menahan emosi, yang siap membuncah tanpa kendali.

"Senja, apakah semua kisah cinta akan berakhir demikian? Saling menyakiti walaupun diawali dengan saling menyayangi? Berlomba mencari kesalahan satu sama lain hanya untuk sebuah alasan perpisahan? Jika cinta hadir hanya untuk berakhir seperti itu, aku tak berjanji akan sudi untuk jatuh cinta." Dengan kedua mata tajamnya, gadis itu memperhatikan pasangan di belakangnya.

"Apa itu yang terjadi denganmu dan dia saat itu? Hal yang akhirnya membuatmu bertindak bodoh. Kamu tak hanya mengakhiri kisah kalian berdua, tapi juga mengakhiri kebersamaan kita di dunia ini." Gadis itu berbisik lirih. Hembusan napas berat mengakhiri gumaman.

Entah apa yang membuatnya tak segera memalingkan pandangan dari sepasang anak manusia, yang berdiri tak jauh darinya. Menatap lekat seolah teringat sesuatu. Dihelanya napas. Dialihkannya pandangan pada senja yang kian menua. Berusaha meredam suara teriakan marah di belakang sana.

Hah ... Ketenangannya begitu terusik. Gadis itu melangkahkan kedua kakinya menjauh. Menyusuri tepian pantai yang berpasir. Mencari tempat lain untuk bercumbu dengan senja. Seorang diri tanpa ada lagi yang mengusik.

...

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now