Dua Puluh Enam

196 40 2
                                    

Kejora berdiri kaku menunggu Bintang, yang tengah berbincang sejenak dengan Vido. Tatapannya lekat pada sepasang anak manusia berbeda umur itu. Ditariknya napas panjang. Berusaha menenangkan deburan jantungnya. Ini jantungku kenapa sih? Pasti gara-gara gugup. Oh ... ayolah, Kejora. Bisa kan, bersikap seperti biasa?

Bintang berbalik dan melangkah mendekati gadis mungil, yang menunggunya. Berdiri sejajar seraya menatap kepergian Vido. Diarahkannya pandangan ke samping kiri. "Ayo masuk," ajaknya. Berusaha kuat menahan keinginan untuk menggandeng tangan pujaan hatinya. Gadis itu menghela napas sebelum memasuki pintu mall.

Kejora hanya mengangguk dan melangkah masuk. Berusaha bersikap seperti biasa. Kedua tangannya memegang erat tali tas selempang, yang menyampir di tubuhnya. Berusaha fokus pada langkah-langkahnya.

"Awas ...!!!" Bintang menarik tubuh Kejora, tepat sebelum tubuh mungil itu menabrak salah satu tiang penyangga bangunan berlantai empat itu. "Kamu kalau jalan jangan sambil melamun, Jora."

Kedua mata Kejora berkedip. Masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Matanya menatap tiang kokoh, yang nyaris ditabraknya. "Ah ... aku ...," Gadis itu tak melanjutkan ucapannya.

Bintang tersenyum. Diraihnya telapak tangan kiri Kejora dan menggenggamnya. Menuntun gadis itu agar aman sampai tujuan.

Kajora yang masih setengah sadar, menatap sepasang telapak tangan, yang menyatu erat. Jantungnya kian berdebur kencang.

...

"Kenapa gue mencium bau-bau mencurigakan dari Vido, ya, Na? Bukannya lo juga minta tolong dia untuk menjauhkan Jora dari Venus?"

Nana menoleh ke arah sepupunya, yang tengah tengkurap di atas tempat tidur dengan sebuah buku di tangan. Gadis itu berdecak kesal. "Gue juga enggak paham sama jalan pikiran Vido, Ar. Dia itu mau bantu gue atau enggak sih? Omongan dia dengan kelakuan dia tuh, gue rasa bertolak belakang. Mana dia tadi sempat-sempatnya lagi bilang ke gue untuk enggak terlalu ikut campur masalah hati orang lain."

"Kalau gue boleh jujur, sebenarnya gue juga deketin Venus bukan hanya karena lo minta tolong gue, tapi memang gue mau kenal lebih dekat lagi saja dengan sahabat lo itu. Enggak tahu deh kalau si Vido. Gue rasa, dia enggak punya kepentingan atau untung apapun kalau dia bantu lo, Na."

Nana mendengus kesal. "Gue enggak bisa biarin Vido bantu Kejora dan Venus dekat, Ar. Gue enggak mau mereka berdua jadi jauh hanya karena rasa yang salah."

Arimbi tersenyum. "Jadi menurut lo, rasa yang dimiliki orang-orang kayak gue itu salah, ya?"

Nana berdecak. "Bukan itu maksud gue. Beda kasus, Ar. Rasa Venus itu sudah dipastikan bertepuk sebelah tangan. Jora enggak mungkin suka Venus lebih dari saudara."

Arimbi menutup sejenak bukunya. "Kita enggak pernah bisa baca hati orang, Na. Kalau ternyata mereka berdua saling suka, gue pasti mundur dan berhenti bantuin lo."

Nana terdiam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Arimbi kembali membaca. Hening. Kamar Arimbi didominasi oleh keheningan.

...

"Hai, Babe ...."

Sebuah suara lembut bernada manja menyapa pendengaran Kejora dan Bintang, yang asyik berdiskusi tentang beberapa novel pilihan Kejora.

Bintang jelas hapal siapa pemilik suara itu. Dengan enggan gadis dengan surai hitam, yang terikat rapi itu menoleh. Menatap datar ke arah Lintang.

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now