Lima

291 51 5
                                    

"Lo jadi berangkat hari ini, Na?" tanya Bintang saat sarapan bersama di teras depan kost. Di tangan kirinya bertengger semangkuk bubur ayam. Tangan kanannya menyuap perlahan.

"Jadi dong. Si Arimbi lagi otewe ke sini. Lo beneran enggak mau ikut?" tanya Nana seraya menyuapkan nasi uduknya.

Bintang menggeleng. "Enggak ah. Gue ada urusan."

"Pasti lo mau ke tempat itu lagi, kan? Mau sampai kapan lo bolak-balik ke sana? Enggak bosan apa?" Nana menatap prihatin ke arah Bintang, yang hanya mengangkat bahu.

Diiinnn!!! Terdengar suara klakson mobil. Tak lama Arimbi naik ke teras kost. Si Jambul itu kali ini memakai kaus tangan panjang merah dan jeans hitam. Tersenyum ramah pada dua gadis, yang asyik sarapan. "Pagi ...," sapanya dengan nada riang. Seperti biasa.

"Pagi juga, Ar. Lo mau sarapan dulu?" tanya Nana.

Arimbi menggelengkan kepala. "Enggak. Gue sudah sarapan di rumah. Mau ngopi aja kalau boleh."

"Biar gue yang buatkan kopinya." Bintang berdiri dan berjalan masuk ke dalam membawa mangkuk kosongnya.

Arimbi dan Nana saling pandang. "Kesurupan di mana tuh Venusnya gue? Tumben mau buatkan kopi," tanyanya seraya mendudukan diri di tangga teras. Bersandar pada tiang teras.

"Baguslah. Itu artinya dia sudah mulai membuka diri untuk jadi teman lo. Sebenarnya ... Codot anak baik dan perhatian kok sama teman. Setia kawannya tuh banget banget deh. Selalu berusaha untuk membantu teman, bagaimana pun caranya. Cuma ya, gitu, kalau belum kenal benar, dia dingin, cuek, plus jutek," jelas Nana sebelum menyuapkan sendokan terakhir nasi uduknya.

"Jadi, gue ada kesempatan dong buat dekatin Venus?" tanya Arimbi seraya tersenyum penuh arti.

Nana menyipitkan mata dengan tajam. "Lo mau ngerusak anak gadis orang, hah? Codot anak baik-baik. Masih polos tauk"

Arimbi mencibir. "Lo pikir gue sebangsat itu apa. Gue sih gimana kelakuan cewek gue aja. Dia nakal gue nakal. Dia baik gue juga baik. Enggak akan tega juga gue ngerusak Venus yang polos itu."

"Gue tahu elo, Arimbi. Awas aja kalau lo macam-macam sama Codot. Gue gorok lo!!!" ancam Nana tegas dan hanya dijawab acungan jempol oleh Arimbi.

...

"Assalamu'alaikum ...." Dua orang gadis berbeda bentuk berdiri di teras sebuah rumah.

Kejora melongokkan kepala dan melukis senyum. "Wa'alaikum salam," jawabnya dengan nada ramah. Bangkit dari duduknya. "Masuk, Kak," ujar Kejora seraya membuka pintu rumah.

Nina dan Arimbi bergegas masuk setelah melepas alas kaki masing-masing. Arimbi mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang tamu dari sebuah rumah sederhana, yang tak terlalu besar itu. Pandangannya berhenti pada sosok gadis manis berkulit kuning langsat di depannya. Terpukau pada senyum manis ditambah dua lesung pipi di baby face Kejora.

"Heh, Kampret!!! Lihatinnya enggak usah segitunya kali. Dasar Kadal Budug!!! Inget woy, Kejora tuh adek sepupu lo juga!!!" maki Nana seraya menarik jambul Arimbi. Melotot garang penuh ancaman.

Kejora terbahak melihat kekejaman Nana. "Sudah, Kak. Kasihan kali, Kak Arimbinya," ujar Kejora menengahi sebelum Arimbi babak belur.

Arimbi meraba rambutnya yang berantakan. "Tauk nih monyong satu. Demen banget nyiksa gue!!!" keluh Arimbi. Melotot ke arah Nana, yang hanya melirik sinis.

Nana cuek. "Mana barang lo, Ra? Sudah disiapkan semua, kan?" tanya Nana. Kedua matanya mendadak tertuju pada setumpuk kardus dan koper, yang berderet rapi di dekat sofa. "Cuma itu aja?" tanya Nana lagi yang dijawab anggukan dari Kejora.

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now