Dua Puluh Dua

170 39 21
                                    

Bintang duduk di kursi meja belajarnya. Di hadapannya, beberapa lembar kertas kosong berdiam. Gadis itu menghela napas. Pikirannya kacau. Entah itu masalah akademik maupun hal-hal di luar normal, yang sering terjadi akhir-akhir ini.

Pikirannya kian kaca saat mengingat peristiwa tadi siang. Hal yang tak sengaja dilihatnya namun menghasilkan perih yang begitu nyata di hati. Jemari lentiknya meraih ponsel. Membuka fitur galeri setelah membuka kunci ponsel dengan sidik jarinya. Gadis itu menatap sebuah foto. Tersenyum miris.

"Sesakit inikah memiliki rasa dalam diam? Marah namun tak memiliki hak untuk melontarkannya. Cemburu namun sadar itu bukanlah kapasitasku. Apa kau tahu rasanya? Sekarat tapi tak pantas untuk diberi pertolongan."

Gadis itu meletakkan kembali ponselnya. Menangkup wajah dengan kedua telapak tangannya. "Argh ... gue benci perasaan ini."

...

Bintang berjalan memasuki sebuah kedai bakso, yang ramai. Entah kenapa, gadis itu merasa bahwa dirnya harus bisa menyesuaikan diri dan terbiasa makan di tempat kaki lima seperti ini jika terus ingin berada di dekat Kejora. Hal itu yang akhirnya membuat si gadis higienis itu nekat.

Kedua mata tajam itu menatap sekitar. Mencari tempat kosong di antara padatnya pembeli. Nyaris tidak ada, mengingat beberapa orang masih menunggu meja untuk mereka. Bintang mendengus. Salah satu hal yang tidak disukainya adalah ini. Harus berjuang sendiri mencari tempat hanya untuk menikmati semangkuk bakso.

Bintang masih mengedarkan pandangan saat sebuah tangan menepuk bahunya. Gadis itu berbalik. "Jora?"

"Hai, Kak. Wah ... tumben Kak Venus mampir di tempat seperti ini. Kakak ada janji ketemu Kak Nana?" tanya Kejora  penuh keyakinan. Hanya Nana, yang bisa membuat Bintang Venus bersedia menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.

Bintang menggelengkan kepala. "Enggak. Aku sengaja ke sini sendiri kok. Aku ... lagi belajar makan di tempat seperti ini," jawabnya setengah tersipu. Sedikit malu karena apa yang baru dipelajarinya merupakan hal lumrah untuk orang lain.

Kejora tersenyum. "Ya sudah. Kita makan bareng saja." Gadis itu dengan santainya meraih telapak tangan kanan Bintang dan menautkannya dengan telapak tangannya sendiri.

Bintang menatap kedua telapak tangan yang bersentuhan dengan jemari, yang saling bertautan. Wajahnya kembali tersipu. Memerah. Jantungnya berdegup cepat.

...

"Hai, Vid. Sudah sampai ternyata." Terdengar suara Nana, yang menyambut adiknya Vido. "Tumben kamu ke sini. Mau nyamperin aku atau Jora nih?"

Bintang mendengus saat nama Kejora disebut. Tersenyum miris. Gadis itu memutuskan untuk keluar kamar. Menyambut Vido dengan terpaksa.

...

Akhirnya, atas usaha Kejora, keduanya dapat duduk setelah memesan bakso pilihan mereka. Bintang mengedarkan pandangan. Berusaha membiasakan diri dengan lingkungan baru.

Kejora tersenyum melihat kecanggungan Bintang. "Tegang banget sih kayak mau ujian,"  ledeknya seraya menjawil pelan pipi Bintang.

Bintang terkejut dengan keberanian Kejora. Belum sempat merespon Kejora, sepasang tangan menutupi kedua matanya, membuat gadis itu seketika berontak. Berusaha melepaskan diri. "Siapa sih? Kurang kerjaan, ya!!!" Tak ada jawaban. Justru kedua tangan itu masih bertengger di kedua matanya. Terdengar suara tawa Kejora. "Nana?!"

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now